Benchmarking Mutu Pendidikan
Tujuan utama dari Benchmarking adalah untuk mengenal dan mengevaluasi proses ataupun produk saat ini sehingga menemukan cara-cara atau “Praktek Terbaik” untuk meningkatkan proses maupun kualitas produk.
Benchmarking dapat dilakukan untuk produk, proses produksi, jasa maupun sistem dalam suatu organisasi/perusahaan.
Benchmarking dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan “Tolok Ukur” atau “Patokan”. Benchmarking adalah proses mengidentifikasikan “Best Practice” terhadap suatu produk/jasa dan proses produksinya hingga produk tersebut dikonsumsi.
Baca juga: SPMI dan Kegagalan Benchmarking
Benchmarking memberikan gambaran yang diperlukan untuk membantu manajemen dalam memahami proses dan produknya baik dengan cara membandingkannya dengan Industri yang sejenis maupun dengan industri-industri yang lain.
Proses Benchmarking adalah proses yang mencoba melihat/mempelajari faktor luar (produk lain, organisasi lain, sistem lain) untuk mengetahui bagaimana pihak lain mencapai tingkat kinerja dan memahami proses-proses kerja yang mereka gunakan.
Benchmarking dapat menjelaskan apa yang terjadi dibalik keberhasilan/ kinerja baik proses ataupun produk yang dibandingkan. Apabila diimplementasikan dengan benar, Benchmarking dapat membantu suatu organisasi/lembaga untuk meningkatkan prestasi/ kinerja organisasinya maupunpun proses-proses didalamnya.
Benchmarking dapat dilakukan kedalam organisasi (secara Internal), yang dilakukan adalah membandingkan kinerja beberapa kelompok atau tim di dalam Organisasi.
Sedangkan Benchmarking eksternal adalah membandingkan kinerja suatu organisasi dengan organisasi lainnya atau antar Industri. Benchmarking dapat pula dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
Baca juga: Pengendalian Proses Statistik
Lembaga pendidikan, baik pendidikan tinggi, sekolah dan madrasah, juga sangat dianjurkan untuk melakukan proses benchmarking. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kegiatan benchmark perlu diselenggarakan sebagai salah satu program Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).
Dalam lingkungan yang semakin disrupsi saat ini, lembaga pendidikan tidak boleh cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dihasilkan selama ini. Lengah sedikit, maka akan ketinggalan dalam memberikan layanan terbaik untuk stakeholdernya.
Dengan mengimplementasikan proses benchmarking, manajemen akan memperoleh bahan-bahan yang valid untuk pengambilan keputusan untuk melakukan continuous improvement.
Pakar Benchmarking, Robert Camp dalam bukunya, mengemukakan Metodologi Benchmarking yang terdiri dari 12 Tahapan, antara lain :
Baca juga: Kunjungan Bisnis & Pendidikan ke Jepang
Untuk memahami lebih dalam tentang metodologi Benchmarking, berikut dapat di unduh/ download ppt materi berikut ini:
Demikian uraian singkat tentang Benchmarking Mutu Pendidikan, semoga bermanfaat dan berkah selalu.
______________________________
IG: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Kebijakan SPMI dan Permasalahannya”
Kebijakan SPMI adalah dokumentasi/ pedoman tertulis berisi garis besar penjelasan tentang bagaimana suatu institusi pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) memahami, merancang, dan melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan kepada masyarakat sehingga terwujud budaya mutu pada Institusi tersebut.
Untuk memahami pengertian, fungsi dan berbagai permasalahan terkait pembuatan Kebijakan Mutu SPMI Perguruan Tinggi/ sekolah/ Madrasah, silahkan diunduh materi powerpoint berikut ini:
_______________________________
Klik disini:
_______________________________
mutupendidikan.com
Pelatihan dan Pendampingan
Silahkan di Klik : Public Training
“Mengelola SPMI & Manajemen Konflik”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
mutupendidikan.com – Setiap lembaga pendidikan selalu memiliki tujuan, proses-proses dan sumber daya. Dalam mengelola 3 hal tersebut seringkali manajemen dihadapkan dengan situasi konflik yang menuntut untuk diselesaikan secara konstruktif, baik itu konflik antar individu, antar kelompok, maupun antar organisasi.
Power Point (PDF):
IG: @mutupendidikan
Lembaga pendidikan yang mengembangkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) tentu saja berpotensi menghadapi situasi konflik yang tidak nyaman.
Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah harus mengembangkan teknik-teknik manajemen konflik yang fungsional sehingga konflik tersebut dapat diselesaikan secara kondusif dan mampu mendorong pencapaian sasaran organisasi dengan baik.
Robbins (2006:545) menyatakan konflik sebagai proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi keperdulian pihak pertama.
Manajemen Konflik merupakan hal yang sangat penting dalam implementasi SPMI. Jika konflik dikelola secara sistematis dapat berdampak positif yaitu, memperkuat hubungan kerja sama, meningkatkan kepercayaan dan harga diri, mempertinggi kreativitas dan produktivitas, dan meningkatkan kepuasan kerja.
Baca Juga: Politik & Konflik Organisasi
Tujuan manajemen konflik adalah untuk mencapai kinerja yang optimal dengan cara memelihara konflik tetap fungsional dan meminimalkan akibat konflik yang merugikan. Mengingat kegagalan dalam mengelola konflik dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi, maka pemilihan teknik pengendalian konflik perlu menjadi perhatian pimpinan organisasi.
Mengelola konflik berarti kita harus meyakini bahwa konflik memiliki peran dalam rangka pencapaian sasaran secara efektif & efisien. Mengelola konflik perlu skala prioritas, agar tidak menimbulkan kekacauan dalam koordinasi & integrasi antar fungsi/divisi dalam organisasi
3 hal pokok yang perlu di perhatikan dalam manajemen konflik adalah:
4 Strategi yang dapat dilakukan dalam mengelola konflik adalah Menghindar, Memperhalus, Memaksa dan Berkolaborasi. Pengertian masing-masing adalah sebagai berikut:
Untuk penjelasan bahan dalam bentuk Power Point (PDF) silahkan diunduh file slideshare diatas.
Demikian, semoga materi singkat ini bermanfaat.
_______________________________
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Keberhasilan implementasi SPMI pada lembaga pendidikan di Perguruan Tinggi, Madrasah dan sekolah-sekolah tentu saja terletak pada keberhasilan “proses komunikasi” yang terjadi dalam organisasi, baik dalam bentuk komunikasi antar individu, antar kelompok maupun antar organisasi.
Kegagalan pencapaian standar SPMI, sangat besar dipengaruhi karena kegagalan lembaga dalam membangun proses komunikasi yang efektif.
______________________
Power Point (PDF):
IG: @mutupendidikan
______________________
Komunikasi merupakan pondasi penting dari “rumah” Total Quality Management / SPMI, Dengan ketrampilan komunikasi, koordinasi antar individu dalam organisasi akan berjalan dengan baik dan sinergi untuk mencapai sasaran SPMI/ TQM akan dapat dicapai.
Dalam lembaga pendidikan yang menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), ketrampilan komunikasi tentu merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan.
Dalam mewujudkan indikator standar SPMI tentu memerlukan ketrampilan dalam melaksanakan manual PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, Peningkatan). Pelaksanaan PPEPP, tentu tidak dapat berjalan optimal tanpa didukung ketrampilan komunikasi yang efektif.
Proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain
Budaya mutu adalah sistem nilai organisasi yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk keberlangsungan perbaikan mutu yang berkesinambungan. Budaya mutu terdiri dari nilai-nilai, tradisi, prosedur dan harapan tentang promosi mutu.
Inti keberhasilan SPMI terletak pada komunikasi yang efektif. Komunikasi berperan menjadi urat nadi merekat dalam “rumah” SPMI
Baca juga: TQM & Komunikasi yang Efektif
Bagaimana bentuk detail proses komunikasi dalam organisasi? Bagaimana memahami unsur-unsur penting proses komunikasi beserta upaya peningkatannya? Untuk lebih jelasnya silahkan di unduh file power point (PDF) pada tautan diatas.
Demikian uraian singkat tentang Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu, semoga bermanfaat.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
______________________
mutupendidikan.com
“Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Untuk mewujudkan Budaya Mutu Perguruan Tinggi, ada 5 aspek budaya yang harus dibangun. Kelima aspek budaya mutu tersebut meliputi:
Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus memprioritaskan mutu. Mutu harus menjadi utama dan nomor satu. Kepuasan pelanggan internal dan pelanggan eksternal menjadi prioritas. Standar SPMI disusun dalam rangka untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.
Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus ditujukan pada kepuasan stakeholders. Targetnya agar Stakeholders menjadi senang dan gembira atas layanan yang diberikan organisasi pendidikan.
Setiap orang yang melaksanakan tugas dalam organisasi Perguruan Tinggi harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholdernya yang harus dipuaskan. Stakeholder atau customer ada yang dari eksternal dan ada yang dari internal. Melalui pemetaan proses bisnis, akan diketahui stakeholder mana saja yang harus dipenuhi harapan dan kebutuhannya.
Setiap orang pelaksana didalam organisasi Perguruan Tinggi harus melakukan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa. Pengambilan keputusan dengan data yang valid dan reliabel tentu akan lebih sesuai dengan kondisi di lapangan. Dalam implementasi budaya mutu, dapat mengunakan total quality tools untuk pengambilan keputusan. Penjelasan total quality tools dapat di klik pada tautan dibawah ini.
Baca juga: Mengenal Total Quality Tools
Semua pengambilan keputusan di dalam Organisasi Perguruan Tinggi dilakukan secara partisipatif, bukan otoritatif. Gaya kepemimpinan partisipatif dan demokratif lebih cocok diterapkan dalam lembaga pendidikan. Pimpinan lembaga pendidikan juga harus mampu untuk melakukan program pemberdayaan karyawan. Karyawan yang memperoleh pemberdayaan akan lebih kreatif dan termotivasi untuk bekerja dengan maksimal.
Mampukah kita berkomitmen membangun ke 5 aspek budaya diatas? Tentu hanya waktulah yang akan membuktikan. Lembaga pendidikan harus menerapkan 5 aspek budaya mutu diatas dalam suatu sistem mutu yang dikenal dengan SPMI ( Sistem Penjaminan Mutu Internal).
Demikian sekilas informasi tentang Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi. Semoga bermanfaat.
_________________________
mutupendidikan.com
Follow Instagram: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Manfaat Tes Psikologi bagi Layanan BK”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
_______________________________
Follow Instagram: @mutupendidikan
_______________________________
Selamat pagi dan salam mutu pendidikan…
Dalam kesempatan ini, tim mutupendidikan.com akan sedikit menguraikan beberapa fungsi dan manfaat tes psikologis bagi layanan bimbingan & konseling (BK). Manfaat-manfaat psikotes tersebut diantaranya:
Setiap siswa tentu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu agar bisa terlihat seberapa besar kecerdasan yangdimiliki oleh siswa-siswi tersebut, dapat dilakukan tes yang nantinya akan terlihat dari hasil perhitungan yang dilakukan tim psikolog.
Setiap siswa tentu memiliki bakat dan minat yangberbeda-beda. Untuk melihat dan mengetahui bakat apa saja yang dimiliki oleh siswa, biasanya diketahui melalui tes-tes psikologi yang dilakukan. Dengan mengetahui minat dan bakat siswa sejak dini, para guru akan mudah mengarahkan pada kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan “passion” masing-masing siswa.
Tautan Penting: Klasifikasi jenis-jenis psikotes
Tes kepribadian umumnya memiliki tujuan untuk dapat melihat kecenderungan kepribadian seseorang. Metode tes psikologi yang digunakan bisa dalam bentuk tes proyektif dan sejenisnya. Dalam tes tersebut dapat dilihat kecenderungan ciri-ciri karakter/ kepribadian yang dimiliki oleh siswa tersebut. Informasi yang valid tentang kepribadian siswa dapat membantu guru untuk memberikan pola bimbingan yang sesuai bagi para siswa.
Tes Psikologi juga dapat dipergunakan untuk proses penjurusan siswa. Tes yang dilakukan untuk membantu penjurusan bahasa, IPA ataukah IPS bagi setiap siswa. Dengan proses tes yang valid dan reliable, diharapkan setiap siswa akan mendapatkan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
Sebelum seorang anak didik masuk diterima ke dalam institusi sekolah atau universitas, sekolah-sekolah tertentu, sering melakukan tes psikologi. Tujuan tes psikologi ini, agar lembaga pendidikan yang bersangkutan dapat menampung siswa-siswi yang sesuai standar kriteria calon siswa.
Pada beberapa kampus atau sekolah sering dilakukan tes psikologi untuk penjurusan atau pemilihan program studi. Tujuannya agar siswa / mahasiswa tersebut cocok masuk ke dalam sebuah program studi /jurusan sesuai kriteria tertentu. Salah dalam memilih jurusan atau program studi tentu akan sangat merugikan siswa, orang tua maupun sekolah/ universitas yang bersangkutan.
Tautan penting: Mengenal jenis-jenis psikotes
Demikian penjelasan singkat terkait apa saja fungsi tes psikologi bagi kegiatan layanan BK.
Salam sukses, salam dahsyat dan semoga bermanfaat.
______________________________
______________________________
mutupendidikan.com
Explore: Training & Development
“Mengenal Diri, Mengenal Tim, Kunci Keberhasilan SPMI”
Tips Sukses SPMI #6:
Untuk mencapai sasaran & keberhasilan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), Lembaga Pendidikan “harus” terus melakukan evaluasi diri untuk mengenal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT Analysis).
Langkah pertama, Anda dapat berlatih untuk mengenal kekuatan diri Anda dan kekuatan tim (unit kerja) Anda. Ingin mencoba?
Baca juga: Kumpulan Artikel dan Power Point MSDM 1
Berikut latihan sederhana yang bisa Anda coba. Dengan latihan ini, Anda diharapkan dapat mengetahui strategi yang tepat untuk mengoptimalkan kekuatan-kekuatan yang Anda miliki dan dimiliki oleh Tim Kerja Anda. Dengan optimalisasi potensi tersebut tentu akan sangat membantu dalam pencapaian standar-standar kinerja (Standar SPMI) lembaga pendidikan. Mari kita coba:
Kenalilah Kekuatan/ Keunggulan/Kelebihan Diri Anda Sendiri. Untuk bahan renungan, Anda dapat mengevaluasi 3 hal berikut ini:
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Setelah Anda mengenal kekuatan/ kelebihan/ keunggulan diri, sekarang silahkan Anda mencoba merumuskan sasaran pekerjaan yang sesuai/sejalan dengan kekuatan/keunggulan diri. Dalam merumuskan sasaran pekerjaan, Anda dapat mengacu pada hal-hal sbb:
Setelah Anda telah menetapkan beberapa kekuatan/kelebihan diri pribadi dan sasaran/target pribadi, kini waktunya untuk berbagi semuanya dengan tim Anda.
Diskusikan, bahaslah kekuatan/kelebihan diri pribadi dengan tim Anda. Ingat ini hanyalah satu kesempatan untuk berbagi informasi dan pengertian, tidak ada definisi yang “lebih baik” atau “lebih buruk”.
Baca juga: Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Terus Menerus
Dapatkah tim Anda mencapai konsensus dengan satu definisi tentang “keunggulan” tim (unit kerja Anda)? definisi (hasil konsesus) tim ini mungkin sangat berbeda dari definisi (target) pribadi Anda, tetapi sebagai individu juga Anda sangat berbeda dari tim Anda, bukankah demikian?
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Seperti sebelumnya, menetapkan Sasaran Tim Kerja adalah langkah berikut. Rumuskan sekurang-kurangnya 3 Sasaran Tim Kerja Anda. Sasaran ini akan menjadi langkah unit kerja dalam menciptakan kegiatan/ program kerja yang sesuai. Dalam menyusun sasaran unit kerja, Anda harus mengacu Standar SPMI dan Job description yang menjadi tugas tim Anda.
Sasaran yang baik hendaknya disusun mengikuti kaidah ABCD, yaitu ada Audience, Behavior, Competence dan Degree. Sasaran yang baik dapat juga mengikuti kaidah KPI (Key Performance Indicator) yang meliputi: Target, Indikator dan mekanisme pengukuran (measure). Dalam bahasa lain, sasaran yang baik harus SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Relevant, Timed).
Demikian uraian tentang Mengenal Diri, Mengenal Tim sebagai Kunci Keberhasilan SPMI, semoga latihan singkat ini bermanfaat… Aamiin Yaa Rabb.
Salam mutu,
admin,
Hubungi Customer Service kami untuk informasi:
Pelatihan & Outbound Training Membangun Budaya Mutu Pendidikan
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan”
______________________________________
______________________________________
SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) Suatu lembaga Pendidikan tidak akan bisa berhasil apabila tidak ada komitmen dari segenap pimpinan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (Kaizen)
Pakar Kaizen asal Amerika Dr. Edwards Deming, penulis dari Out of the Crisis, mengatakan Mutu haruslah menjadi visi dan patokan untuk melakukan perbaikan terus-menerus. Pendekatan Mutu harus menjadi cara sebuah organisasi manapun (termasuk institusi pendidikan) dikelola, dipimpin dalam melakukan usaha bisnis.
Baca juga: Kumpulan Artikel & Power Point MSDM 1
Lembaga pendidikan yang tidak memperdulikan mutu tentu akan berangsur-angsur ditinggalkan stakeholdernya (pemangku kepentingan). Konsumen baik yang internal (dosen, karyawan, tenaga kependidikan) maupun konsumen ekstenal (mahasiswa, orang tua, pengguna lulusan, dunia usaha, dunia industri) tentu akan meninggalkan organisasi pendidikan tersebut apabila kecewa dengan layanan pendidikan yang diberikan.
Perlu direnungkan nasihat bijak berikut ini: “Keunggulan” – Entah dalam Upaya Negara, perusahaan, Perlombaan dalam bidang olah raga/ Atletik, atau Tujuan Pribadi – Tentu berasal dari Pengejaran Perbaikan yang Tanpa-Akhir (terus menerus).
Pimpinan lembaga pendidikan harus membuat komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. Komitmen tersebut perlu dituangkan dalam sebuah dokumen yang disebut “Kebijakan SPMI”. Apabila komitmen dalam kebijakan SPMI tersebut telah disusun dan disahkan, maka perlu disosialisasikan dan dilaksanakan dengan penuh semangat dan motivasi.
Dalam konsep SPMI, Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dituangkan dalam sebuah dokumen SPMI yang dikenal dengan istilah standar SPMI. Didalam standar SPMI berisi pedoman/ indikator/ patokan yang harus dicapai untuk mewujudkan mutu. Keberhasilan SPMI akan tercermin sejauhmana organisasi berhasil melakukan perbaikan terus-menerus melalui perbaikan standar SPMI.
Tentu saja perbaikan standar SPMI tidak akan bisa dicapai tanpa adanya komintmen yang kuat dari jajaran pimpinan lembaga pendidikan. Komitmen tidak saja dibuat untuk sekedar ditulis dalam sebuah kertas, namun perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan.
Dr. Deming menyatakan bahwa “Tidak ada hal yang harus ditingkatkan terus menerus seperti halnya mutu”. Kapan pun kita berhasil menjangkau satu titik kepuasan atas produk atau layanan, saat itulah waktu kita melanjutkan ke perbaikan berikutnya.
Demikian Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan, bermanfaat.
________________________________________
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Kiat Mengelola Manajemen Perubahan”
Power Point (PDF):
Sebagian besar organisasi menyerah pada saat bisnis gagal karena ketertinggalan dalam persingan bisnis atau menerima proses perubahan. Hal tersebut merupakan bagian alami kehidupan bisnis yang bertujuan untuk tetap berada sejalur dengan permintaan pelanggan. Materi ini menekankan bahwa rencana manajemen perubahan akan gagal jika tidak didukung oleh sponsor utama, biasanya sponsor tersebut adalah manajemen senior organisasi.
Stakeholder organisasi harus menerima bahwa perubahan seperti itu dilihat sebagai hal yang wajar untuk organisasi tertentu dan para pelanggan akan merespon dengan positif perubahan tersebut. Ada sejumlah alasan terjadinya perubahan, malalui arus kecil akibat ketertinggalan dari yang lainnya atau kebutuhan perubahan yang muncul dalam skala besar melalui evolusi atau revolusi.
Baca juga: Bolehkah dokumen SPMI dirubah?
Meskipun ada basis dukungan manajemen senior, proses perubahan sepertinya memakan waktu dan manajemen harus memikirkan tipe strategi perubahan yang paling sesuai untuk meraih tujuan baru organisasi. Ada sejumlah faktor yang diperlukan karena setiap pendekatan bisa sesuai dengan kondisi yang berbeda. Tentu, jika hal tersebut tidak sesuai dengan tuntutan situasi, orang-orang, kondisi budaya, dan lingkungan bisnis pasti akan menyebabkan masalah dan gagal mendukung perubahan jangka panjang yang diperlukan.
Proses penerapan perubahan perlu diselaraskan dan sesuai dengan organisasi. Odel pendekatan tiga tahap akan digambarkan sebagai berikut:
Ketika terjadi kelancaran dimana strategi yang telah dibuat tetaplah tidak berubah, organisasi umum pasti berubah seiring dengan terbentuknya strategi secara bertahap.Beberapa organisasi tanpa tujuan yang jelas mengalami masa fluktuasi dimana perubahan juga terjadi. Perbahan utama yang terencana juga dapat terjadi tetapi seiring berupa tindakan yang jarang terjadi dan menjadi bagian dari usulan manajemen perubahan yang lebih besar.
REVOLUSI | EVOLUSI |
Business Process Re-Engineering (penyusunan kembali proses bisnis) | Perbaikan yang berelanjutan |
Mulai dari awal | Membangun yang telah ada sebelumnya |
Sangat cepat | Perlahan dan terus menerus |
Inovatif | Pemeliharaan dan perbaikan |
Siklus manajemen kualaitas ‘rencana lakukan tinjau’ pendekatan empat siklus tahap perubahan hidp mengevaluasi sekaligus menerapakan perubahan.tahap perencanaan berkaitan dengan dua model lainnya: model yang pertama yaitu empat jenis perubahan keorganisasian dan model kedua menunjukkan bahwa merencanakan pendekatan pada penolokan teradap perubahan merupakan bagian dari keseluruhan proses.
Manajemen organisasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
Dibawah ini merupakan model lain perubahan dan keamanan yang menekan kemali beberapa faktor umum yang mempunyai peran terhadap keamananyang dirasakan.
Ex: penyederhanaan proses kerja, pengurangan biaya
Hasil untuk mendukung perubahan: Penyampian perubahan, pelatihan kembali
Ex: pembentukan dari awal, Joint venture yang baru
Hasil untuk mendukung perubahan: penyampaian visi dan nilai, menetapkan peran & tanggung jawab yang baru dan mengenali rangkaian keahlian baru
Ex: memasuki pasar baru, berusaha menetepkan tujuan strategi
hasil untuk mendukung perubahan: menciptakan struktur kinerja baru dan mengetahui keahlian yang diperlukan, mengembangkan kurkulum pelatihan dan mengadakan pelatihan
Ex: perubahan haluan organisasi yang tinggi, perampingan
hasil untuk mendukung perubahan: mengenali stakeholder dan menyampaikan yang terjadi
Merencanakan untuk bergerak organisasi “dari yang ada” menuju posisi “yang seharusnya” diinginkan.
Produk penting yang dikembangkan yang memberikan pengetahuan, keahlian, peralatan, kerangka kerja, & dukungan bagi individu & organisasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan sukses
Dukungan perusahaan oleh eksekutif utama, menggambarkan komitmen manajemen organisasi secara keseluruhan dalam usaha perubahan
Kepemilikan & komitmen menuju perubahan dialami oleh semua individu dalam organisasi
Demikian, semoga point-point singkat ini dapat bermanfaat.
_______________________________
mutupendidikan.com
“Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI”
Tips Sukses SPMI #2:
“Hormatilah Komitmen Anda”
Dalam membangun SPMI yang handal, salah satu persyaratan utama adalah komitmen dari segenap jajaran manajemen. Apakah mereka berkomitmen untuk meningkatkan standar SNP secara terus menerus atau tidak? Apakah mereka berkomitmen menjalankan manual PPEPP secara benar dan terus menerus?
Cara Anda menangani komitmen yang Anda buat “bercerita banyak” tentang prioritas Anda. Pepatah lama mengatakan “Kekuasaan didefinisikan sebagai siapa yang membuat siapa menunggu” yang didasarkan pada fakta bahwa seseorang yang terlambat untuk suatu kencan atau janji bertemu (appointment), mengandaikan dia lebih penting daripada orang yang menunggu. Mengapa orang selalu datang terlambat 10 menit setelah waktu yang ditetapkan? Orang yang datang terlambat mengandaikan bahwa apa pun yang mereka lakukan, yang menyebabkan mereka terlambat itu jauh lebih penting daripada apa pun yang dilakukan orang-orang lain, walaupun mereka juga harus menghentikan pekerjaan itu karena harus memenuhi appointment.
Baca juga: Key Performance Indicator (KPI)
Jika Anda sering terlambat untuk sebuah appointment, coba pikirkan, mengapa. Kebanyakan orang yang secara kronis terlambat menyalahkan situasi: “lalu lintasnya macet,” atau “saya lama berbicara di telepon dengan orang dari pembelian itu lagi” namun faktanya mereka terlambat karena tepat waktu bukan merupakan prioritas mereka.
Ada dua jenis komitmen: komitmen yang “jelas” dan komitmen yang “samar-samar”. Komitmen yang jelas adalah janji-janji verbal atau tertulis yang dipahami dan disepakati oleh kedua pijak untuk ditepati, seperti kontrak pekerjaan, undang-undang pemerintah dan ikrar pernikahan.
Komitmen yang samar-samar adalah komitmen budaya dan organisasional yang Anda harapkan untuk “sekedar tau” dan taat. Sebagai contoh, ada perilaku tertentu yang diharapkan karyawan terhadap penyelia, pria terhadap wanita (dan sebaliknya), dan dari anak-anak pada fungsi-fungsi sosial dewasa.
Banyak orang mengalami kesulitan untuk menjaga komitmen yang samar-samar. Dalam banyak contoh standar yang diharapkan ini tidak sejalan dengan nilai-nilai personal mereka. Dalam beberapa masyarakat, orang mungkin memiliki kebebasan untuk tidak menjaga komitmen samar-samar (tapi mereka masih harus menderita konsekuensi sosial).
Komitmen yang jelas adalah cerita lain lagi. Ia merupakan imperatif agar Anda mengetahui dan menjaga komitmen yang didefinisikan secara jelas, yang Anda buat untuk organisasi Anda dan untuk anggota tim Anda. Jika Anda tidak membuat komitmen dalam kepercayaan yang baik, lebih baik untuk tidak membuatnya sejak awal daripada kemudian melanggarnya.
Baca juga: Tolong menolong, Kerjasama & Bersinergi dalam SPMI
Perhatikan komitmen jelas (clear commitments) Anda. Apakah Anda melakukan apa yang Anda komit karena menghargai waktu dan usaha dari orang lain pada tim Anda? Atau apakah Anda memiliki agenda pribadi yang membuat Anda terus-menerus secara konstan meminta maaf, karena terlambat datang pada waktunya atau tidak menyelesaikan bagian proyek Anda?
Gunakan proses tiga langkah untuk membantu menjamin pemahaman dan kerjasama dalam memenuhi komitmen.
Demikian uraian singkat tentang Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI, semoga bermanfaat.
__________________________________
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pendampingan & Pelatihan
Layanan Informasi