• 628123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Blog

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Integritas adalah bagian penting dari keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI adalah suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dan menciptakan kepuasan stakeholder melalui partisipasi aktif dari semua anggota organisasi. 

Dalam implementasi dan keberhasilan SPMI, integritas dianggap sebagai salah satu nilai individu yang sangat penting. Pelaksana SPMI yang memiliki integritas yang tinggi dianggap dapat berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan dan memastikan kepuasan stakeholder. 

Pelaksana SPMI yang menjunjung tinggi integritas akan menempatkan kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sebagai prinsip / nilai utama dalam bekerja, sehingga dapat meminimalkan terjadinya praktik kerja yang tidak etis.

Integritas pelaksana SPMI tentu dapat membangun citra dan reputasi yang baik bagi Institusi Pendidikan. Stakeholder lebih cenderung untuk mempercayai Institusi Pendidikan yang memiliki integritas yang tinggi dan mereka akan merasa lebih nyaman dalam menggunakan layanan yang diberikan.

Membangun Integritas

Berikut adalah beberapa metode /cara yang dapat membantu membangun integritas:

  1. Sikap Bertanggung Jawab: Integritas melibatkan sikap bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang telah diambil. Tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan. Individu yang memiliki integritas senantiasa bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil.
  2. Senantiasa Berperilaku Jujur: Kejujuran (honesty) adalah perilaku yang sangat penting dalam membangun integritas. Berbicara jujur, berkata benar dan memenuhi komitmen yang telah diucapkan akan memperkuat kepercayaan (trust) dan menjaga reputasi yang baik.
  3. Tegas dalam Konflik Kepentingan: Integritas juga melibatkan sikap tegas dalam konflik kepentingan yang dapat mengorbankan integritas seseorang. Pastikan bahwa keputusan (decision making) dan tindakan yang diambil telah didasarkan pada kepentingan yang jelas dan adil.
  4. Yakin Allah Melihat: Banyak individu berpikir bahwa tidak mengapa melakukan hal-hal yang salah selama tidak ada yang melihat. Namun, melakukan hal-hal yang benar/ jujur bahkan ketika tidak ada yang melihat adalah tindakan yang penting untuk membangun integritas. Sebagai seseorang yang beragama juga telah ditanamkan keyakinan bahwa Allah Ta’ala melihat semua perilaku manusia.
  5. Menjadi Teladan: Integritas juga perlu dilakukan dengan menjadi teladan /contoh yang baik bagi orang lain. Jangan hanya mengucapkan/ mengajarkan integritas, tetapi aktif memberi contoh secara konsisten dalam tindakan & keputusan-keputusan yang diambil.
  6. Hindari Ketidakadilan: Jangan pernah mencari kesempatan atau mengambil keuntungan yang tidak adil / melakukan praktik-praktik yang merugikan orang lain. Bila keuntungan yang diperoleh didasarkan pada pengorbanan integritas, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai keuntungan yang baik. Mutu Pendidikan akan dapat dibangun dengan baik dengan sukses bersama, bukan dengan mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi yang tidak adil.
  7. Keterbukaan Komunikasi: Integritas juga melibatkan komunikasi yang terbuka, jelas dan jujur. Manajemen harus memperkuat pola komunikasi jelas, jujur dan terbuka. Selain itu juga penting membangun budaya sikap komunikasi yang asertif. Komunikasi asertif bermakna komunikasi yang positif, tegas namun tidak menyakiti perasaan orang lain.

Baca juga: Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Kesimpulan, membangun integritas memerlukan komitmen, waktu serta kesabaran. Dengan menerapkan 7 (tujuh) tips diatas, InsyaAllah sikap integritas dapat dibangun dan ditumbuhkan dalam organisasi.

Demikian uraian singkat tentang  Pentingnya Integritas dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Keberhasilan implementasi SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) lembaga pendidikan tentu tidak lepas dari pentingnya membangun budaya mutu. Tanpa budaya mutu yang kokoh yang dipakai sebagai nilai-nilai bersama (shared values), tentu implementasi SPMI berisiko akan mengalami kegagalan.

Dalam membangun budaya mutu yang kokoh, perlu diawali dengan membangun sikap mental yang menjadi landasan berpijak budaya mutu. Berikut uraian 5 sikap mental yang penting untuk menjadi teladan bersama.

Quality first 

Semua pikiran dan tindakan pengelola Perguruan Tinggi (PT) harus memprioritaskan mutu. Kesadaran akan pentingnya mutu harus ditanamkan pada setiap anggota organisasi di Perguruan Tinggi.

Menerapkan pendekatan “quality first” melibatkan menetapkan dan mematuhi standar yang ketat untuk setiap tahapan proses pada PT. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan stakeholder, memperbaiki reputasi lembaga, serta meminimalkan biaya operasional proses-proses pada lembaga pendidikan.

Stakeholders-in 

Semua pikiran dan tindakan pengelola PT harus ditujukan pada kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal. 

Stakeholders-in adalah kelompok stakeholders yang secara langsung terlibat dalam kegiatan PT. Mereka memiliki hubungan & kepentingan yang lebih dekat & dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan PT. Contoh stakeholders-in mungkin termasuk karyawan, mitra kerjasama, dan pemangku kepentingan lain seperti mahasiswa, orang tua, dunia usaha dll.

The next process is our stakeholder 

Setiap pihak (unit kerja) yang menjalankan tugasnya dalam proses pendidikan pada PT harus menganggap pihak lain yang menggunakan output pelaksanaan tugasnya, sebagai pemangku kepentingan yang wajib dipuaskan. 

Stakeholders (pemangku kepentingan) adalah perseorangan, kelompok, atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam suatu program, proyek, atau bisnis. Mereka dapat mempengaruhi / dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang diambil oleh organisasi atau entitas lainnya. Stakeholders dapat beragam jenisnya, termasuk karyawan, pelanggan, mahasiswa, wali mahasiswa, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

Speak with data 

Setiap pengambilan keputusan/ kebijakan dalam proses pendidikan pada Perguruan Tinggi wajib didasarkan pada analisis data yang akurat, bukan berdasarkan pada asumsi atau rekayasa. 

Budaya “speak with data” sangat penting dalam pengambilan keputusan (decision making) dan pengembangan strategi. Speak with data, memungkinkan PT  untuk membuat keputusan yang didasarkan pada data-data dan bukti yang akurat, bukan hanya berdasarkan dugaan, intuisi atau asumsi semata.

Upstream management 

Upstream management merupakan konsep manajemen yang menekankan pada pentingnya tindakan pencegahan / penanganan permasalahan pada sumber permasalahan, bukan hanya menangani dampak atau gejala (simptom) dari permasalahan itu sendiri. 

Dalam konteks manajemen PT, upstream management biasanya digunakan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, meningkatkan mutu layanan, dan menghindari kerugian akibat kesalahan yang terjadi pada tahap awal seperti kegagalan dalam penetapan standar.

Demikian uraian singkat tentang Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Benchmarking

SPMI dan Benchmarking

SPMI dan Benchmarking

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Benchmarking

Secara harfiah, benchmarking diartikan sebagai alat ukur atau patokan. Secara umum, benchmarking juga bisa diartikan sebagai sebuah standar untuk membandingkan dua hal atau lebih yang sejenis. 

Dengan kata lain Benchmark adalah upaya membandingkan aspek tertentu dari sebuah organisasi dengan aspek yang sebanding milik organisasi yang dianggap terbaik di industri yang sama atau pada pasar yang lebih luas.

Untuk membantu keberhasilan SPMI, lembaga pendidikan dapat melakukan kegiatan Benchmarking. Dengan proses benchmarking yang tepat, organisasi dapat meningkatkan perbaikan sistem, perbaikan standar, perbaikan proses dan perbaikan kepuasan stakeholder.

Kegagalan Benchmarking

Walaupun benchmarking dapat memberikan manfaat bagi lembaga, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implementasinya. Berikut contoh faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan proses benchmarking:

  1. Organisasi Pembanding yang Kurang Tepat: Memilih organisasi pembanding yang tidak sesuai atau tidak tepat dapat menghasilkan perbandingan yang kurang valid. Tentu hal ini dapat menyebabkan kegagalan dalam penerapan benchmarking. 
  2. Adanya Perbedaan Budaya: Setiap organisasi tentu memiliki budaya yang berbeda-beda. Oleh karena perlu hati-hati dalam membuat kesimpulan, karena ada potensi bias budaya. Strategi benchmarking yang tidak memperhatikan perbedaan budaya, tentu beresiko kegagalan.
  3. Perbedaan Lingkungan: Lingkungan organisasi yang berbeda (eksternal dan internal) dapat mempengaruhi hasil dan kesimpulan dalam proses benchmarking. Bila perbedaan lingkungan tidak diwaspadai, maka hasil benchmarking cenderung bias atau kurang relevan.
  4. Keterbatasan Sumber Daya: Benchmarking memerlukan sumber daya (resources) yang memadai untuk dilaksanakan dengan baik. Bila lembaga tidak mengidentifikasi dan memahami sumber daya yang diperlukan, maka benchmarking berisiko mengalami kegagalan.
  5. Tanda Tindak Lanjut: Benchmarking hanya akan berhasil bila lembaga mengambil tindakan konkret yang tepat setelah proses membandingkan. Bila lembaga tidak mengambil tindakan yang tepat, maka benchmarking tidak akan memberikan manfaat yang diharapkan. Susun rencana tindak lanjut, perbaiki dengan cepat dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas.
  6. Keterlibatan Karyawan: Benchmarking perlu melibatkan seluruh pegawai dalam lembaga pendidikan. Jika pegawai tidak terlibat, maka benchmarking berisiko mengalami kegagalan.

Oleh sebab itu, untuk menghindari resiko kegagalan benchmarking, lembaga pendidikan harus memperhatikan faktor-faktor di atas dan melakukan persiapan sebaik mungkin. Pepatah mengatakan “By failing to prepare, you are preparing to fail”, artinya bila kita gagal membuat perencanaan, maka kita merencanakan suatu kegagalan.  Oleh karena itu, buatlah persiapan sebaik mungkin agar manfaat SPMI dapat kita rasakan bersama.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Benchmarking, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Gantt Chart

Gantt chart merupakan alat bantu visual yang sering dipakai untuk menggambarkan jadwal proyek dalam bentuk diagram batang horizontal. Dalam kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan jadwal tugas-tugas yang diperlukan dalam proses perbaikan mutu (kaizen).

SPMI dan Gantt Chart

Dalam SPMI, Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Gantt chart juga dapat diterapkan dalam mengelola waktu & sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan.

Contoh penggunaan Gantt chart dalam SPMI adalah ketika melakukan proses perbaikan mutu di sebuah lembaga pendidikan. Gantt chart dapat dipakai untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan, seperti melakukan analisis root cause, perbaikan standar SPMI, manual PPEPP, mengembangkan rencana tindakan koreksi, dan melaksanakan tindakan perbaikan. 

Contoh Gantt Chart
Contoh Gantt Chart

Gantt chart dapat membantu dalam mengelola waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas / pekerjaan, menetapkan target penyelesaian serta mengidentifikasi ketergantungan antara tugas / pekerjaan yang berbeda.

Dalam SPMI, penting untuk memastikan bahwa tugas/pekerjaan yang diperlukan untuk meningkatkan mutu dilaksanakan dengan tepat waktu. Gantt chart dapat membantu (secara visual) dalam mengelola waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-pekerjaan tersebut, sehingga memastikan bahwa proses perbaikan mutu berjalan dengan efektif & efisien.

Pembuatan Gantt Chart

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart:

  1. Identifikasi tugas/ pekerjaan: Tentukan semua tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan proyek atau kegiatan tertentu. Tuliskan tugas-tugas ini dalam daftar yang terurut. Misalnya: Proyek pemutakhiran dokumen SPMI Perguruan Tinggi.
  2. Tentukan Durasi: Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas/ pekerjaan. Durasi tugas/ pekerjaan dapat ditentukan dalam satuan waktu, seperti jam, hari, pekan, atau bulan. Misal: penyusunan standar Tata Kelola ditetapkan selesai dalam 2 pekan.
  3. Ketergantungan Antara Tugas/ Pekerjaan: Tentukan tugas/ pekerjaan mana yang harus diselesaikan sebelum tugas/ pekerjaan lain dapat dimulai. Ketergantungan dapat ditunjukkan dengan diagram panah, di mana panah menunjukkan urutan tugas. Misal untuk membuat standar X, perlu dibuat dulu manual penetapan standar X.
  4. Tetapkan Tanggal Kegiatan: Tetapkan tanggal mulai kegiatan dan tentukan tanggal selesai untuk setiap tugas/ pekerjaan berdasarkan durasi tugas dan ketergantungan antara tugas. Misal: Penyelesaian Perbaikan Dokumen Kebijakan SPMI dimulai pada tanggal 1 Maret.
  5. Buat Gantt Chart: Buatlah diagram Gantt chart dengan menggunakan perangkat lunak atau tools pembuatan Gantt chart lainnya. Tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan ditunjukkan dalam bar horizontal di sepanjang sumbu waktu. Tanggal mulai dan selesai tugas/ pekerjaan ditandai dengan titik awal dan titik akhir pada bar. Ketergantungan antara tugas ditunjukkan dengan panah. Latihan: Anda dapat berlatih membuat gantt chart penyusunan rencana audit mutu internal.
  6. Tambahkan Informasi Pelengkap: Tambahkan informasi pelengkap ke dalam Gantt chart yang telah dibuat, seperti siapa pelaksana (PIC), deadline, milestone, atau informasi lainnya yang diperlukan.
  7. Update Gantt Chart: Penting untuk update Gantt chart secara berkala. Hal ini untuk memantau kemajuan program, proyek atau kegiatan. Pastikan untuk menyesuaikan ulang tanggal mulai dan selesai tugas/pekerjaan jika terjadi perubahan jadwal.

Itulah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart. Menarik bukan? Untuk keberhasilan SPMI, pastikan untuk memperhatikan detail tugas/ pekerjaan dan ketergantungan antara tugas saat membuat Gantt chart.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Gantt Chart, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Time Management

SPMI dan Time Management

SPMI dan Time Management

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Time Management

Time management adalah keterampilan penting yang sangat diperlukan guna keberhasilan SPMI. Pengaturan waktu yang baik dapat membantu untuk memastikan bahwa semua tugas dan aktivitas yang terkait dengan SPMI dapat dilakukan dengan tepat waktu dan dengan mutu kerja yang baik. 

Problem yang sering terjadi adalah kebiasaan menunda-nunda pekerjaan, sehingga target pelaksanaan SPMI tidak bisa dicapai dengan baik. Banyak potensi masalah yang dapat berdampak bagi keberhasilan SPMI, diantaranya gagal menyusun prioritas, tidak mampu mendelegasikan, tidak mampu mengelola waktu dan lain sebagainya.

Berikut adalah beberapa kiat time management yang dapat membantu keberhasilan SPMI:

  1. Menyusun Prioritas: Susunlahlah daftar tugas yang perlu dilakukan dan prioritaskan tugas yang paling penting. Fokuskan waktu dan energi pada tugas/ pekerjaan yang memerlukan perhatian lebih dan pastikan untuk menyelesaikan tugas / pekerjaan tersebut sebelum beralih ke tugas/pekerjaan lain. Misal memprioritaskan pembuatan standar SPMI baru, karena standar lama sudah tidak relevan.
  2. Susun Jadwal: Susun jadwal yang realistis & pastikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan setiap tugas / pekerjaan. Perhatikan deadline yang & dan buat jadwal dengan mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing tugas /pekerjaan. Misal: menyusun jadwal tindak lanjut hasil Tinjauan manajemen, menyusun jadwal penyelesaian pelaksanaan standar dll.
  3. Kelola waktu: Cobalah untuk memaksimalkan waktu yang tersedia dengan cara menghindari gangguan / distraksi yang tidak perlu seperti: main games, membuka media sosial (tik tok), percakapan media sosial, dan lainnya. Untuk membantu fokus, dapat menggunakan teknik pomodoro atau teknik lainnya.
  4. Memanfaatkan teknologi: Manfaatkan teknologi seperti aplikasi kalender digital, manajemen waktu, gantt chart, atau pengingat untuk membantu mengatur jadwal & tugas. Fasilitas teknologi membantu mengingatkan deadline dan membantu memprioritaskan tugas/ pekerjaan yang paling penting. Misal: Mengunakan aplikasi kalender digital yang disinkronkan untuk semua tim auditor internal.
  5. Pendelegasian: Lakukan delegasi untuk tugas-tugas yang memang bisa didelegasikan. Serahkan pada orang lain untuk mengerjakannya. Jangan takut untuk meminta bantuan dari rekan kerja atau delegasikan tugas kepada anggota tim yang memiliki keahlian yang sesuai. Misal: Mendelegasikan pada mahasiswa magang untuk mengetik surat /draf dokumen standar SPMI.

Dalam menjalankan SPMI, pengelolaan waktu yang baik sangat penting. Dengan menggunakan teknik time management yang efektif, kita dapat membantu memastikan bahwa setiap tugas dan pekerjaan yang terkait dengan SPMI dapat dilakukan dengan tepat waktu dan dengan kualitas yang baik. 

Ingat, tujuan utama SPMI adalah membangun mutu dan kepuasan stakeholder dalam lembaga pendidikan. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Kepemimpinan dalam SPMI

Kepemimpinan dalam SPMI

Kepemimpinan dalam SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Kepemimpinan SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) akan dapat diimplementasikan dengan baik, bila lembaga pendidikan dikelola oleh pemimpin yang efektif. Untuk menjadi pemimpin yang efektif, Rektor, Dekan, Kaprodi, Kepala Sekolah dll., perlu menguasai beberapa karakteristik kepemimpinan diantaranya adalah:

  1. Komitmen: Pemimpin yang mengimplementasikan SPMI wajib memiliki motivasi dan komitmen yang kuat. Komitmen untuk memastikan bahwa organisasi sungguh-sungguh mengadopsi budaya mutu dan memprioritaskan mutu dalam semua standar yang ingin dicapai.
  2. Leadership Skills: Pemimpin perlu memiliki keterampilan memimpin, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi, persuasi, memotivasi dan menginspirasi karyawan untuk berpartisipasi penuh dalam program SPMI. Karyawan harus mampu didorong untuk kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas.
  3. Pendengar yang Efektif: Pemimpin harus memiliki keterampilan untuk menjadi pendengar yang baik. Keterampilan untuk mendengarkan kritik, saran dan masukan, dan mempertimbangkan solusi yang ditawarkan para stakeholder.
  4. Problem Solving: Pemimpin wajib memiliki kemampuan untuk mencari data, menganalisis dan memecahkan masalah organisasi dengan cepat, efektif dan efisien. Mampu mengimplementasikan manual PPEPP dengan baik. Setiap problem dapat dicari solusi dengan baik, tindakan koreksi, korektif dan preventif.
  5. Keterbukaan dan Transparansi: Pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan efektif dan transparan kepada semua pegawai tentang target dan tujuan SPMI. Harus mampu menjelaskan bagaimana SPMI dapat membantu lembaga mencapai tujuan / sasaran organisasi.
  6. Keterampilan Komunikasi: Pemimpin perlu memiliki keterampilan komunikasi yang efektif. Keterampilan presentasi lisan dan tulisan, agar mampu menyampaikan pesan-pesan dan informasi SPMI dengan jelas. Keterampilan memotivasi para bawahan untuk berpartisipasi secara aktif.
  7. Semangat Perbaikan (Kaizen): Pemimpin harus memiliki semangat Kaizen, yaitu perbaikan secara terus menerus tanpa henti. Mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis. Mampu melakukan analisis SWOT dan menyusun strategi yang tepat.
  8. Mengelola Risiko: Pemimpin perlu memiliki keterampilan mengidentifikasi dan mengelola risiko dengan tepat. Pilihan keputusan yang diambil dengan pertimbangan resiko-resiko yang ada. Melalui manajemen resiko, setiap kegiatan akan dipilah sesuai dengan resiko yang ada. Untuk proses yang berisiko akan dilakukan tindakan yang sesuai untuk mencegah kerugian yang bakal muncul.

Demikian uraian singkat tentang Pentingnya Kepemimpinan dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Membangun Komitmen dalam SPMI

Membangun Komitmen dalam SPMI

Membangun Komitmen dalam SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Membangun Komitmen

Salah satu kunci sukses keberhasilan implementasi SPMI adalah adanya komitmen dari pimpinan dan anggota organisasi lainnya. Membangun komitmen organisasi merupakan tugas penting pimpinan lembaga pendidikan. Membangun komitmen implementasi SPMI dapat menjadi proses yang cukup kompleks dan melibatkan banyak faktor.

Namun demikian, ada beberapa kiat yang dapat membantu untuk membangun komitmen. Tugas pimpinan lembaga (Rektor, Dekan, Ketua, Kepala Sekolah dll.) harus dapat menumbuhkan hal-hal dibawah ini:

  1. Menjadi Teladan: Pemimpin atau pengelola lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi / Dikdasmen) harus mampu menjadi teladan bagi anggota organisasi. Pimpinan harus mematuhi dan mempromosikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi secara konsisten dan transparan. Pemimpin yang membangun keteladanan, dapat membangun kepercayaan (trust) dan penghargaan di antara anggota organisasi, serta membantu memperkuat sikat komitmen.
  2. Keterlibatan Anggota: Dengan melibatkan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan (decision making), Pimpinan akan dapat meningkatkan komitmen mereka dalam organisasi. Semakin kuat rasa keterlibatan, akan membantu membangun komitmen, karyawan merasa bahwa mereka menjadi bagian dalam prestasi organisasi.
  3. Dukungan Sumber Daya: Pimpinan harus dapat memastikan bahwa anggota organisasi dilengkapi dengan sumber daya (resources) yang memadai untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. Dukungan resources dapat meliputi: sarana prasarana, pelatihan, bantuan teknis, atau dukungan keuangan. Dengan memberikan resources yang cukup, InsyaAllah pimpinan akan dapat meningkatkan komitmen karyawan.
  4. Komunikasi yang excellence: Pastikan pimpinan mampu berkomunikasi secara jelas dan terbuka dengan seluruh anggota organisasi. Pimpinan wajib mengkomunikasikan arah tujuan organisasi, termasuk visi, misi dan nilai-nilai. Dorong bawahan untuk memberi masukan dan umpan balik. Ajak diskusi mengenai ide-ide baru atau perbaikan yang mungkin diperlukan. Ajak membangun standar mutu SPMI yang lebih baik. InsyaAllah komunikasi yang “excellence” akan dapat membangun komitmen seluruh anggota organisasi.
  5. Penghargaan dan Pengakuan: Bila anggota organisasi dapat pekerjaan yang baik, misal standar SPMI dapat dicapai atau dilampai, maka jangan ragu untuk memberikan penghargaan (reward) dan pengakuan yang sesuai. Bentuk penghargaan dan pengakuan dapat berupa penghargaan formal, seperti penghargaan karyawan bulan, tahunan, atau bentuk pengakuan informal, seperti pujian atau ucapan terima kasih. Penghargaan dan pengakuan, insyaAllah dapat membantu membangun motivasi dan komitmen yang lebih kuat di antara anggota organisasi. Semangat!

Dengan mengikuti kiat-kiat di atas, Pimpinan lembaga pendidikan akan dapat membangun komitmen para anggota organisasi. Namun perlu diingat, bahwa membangun komitmen bukan hal yang “instans”, tidak dapat dilakukan dalam semalam. Proses membangun komitmen memerlukan waktu dan kesabaran untuk mencapai hasil yang optimal.

Demikian uraian singkat tentang Membangun Komitmen dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Audit Kepatuhan

SPMI dan Audit Kepatuhan

SPMI dan Audit Kepatuhan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Untuk dapat mengimplementasikan SPMI dengan baik, perlu dilakukan kegiatan evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi disini adalah kegiatan audit mutu internal (AMI). Ada dua jenis audit dalam AMI yaitu audit sistem (desk evaluation) dan audit lapangan atau audit kepatuhan.

Audit kepatuhan adalah jenis audit yang bertujuan untuk memeriksa  & mengevaluasi apakah lembaga pendidikan (pelaksana SPMI) telah mematuhi semua kebijakan, peraturan, hukum, dan standar yang berlaku. 

Audit kepatuhan dilaksanakan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan tersebut menjalankan roda organisasi dengan benar dan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh ketentuan regulasi yang berlaku.

Secara garis besar, audit kepatuhan melibatkan sejumlah aktivitas para auditor, seperti:

  1. Analisis Data: Menganalisis data & informasi yang diperoleh selama proses audit untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku. Data dikumpulkan dari dokumen-dokumen SPMI yang ada.
  2. Pemeriksaan Dokumen: Pemeriksaan dokumen dan catatan lembaga terkait kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku. Dokumen yang diperiksa diantaranya kebijakan SPMI, manual PPEPP, standar SPMI dan formulir-formulir. Catatan yang diperiksa dapat berbentuk arsip-arsip / catatan mutu / rekaman / atau record dll.
  3. Wawancara: Wawancara dapat dilakukan untuk menggali data dari auditee. Wawancara dilakukan dengan manajemen (pimpinan lembaga), kepala unit kerja dan pihak terkait lainnya. Wawancara dilakukan untuk memahami implementasi dokumen SPMI dan pemahaman pelaksana terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku.
  4. Pengamatan: Pengamatan langsung terhadap aktivitas dan proses yang terkait dengan standar, peraturan dan regulasi yang berlaku. Auditor dapat meminta auditee untuk memperagakan proses-proses dan layanan pendidikan yang menjadi tanggung jawab mereka.
  5. Menyusun Laporan AMI: Setelah dilakukan audit kepatuhan, dan menerbitkan PTK (permintaan tindakan korektif) bila ada penyimpangan maka auditor menyusun laporan AMI. Laporan AMI berisi ringkasan temuan positif (praktek baik), ringkasan temuan negatif (Ketidaksesuaian), rencana perbaikan, rekomendasi dan kesimpulan.

Tujuan dari audit kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa lembaga telah menjalankan roda organisasi dengan benar. Lembaga telah menjalankan organisasi sesuai dengan standar, aturan & regulasi yang berlaku. 

Audit kepatuhan membantu lembaga untuk mencegah risiko dan sanksi yang mungkin muncul bila mereka melanggar peraturan atau regulasi yang berlaku. 

Audit kepatuhan juga membantu lembaga pendidikan untuk meningkatkan kinerja sistem penjaminan mutu internal (SPMI), sehingga dapat memastikan pencapaian target mutu pendidikan yang ingin diraih. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah rangkaian kebijakan, standar dan prosedur yang dirancang untuk memastikan mutu dan kinerja suatu institusi pendidikan. Berikut adalah beberapa tips untuk menyusun dokumen SPMI:

  1. Pahami Filosofi, Tujuan & Lingkup SPMI: Sebelum menyusun dokumen SPMI, pastikan bahwa Anda memahami filosofi, tujuan & lingkup SPMI yang diterapkan di institusi pendidikan Anda. Pemahaman yang mendalam, akan membantu Anda memastikan bahwa dokumen yang disusun sesuai dengan tujuan dan kebutuhan SPMI. Filosofi yang penting dipahami, SPMI ini untuk memberi tools bagaimana langkah-langkah untuk melakukan kegiatan perbaikan yang terus menerus (Kaizen).
  2. Identifikasi Dokumen: Buat list dokumen apa saja yang diperlukan untuk SPMI Anda. Ini bisa termasuk kebijakan, manual, standar, prosedur, formulir, pedoman, dan dokumentasi lainnya. Pastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut lengkap dan meliputi seluruh aspek SPMI yang diterapkan.
  3. Tetapkan Format Dokumen: Setelah mengidentifikasi dokumen apa saja yang diperlukan, selanjutnya perlu menetapkan format untuk setiap dokumen. Pastikan bahwa format yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan SPMI, dan sesuai dengan format yang diterapkan oleh institusi Anda. Pastikan format dokumen menarik untuk dibaca, pemilihan template yang tepat, ukuran font dan desain warna yang menarik.
  4. Melibatkan Pihak Terkait: Selama proses penyusunan dokumen SPMI, pastikan bahwa semua pihak-pihak terkait terlibat. Termasuk didalamnya manajemen, staf akademik dan administratif, mahasiswa, & pengawas. Libatkan stakeholder dalam pembahasan dan validasi dokumen. Stakeholder akan bermanfaat untuk memastikan bahwa dokumen tersebut representatif & akurat.
  5. Pentingnya Manajemen Dokumen: Sistem manajemen dokumen berguna untuk memastikan bahwa dokumen SPMI tersedia, update & dapat diakses oleh pihak terkait. Pastikan bahwa dokumen tersedia dalam format file elektronik dan fisik (hardcopy), dan mudah diakses.
  6. Evaluasi & Revisi: Dokumen yang baik harus update sesuai dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Evaluasi dokumen SPMI perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa dokumen tetap sesuai dengan kebutuhan SPMI. Lakukan revisi bila dokumen sudah tidak cocok. Dokumen diperbarui sesuai dengan perubahan visi-misi, kebijakan dan prosedur institusi. Dokumen harus terus diperbaiki untuk  disempurnakan, benar benar handal untuk menjadi acuan kerja.

Demikian uraian singkat tentang Tips Menyusun Dokumen SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen

Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen

Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen

Tinjauan Manajemen (TM) adalah suatu proses evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas pelaksanaan sistem manajemen mutu, dengan cara melakukan kajian dan pembahasan secara berkala dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.

Proses TM atau management review yang ada selama ini, ada yang berhasil dan ada pula yang kurang efektif. Ke depan agar proses TM semakin produktif perlu ada upaya untuk meningkatkan efektivitasnya melalui berbagai upaya perbaikan.

Lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi, sekolah dan madrasah yang menerapkan SPMI (sistem penjaminan mutu internal) juga dianjurkan mengadakan TM secara periodik. Dengan kegiatan TM yang efektif, InsyaAllah lembaga pendidikan akan dapat melakukan tindakan perbaikan secara terus menerus (kaizen).

Berikut adalah beberapa tips untuk memastikan keberhasilan TM lembaga pendidikan:

  1. Menyusun Rencana Yang Efektif: Pastikan lembaga dapat menyusun rencana TM yang baik. Tetapkan 5 W + 1 H yaitu what, why, when, who, where dan how. Rencana TM yang baik akan membantu memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam proses & akan mengetahui persis apa yang harus dilakukan selama tinjauan manajemen.
  2. Siapkan Data: Dalam TM, keberadaan data yang akurat sangat penting. Pastikan semua data dan informasi terkait kinerja organisasi & proses-proses pendidikan tersedia dan siap untuk dipelajari. Pastikan untuk memeriksa dokumen SPMI, kinerja proses bisnis, dan pengukuran kinerja lainnya untuk memastikan bahwa informasi yang tepat & akurat tersedia untuk keputusan manajemen. Dokumen SPMI dapat berupa Kebijakan SPMI, manual PPEPP, Standar SPMI dan formulir-formulir. 
  3. Keterlibatan Pihak-Pihak Terkait: TM adalah upaya bersama untuk melakukan perbaikan, jadi pastikan untuk melibatkan semua orang yang terkait dengan proses-proses dalam lembaga pendidikan. Tujuannya untuk memastikan bahwa semua sudut pandang telah dipertimbangkan selama proses tinjauan manajemen. Contoh dalam universitas, pihak yang berkepentingan adalah rektor, dekan, kaprodi dan semua unit kerja.
  4. Gunakan Ukuran Kinerja yang Tepat: Ukuran kinerja yang tepat untuk TM dapat bervariasi tergantung pada tujuan dan tujuan organisasi. Misalnya lembaga pendidikan tinggi dapat menggunakan KPI (key performance indicators) atau dapat menggunakan model ABCD (audience, behavior, competence & degree).
  5. Keputusan Berdasarkan Data: Pastikan bahwa keputusan yang diambil selama kegiatan TM didasarkan pada data-data yang akurat dan tepat. Hindari mengambil keputusan berdasarkan intuisi semata, & pastikan bahwa keputusan yang diambil didukung oleh fakta dan informasi yang tersedia. Gunakan tools untuk membantu proses pengambilan keputusan, misalnya fishbone diagram, mindmapping, bertanya why sebanyak 5 kali, dll.
  6. Realisasi Tindak Lanjut: Setelah kegiatan TM selesai, pastikan untuk melakukan follow-up pada rekomendasi dan keputusan yang diambil. Pastikan bahwa langkah-langkah yang diambil, akan berhasil mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Jadi, upaya kaizen (perbaikan terus menerus) tidak boleh berhenti, harus dilakukan follow-up secepatnya.

Demikian uraian singkat tentang Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen, semoga bermanfaat, Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami
%d bloggers like this: