• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Tag Archive TQM

SPMI Butuh Upgrade: Apa yang Bisa Dipelajari dari Total Quality Management

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Instagram: @mutupendidikan

Pendahuluan

Di sebuah perguruan tinggi bernama Universitas Sangkuriang (fiktif), rektor baru menghadapi tantangan besar. Meskipun akreditasi institusi telah mencapai peringkat unggul, suara mahasiswa dan dosen menyuarakan ketidakpuasan terhadap mutu pembelajaran dan administrasi. Evaluasi SPMI menunjukkan bahwa proses penjaminan mutu sering kali bersifat formalitas administratif belaka, tanpa menghasilkan dampak nyata yang subtantif.

Pertanyaan yang menjadi renungan bersama ini, akhirnya membuka jalan menuju eksplorasi makna filosofi dari model Total Quality Management (TQM). Hal menarik apa yang bisa dipetik dari pendekatan TQM? Apakah TQM, yang terbukti berhasil di beberapa industri manufaktur, dapat diimplementasikan pada pendidikan tinggi (industri jasa)?

Baca juga: Dari Visi ke Aksi: Kepemimpinan Transformasional dalam Menggerakkan SPMI

Mencari Nafas Baru

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah kerangka kerja (framework) wajib bagi perguruan tinggi di Indonesia. Berdasarkan Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023, siklus Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan Standar (Siklus PPEPP) menjadi tulang punggung implementasi mutu pendidikan tinggi. Namun, realitanya, masih terdengar pelaksanaan SPMI sering kali terjebak dalam formalitas administratif tanpa ada dampak signifikan terhadap mutu pendidikan.

Di sinilah kebutuhan akan “upgrade SPMI” muncul. Total Quality Management, sebagaimana dibahas Edward Sallis dalam Total Quality Management in Education, menawarkan pendekatan holistik untuk perbaikan berkelanjutan.

Baca juga: SPMI Tanpa Knowledge Management? Jurang Kegagalan!

Menggali Filosofi TQM

Edward Sallis dalam bukunya menjelaskan bahwa TQM bukan hanya alat manajerial, tetapi filosofi yang menekankan tentang pentingnya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dan fokus pada pelanggan. Ada tiga gagasan utama yang relevan untuk pendidikan tinggi:

Gagasan pertama adalah “Kaizen dan Perbaikan Berkelanjutan”. Dalam konsep Kaizen, setiap individu di organisasi, mulai dari pemimpin hingga staf terendah, memiliki peran dalam memperbaiki sistem. Sallis menegaskan bahwa budaya ini tidak hanya berlaku di pabrik, tetapi juga di ruang kelas dan administrasi pendidikan. Sebagai contoh, di Universitas Sangkuriang, semua anggota organisasi—dari rektor hingga satpam—diminta untuk mengidentifikasi satu hal yang dapat diperbaiki di lingkup tugas mereka. Seorang satpam, misalnya, mengusulkan agar pintu akses mahasiswa dibuka lebih awal untuk mendukung ketepatan waktu kuliah. Usulan sederhana ini diterima dan ternyata meningkatkan kenyamanan mahasiswa. Namun, tantangannya adalah membangun mindset perbaikan berkelanjutan di setiap level. Apakah perguruan tinggi siap melatih semua staf untuk berpikir dalam kerangka mutu yang berkelanjutan? Apakah mampu membangun pola pikir, pola sikap dan pola perilaku (budaya mutu) yang sesuai dengan standar SPMI? Kembali kepada lembaga masing-masing, apakah siap menghadapi tantangan ini!

Baca juga: Benchmarking: Membuka Jalan Menuju SPMI Unggul

Mahasiswa, sebagai pelanggan utama, harus menjadi pusat dari setiap keputusan institusi. Lebih jauh lagi, dosen, staf, dan masyarakat adalah pelanggan internal dan eksternal yang harus didengarkan dan dilibatkan. Di sinilah peran penting semangat pelayanan prima (service excellence) dipahami dan diterapkan secara bersama-sama. Di Universitas Sangkuriang, pelatihan pelayanan prima diadakan untuk semua staf, baik dosen maupun petugas administrasi. Dalam simulasi, staf administrasi belajar cara memberikan solusi cepat bagi mahasiswa yang kehilangan dokumen penting, alih-alih mengarahkan mereka ke departemen lain. Hasilnya, mahasiswa merasa lebih dihargai karena semua kebutuhan mereka diselesaikan di satu tempat melalui layanan terpadu (one-stop service). Komitmen seperti ini mencerminkan bagaimana layanan prima dapat menjadi bagian integral dari budaya organisasi.

Konsep Piramida Terbalik

Sallis juga memperkenalkan model “Organisasi Piramida Terbalik”, di mana mahasiswa berada di puncak piramida, dan administrasi berfungsi untuk mendukung pembelajaran mereka. Namun, penerapan model ini kerap menemui hambatan di perguruan tinggi yang masih mengutamakan struktur hierarkis tradisional. Di Universitas Sangkuriang, misalnya, seorang dekan yang terbiasa dilayani merasa keberatan ketika diminta untuk duduk bersama mahasiswa dalam forum diskusi terbuka. Untuk mengatasi hal ini, universitas mulai memperkenalkan program “Pemimpin Melayani”, di mana pejabat kampus secara bergantian melayani mahasiswa di layanan administrasi selama satu hari penuh. Melalui pengalaman langsung ini, para pemimpin kampus mulai memahami kesulitan dan kebutuhan mahasiswa, sehingga perlahan mengubah mindset dari “dilayani” menjadi “melayani”.

Baca juga: Misi SPMI: Menjadikan Kualitas sebagai DNA Perguruan Tinggi

Integrasi SPMI dan TQM

Untuk mengintegrasikan SPMI dengan TQM, perguruan tinggi perlu mengambil langkah-langkah strategis yang relevan dengan kebutuhan organisasi.

Misalnya, di Universitas Sangkuriang, standar penilaian kinerja dosen tidak lagi hanya mengandalkan publikasi jurnal bereputasi, namun juga mencakup survei kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran. Survei ini menjadi komponen penting dalam mendesain ulang metode pengajaran yang lebih relevan dengan dunia kerja. Penting juga untuk mengembangkan standar penilaian kinerja dengan memasukkan kompenen ide keratif yang di hasilkan dosen, langkah ini menjadi bagian penting untuk menumbuhkan budaya inovasi di perguruan tinggi.

Budaya “Kaizen” juga harus dibangun melalui proses evaluasi yang inspiratif.

Contohnya, Universitas Sangkuriang mengadakan forum evaluasi terbuka setiap 3 bulan, di mana dosen dan mahasiswa saling bertukar masukan. Hasil dari forum diskusi ini kemudian diterjemahkan ke dalam rencana aksi nyata, seperti peningkatan fasilitas laboratorium atau penambahkan koleksi ebook di perpustakaan.

Di Universitas Sangkuriang, rektor menginisiasi program mentorship, di mana pimpinan fakultas bersama-sama mendampingi dosen-dosen muda dalam menyusun rencana pengajaran yang inovatif. Langkah ini tidak hanya memperkuat kompetensi dosen, namun juga menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi dan inovasi.

Baca juga: Menghidupkan SPMI dengan SOP Berbasis Prinsip

Penutup

Integrasi SPMI dan TQM tidak hanya memberikan arah baru dalam pengelolaan mutu pendidikan tinggi, namun juga menanamkan budaya mutu yang berkelanjutan (kaizen).

Dengan menjadikan mutu sebagai prioritas utama, perguruan tinggi dapat memastikan bahwa setiap proses, dari perencanaan hingga evaluasi, menciptakan dampak nyata yang dirasakan oleh seluruh stakeholder. Sebagaimana dikatakan oleh Crosby, salah satu tokoh TQM, “Quality is free. It’s not a gift, but it’s free. What costs money are the unquality things — all the actions that involve not doing jobs right the first time.” Pendidikan tinggi yang bermutu adalah hasil dari kebiasaan kolektif untuk selalu bertanya, memperbaiki, dan melayani dengan lebih baik.

Baca juga: Connecting The Dots: Transformasi SPMI melalui Kolaborasi Tim


Referensi

  1. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. (2024). Pedoman Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi Akademik. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
  2. OpenAI. (2023). ChatGPT [Large language model]. Diakses melalui https://openai.com/chatgpt
  3. Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
  4. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2023). Organizational behavior (19th ed., Global ed.). Pearson.
  5. Sallis, E. (2002). Total quality management in education (3rd ed.). Kogan Page.

Oleh: Bagus Suminar, wakil ketua ICMI Orwil Jatim, dosen UHW Perbanas Surabaya, direktur mutupendidikan.com

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Cara Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Cara Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Cara Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Keterampilan konseptual adalah kemampuan individu untuk mengenal, mengelola & memanfaatkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak secara efektif. Meliputi keterampilan individu untuk mengenali pola, hubungan, informasi dan ide-ide yang rumit. Keterampilan memahami abstraksi, generalisasi & membuat inferensi (penalaran yang cermat). 

Keterampilan konseptual (conceptual skills) juga meliputi keterampilan untuk melakukan visualisasi (membayangkan) dan menerapkan konsep-konsep secara praktis. Ketrampilan ini sangat penting pada banyak bidang seperti bisnis, teknologi, sains, matematika,  dan seni, di mana konsep-konsep kompleks sering dibutuhkan. 

Dengan meningkatkan keterampilan konseptual, individu dapat menjadi lebih efektif dalam problem solving dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi-situasi yang rumit.

Pengelola lembaga pendidikan perlu memiliki keterampilan konseptual, sehingga mereka dapat melakukan perencanaan dengan baik, menyusun strategi, visi dan misi yang tepat. Melalui Sistem Penjaminan Mutu (SPMI) ide-ide konseptual yang brilian dapat diterapkan dalam perencanaan strategis lembaga pendidikan.

Pada Perguruan Tinggi, terdapat 5 manual PPEPP yang digunakan untuk meningkatkan mutu standar pendidikan. Manual pertama adalah manual penetapan standar. Melalui manual penetapan standar, pimpinan perguruan tinggi dapat mengimplementasikan ide-ide konseptual yang dimilikinya.

Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Meningkatkan keterampilan konseptual individu dapat melalui cara-cara berikut:

  1. Praktek menerapkan konsep: Menerapkan konsep dalam keseharian dapat membantu individu memperkuat pemahaman dan semakin terbiasa untuk membuat perencanaan jangka panjang.
  2. Rajin tukar pikiran dan berdiskusi: Dialog dengan pihak lain tentang topik-topik yang sama dapat membantu memperoleh ide-ide dan sudut pandang yang berbeda. Hal ini dapat memperkuat pemahaman mereka tentang topik-topik tersebut.
  3. Membuat rangkuman dan mind mapping: Membuat rangkuman tentang apa yang dipelajari dan dipahami dapat membantu individu memperkuat pemahaman mereka topik-topik yang ditekuni. Mind Mapping juga dapat dipakai untuk mengembangkan ide-ide baru yang inovatif.
  4. Membaca & Menulis: Rajin membaca buku, journal atau artikel yang berkaitan dengan topik yang ingin dipahami dapat memperkuat keterampilan konseptual. Rajin menulis tentang topik tertentu, juga dapat membantu memperkuat pemahaman konseptual.
  5. Membuat pertanyaan: Rajin membuat pertanyaan, akan membuat seseorang menjadi lebih paham  tentang ide konsep yang ingin dipelajari. Individu yang memiliki keterampilan konseptual sering dan terbiasa membuat pertanyaan-pertanyaan yang mendalam. 
  6. Rajin berlatih: Keterampilan konseptual juga perlu dilatih secara terus menerus. Pemimpin lembaga pendidikan sangat dianjurkan berlatih secara teratur untuk memperkuat keterampilan konseptual mereka.
  7. Ikut seminar / workshop / kursus / pelatihan: Menghadiri forum-forum ilmiah dengan topik yang ingin dipahami dapat membantu individu memperoleh informasi, dan menemukan cara-cara baru untuk memperkuat keterampilan konseptual mereka.

Baca juga: SPMI dan Keterampilan Konseptual


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Peran Motivasi 

SPMI dan Peran Motivasi

SPMI dan Peran Motivasi 

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Motivasi adalah kondisi emosional & psikologis yang menggerakkan individu untuk melakukan tindakan atau mencapai tujuan. Sumber motivasi dapat berasal dari dalam diri individu, dari faktor luar / eksternal, atau kombinasi keduanya. 

Motivasi mampu mempengaruhi tingkat energi, fokus, dan komitmen seseorang terhadap pencapaian tugas-tugas atau tujuan. Motivasi memainkan peranan penting bagi kesuksesan dan keberhasilan seseorang, baik dalam aspek pekerjaan, belajar, dan kegiatan lainnya.

Peran Motivasi bagi Keberhasilan SPMI

Motivasi memainkan peran sangat penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Motivasi mampu menggerakkan individu dan tim untuk berusaha keras mencapai tujuan, menjaga komitmen terhadap keberhasilan SPMI. 

Tanpa motivasi yang kuat, SPMI tentu akan gagal dalam upaya mencapai hasil standar / output yang diinginkan. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri individu, dari pimpinan lembaga pendidikan, atau dari budaya organisasi yang mendorong inisiatif dan keterlibatan aktif anggota organisasi. Oleh sebab itu, peran motivasi tidak diragukan lagi, sangat penting bagi keberhasilan SPMI.

Kiat Membangun Motivasi

Berikut beberapa cara membangun motivasi SPMI:

  1. Sosialisasi dan Edukasi: Sosialisasi, pelatihan dan edukasi tentang manfaat dan tujuan dari SPMI sangat penting untuk membangun motivasi. Membangun kesadaran mutu (quality awareness) dapat menumbuhkan semangat dan motivasi kerja.
  2. Keterlibatan Pimpinan: Pimpinan (rektor, dekan, kepala sekolah, kaprodi dll.) harus terlibat aktif dan menunjukkan komitmen kuat terhadap implementasi SPMI. Memberi contoh, keteladanan dengan memberikan dukungan dan bimbingan bagi semua tim.
  3. Membangun Keterlibatan: Membangun budaya keterlibatan (engagement) dan partisipasi aktif dari semua anggota organisasi, dapat memotivasi mereka untuk berpartisipasi, bekerja keras mencapai hasil yang lebih baik.
  4. Latihan dan Pengembangan: Program latihan dan pengembanan terkait teknis SPMI dapat membantu individu dan tim untuk memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip SPMI, sehingga semua unit kerja dapat bekerja dengan lebih efektif dan termotivasi.
  5. Kerjasama dan Keterbukaan: Kerjasama dan keterbukaan antar tim, antar individu dapat membantu membangun motivasi dan memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam implementasi SPMI. Rasa saling percaya (trust) akan membangun sinergi yang kokoh dalam lembaga pendidikan.
  6. Reward and Punishment: Penguatan perilaku positif dapat dilakukan dengan sistem imbalan dan hukuman yang tepat. Penghargaan dan imbalan bagi individu dan tim yang sukses menjalankan program SPMI dapat memotivasi anggota organisasi. Mereka akan terus berinovasi dan berupaya keras untuk mencapai hasil yang lebih baik (kaizen).

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Peran Motivasi , semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Penggerak Keberhasilan

SPMI dan Empat Faktor Penggerak Keberhasilan

SPMI dan Empat Faktor Penggerak Keberhasilan

Ron Ashkenas adalah seorang penulis buku & konsultan yang terkenal dengan konsep-konsep tentang perubahan manajemen, strategi  dan transformasi organisasi. Dalam jurnal manajemen yang ditulis Ron Ashkenas, beliau mengajukan konsep “Empat Penggerak Keberhasilan” (new drivers of organizational success), yaitu speed, flexibility, integration, & innovation

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah sistem manajemen mutu yang dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. SPMI terdiri dari dokumen yang digunakan sebagai acuan kerja lembaga pendidikan. Pada lembaga pendidikan tinggi, dokumen SPMI meliputi kebijakan SPMI, manual PPEPP, tandar SPMI dan formulir-formulir.

Untuk memperkuat implementasi SPMI agar maju dan unggul, lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) dapat memanfaatkan ide dan konsep-konsep transformasi yang digulirkan oleh Ron Ashkenas.

SPMI dan Empat Penggerak Keberhasilan

Berikut uraian singkat dari empat penggerak keberhasilan:

  1. Pertama adalah Kecepatan (Speed): Untuk keberhasilan SPMI, penting sekali untuk responsif dan cepat dalam setiap aktivitas manajemen. Kecepatan dapat mencakup berbagai aspek, seperti kecepatan merespon perubahan (lingkungan internal dan lingkungan eksternal), kecepatan mengambil keputusan, dan mengembangkan standar-standar SPMI baru dalam lembaga pendidikan. Dokumen SPMI harus cepat disesuaikan dengan perubahan-perubahan baru, agar update dan tetap relevan.
  2. Kedua adalah Fleksibilitas (Flexibility): Di era digital seperti saat ini, perubahan berlangsung sangat cepat. Fleksibilitas meliputi kemampuan lembaga untuk beradaptasi dengan dengan cepat. Fleksibilitas disini dapat berbentuk perubahan visi misi, perubahan struktur organisasi, perubahan tupoksi, perubahan standar, perubahan SOP dll.
  3. Ketiga adalah Integrasi (Integration): Apakah integrasi itu? Integrasi adalah kemampuan lembaga untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi yang berbeda dalam organisasi, seperti level universitas, level fakultas, level departemen, prodi dan unit-unit pendukung. Semua fungsi apakah sudah sinkron? Atau jalan sendiri-sendiri tanda kesatuan arah? Tujuan integrasi agar semua komponen organisasi dapat bergerak dalam satu komando, sehingga dapat beroperasi dengan lebih efisien dan efektif. 
  4. Keempat adalah Inovasi (Innovation): Apakah lembaga sudah mampu berinovasi? Atau  masih menggunakan cara-cara lama? Inovasi adalah kemampuan untuk mengembangkan metode baru, cara baru, sistem baru, layanan baru, dan mengadopsi teknologi baru. Lembaga pendidikan yang inovatif mampu menciptakan keunggulan kompetitif dan memenuhi kebutuhan stakeholder yang terus berkembang. Misalnya inovasi dalam layanan kemahasiswaan, layanan perpustakaan, layanan akademik dan lain sebagainya.

Sebagai penutup, keempat penggerak keberhasilan diatas saling terkait dan saling memperkuat. Lembaga pendidikan yang mampu memadukan kecepatan, fleksibilitas, integrasi, dan inovasi ke dalam SPMI, memiliki peluang menjadi unggul dalam jangka panjang. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan VUCA

Dampak VUCA Terhadap SPMI

Dampak VUCA Terhadap SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) adalah suatu sistem manajemen pendidikan yang digunakan untuk memastikan bahwa proses-proses (pendidikan) yang kerjakan telah memenuhi standar yang ditetapkan. Selanjutnya standar tersebut akan ditingkatkan secara terus menerus untuk memenuhi harapan stakeholder.

VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity) adalah istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan kondisi lingkungan eksternal yang tidak stabil, tidak pasti & berubah-ubah. VUCA dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi eksistensi lembaga pendidikan. Lembaga yang mampu beradaptasi dengan baik, tentu akan tetap eksis, sebaliknya lembaga yang kaku, tidak proaktif dan tidak inovatif tentu akan hilang dari peredaran (out of business).

Dampak VUCA terhadap SPMI

Dampak VUCA terhadap SPMI,  bisa bervariasi tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan yang ada (internal dan eksternal). Akan tetapi, secara garis besar, lingkungan eksternal yang tidak stabil atau berubah-ubah dapat mempengaruhi keberhasilan SPMI, berikut penjelasannya:

  1. Volatilitas (Volatility), atau tingkat perubahan yang sangat cepat. Seperti perubahan teknologi digital pembelajaran, perubahan demografi, perubahan permintaan layanan pendidikan dll. Hal ini dapat memaksa institusi untuk mengubah strategi, standar dan kegiatan dengan cepat untuk tetap relevan. SPMI harus dapat  menyesuaikan dengan perubahan ini, dan terus berusaha memastikan semua kegiatan telah memenuhi standar yang ditetapkan.
  2. Ketidakpastian (Uncertainty) atau ketidakjelasan kondisi saat ini. Uncertainty, dapat membuat situasi sulit untuk pengambilan keputusan dan perencanaan jangka panjang. Oleh sebab itu, institusi yang ingin unggul harus berani fleksibel dalam perencanaan & mempertimbangkan beberapa skenario yang mungkin terjadi, berani membuat plan A dan plan B.
  3. Kompleksitas (Complexity) suatu keadaan dimana manajemen merasa bingung dan sulit untuk memahami proses-proses & sistem SPMI secara keseluruhan. Sebagai solusi, institusi hendaknya mengembangkan pendekatan-pendekatan yang sistematis & terstruktur. Hal ini untuk memastikan bahwa semua dokumen SPMI dapat dipahami dengan jelas dan dapat diterapkan secara konsisten.
  4. Ambiguitas (Ambiguity), kebingungan terhadap situasi, fakta dan evant yang ada. Situasi ini membuat manajemen sulit untuk menentukan cara-cara mengevaluasi dan mengukur SPMI. Bila SPMI tidak bisa diukur dan dievaluasi, maka akan sulit untuk memperbaiki proses dan sistem yang ada. 

Kesimpulan umum, lembaga pendidikan yang menerapkan SPMI (Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah) harus terus mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan eksternal. Kondisi VUCA akan terus berlangsung dan semakin bergejolak, siapkah lembaga Anda untuk beradaptasi? Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Akreditasi Keteknikan IABEE

Mengenal Akreditasi Keteknikan IABEE

“Mengenal Akreditasi Keteknikan IABEE”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Halo sobat, pada kesempatan ini yuk kita mengenal salah satu lembaga akreditasi yang disingkat IABEE atau Indonesian Accreditation Board for Engineering Education.

IABEE adalah organisasi independen nirlaba yang dikembangkan oleh lembaga Persatuan Insinyur Indonesia (PII). IABEE bertujuan untuk menumbuhkembangkan quality culture / budaya mutu lembaga pendidikan tinggi khususnya prodi bidang teknik & computing.

Baca juga: Membangun Budaya Mutu Organisasi

Quality Culture ini dibangun melalui upaya penjaminan pihak III yang menyatakan bahwa prodi / program studi  lembaga perguruan tinggi telah memenuhi standar-standar minimum yang dipersyaratkan. Prodi juga dinilai kemampuannya dalam mempergiat peningkatan mutu secara terus menerus.

Pembentukan IABEE memperoleh bimbingan dan pembinaan oleh JABEE (Japan Accreditation Board for Engineering Education). IABEE telah menandatangan Washington Accord, yaitu perjanjian multilateral yang bertujuan mengatur kesetaraan lembaga akreditasi mandiri dari berbagai negara. Negara-negara yang ikut menanda tangani Washington Accord antara lain Amerika Serikat, Turki, Malaysia, Jepang, Rusia, Inggris, Irlandia, Australia, New Zealand, Afrika Selatan, India, Hong Kong, Taiwan, dan China.

IABEE telah mendapat pengakuan dari Kementerian Riset, Teknologi & Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai lembaga yang bertanggungjawab untuk akreditasi program studi yang memberikan gelar sarjana di bidang teknik & computing.

Tentu saja Akreditasi Nasional oleh BAN-PT atau LAM-PT bersifat wajib bagi program studi sesuai  peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, adapun akreditasi bertaraf internasional oleh IABEE bersifat opsional. Prodi dapat mengambil opsi ini bila ingin mendapatkan akreditasi bertaraf internasional.

Baca juga: Kendala Budaya Mutu Pendidikan

Saat ini, IABEE juga telah berupaya menjadi anggota dari Seoul Accord. Seoul Accord merupakan perjanjian multilateral seperti Washington Accord,  Seoul Accord membidangi akreditasi bertaraf internasional untuk prodi sistem informasi, sistem komputer, computing, seperti informatika/ilmu komputer, teknologi informasi,  dan software engineering. Pada saat kegiatan IEA Meeting di Hong Kong, IABEE juga aktif mengikuti Sidang Tahunan Seoul Accord sebagai peserta observer.

Misi IABEE

IABEE memiliki misi sebagai berikut:

  • Menumbuhkan pendidikan tinggi teknik yang terbuka pada masyarakat, dengan asas peningkatan mutu berkelanjutan.
  • Mengantisipasi dinamika perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan masa depan pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mempersiapkan pengembangan strategi pendidikan keteknikan yang sesuai.
  • Menyebarluaskan informasi peningkatan kualitas yang berkelanjutan dan inovasi-inovasi di bidang pekerjaan keteknikan, untuk menjadi tambahan rujukan dalam peningkatan mutu pendidkan tinggi teknik.
  • Mengakreditasi program studi keteknikan yang berorientasi pada dihasilkannya tenaga professional yang mandiri dan mampu mengidentifkasi persoalan serta membuat solusinya.
  • Mendorong terciptanya komunikasi dan kemitraan antara perguruan tinggi teknik dengan pemangku kepentingan.
  • Memfasilitasi penyiapan pendidikan tinggi teknik untuk mencapai kesetaraan mutu global yang berkelanjutan.
  • Mendorong pengembangan pendidikan tinggi teknik yang memberdayakan sumber daya dan kearifan lokal, berorientasi pada kepentingan nasional dan memberi kontribusi besar pada solusi permasalahan global.
  • Mengelola sumber daya serta menjalankan operasi yang efektif dan akuntabel

Demikian uraian singkat tentang Mengenal Akreditasi Keteknikan IABEE, semoga bermanfaat.

خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ

___________________________________

mutupendidikan.com

Instagram: @mutupendidikan

Kunjungi: Pelatihan & Pendampinan

Politik dan konflik Organisasi

SPMI, Politik & Konflik Organisasi

“SPMI, Politik & Konflik Organisasi”

mutupendidikan.com – Manajer dalam organisasi yang menerapkan TQM perlu juga memahami tentang perilaku politik dalam organisasi. Perilaku politik internal organisasi, apabila dapat dikelola dengan baik akan membantu pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Sebaliknya apabila tidak terkelola dengan baik akan berdampak pada  buruknya kinerja organisasi.

________________________________

Power Point (PDF):

Politik & Konflik Organisasi

________________________________

Dalam organisasi pendidikan, implementasi SPMI juga rentan terhadap masalah politik dan konflik organisasi. Organisasi pendidikan terdiri dari banyak stakeholder yang masing-masing membawa kepentingan yang ingin dicapai.

Tugas pemimpin dalam organisasi pendidikan adalah mencapat tujuan, visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Statuta, RIP dan Renstra. Untuk mencapat tujuan organisasi tentu saja akan ada pihak-pihak yang menolak (resistence) untuk mendukung tujuan organisasi.

Konflik dan politik internal dapat terjadi ketika organisasi menyusun kebijakan SPMI, standar dan manual SPMI. Konflik dan politik internal dapat terjadi saat pelaksanaan Standar, Evaluasi Standar dan pengendalian standar.

Baca juga: SPMI & Manajemen Konflik

Pemimpin yang cakap, dapat mengelola konflik dan perilaku politik internal. Pemimpin dapat menciptakan keseimbangan yang etis yang dapat diterima oleh semua pihak. Konflik dan politik internal merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari, namun perlu dikelola dengan baik sehingga dapat mendukung efektifitas organisasi.

Pengertian Politik Internal

Politik internal terdiri dari kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan atau mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi untuk tujuan lain selain kepentingan organisasi.

Ada beberapa metode politik internal yang sering digunakan dalam organisasi diantaranya sbb:

  • Melobi
  • Membangun koalisi
  • Menerapkan gangguan dan tekanan
  • Berkampanye
  • Bergosip dan menyebarkan rumor
Bagaimana dampak politik internal terhadap mutu

Tentu saja apabila konflik dan politik internal tidak terkelola dengan baik akan berdampat negatif seperti:

  • Hilang moral
  • Keputusan yang diragukan
  • Persaingan internal yang tidak produktif
  • Kehilangan karyawan yang terbaik
  • Kelangsungan proses, prosedur, dan teknologi yang kadaluarsa
  • Konflik terus menerus
  • Hilangnya kualitas, persaingan, dan pelanggan

Untuk penjelasan lebih lengkap, silahkan di unduh file power point diatas.

Demikian, semoga bermanfaat dan salam mutu.

________________________________

mutupendidikan.com

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan


Hubungi Customer Service kami
Untuk In-House Training “Manajemen Konflik dalam Organisasi”

Pembuatan Prosedur Mutu

Metode & Cara Pengukuran Kepuasan Pelanggan

8 Dimensi Mutu

Untuk dapat memberikan pelayanan terbaik bagi segenap stakeholder (pemangku kepentingan), Institusi Pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) perlu untuk melakukan pengukuran kepuasan pelanggan/ Stakeholder (Mahasiswa/ Siswa/Ortu, Pengguna lulusan/ Masyarakat) secara berkesinambungan.

Hasil pengukuran diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan/ pengembangan kualitas pada institusi pendidikan di masa yang akan datang.

Untuk pengukuran kepuasan pelanggan, dapat menggunakan indikator 8 dimensi mutu sbb:

  • Penampilan (performance), suatu karakter utama hasil produk
  • Gambaran atau keistimewaan (features)
  • Ketahanan (reliability)
  • Kesesuaian (conformance)
  • Lama bertahan (durability)
  • Kemampuan diperbaiki(serviceability)
  • Estetika (Asthetics)
  • Mutu yang dirasakan (perceived quality)

Untuk mendapatkan materi tentang metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan, berikut kami share materi sbb:

Klik Disini :

Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Demikian, semoga bermanfaat, Aamiin..3X YRA

Hormat kami & Salam mutu

admin,

MutuPendidikan.com

Pelatihan & Pendampingan

Lembaga Training, In-House Training, Bimbingan Teknis, Lokakarya, Seminar, Workshop Mutu Pendidikan


Untuk Informasi In-House Training Pengukuran Kepuasan Pelanggan & Pelayanan Prima

Hubungi Customer Service Kami


iso 9000

Hubungan ISO 9000 dengan TQM

Bagaimana hubungan ISO 9000 dengan Total Quality?

Hubungan antara ISO 9000 dengan TQM merupakan topik yang patut dicari titik terangnya, karena  setiap organisasi / institusi dapat menerapkan kedua hal tersebut (TQM dan ISO 9000) dalam waktu yang bersamaan.

Berikut slideshare yang kami sarikan dari Buku Quality Management dari David L. Goetsch.

Silahkan di unduh Slideshare file ppt berikut ini:

Hubungan ISO 9000 dengan Total Quality

Demikian semoga bermanfaat.

Salam Hormat,

admin

mutupendidikan.com


Untuk Pelatihan / In-House Training:
Implementasi ISO 9001 : 2015 bagi Lembaga Pendidikan
Hubungi Customer Service Anda (Klik disini)

Riset Pasar untuk Pendidikan

TQM untuk Lembaga Pendidikan bag.3

Perlukah Riset Pasar?

Riset pasar merupakan unsur penting dalam implementasi TQM. Riset ini adalah cara utama untuk mendengarkan pelanggan dan calon pelanggan. Jika pendekatan TQM ingin diterapkan, maka mutu sebagai “menurut apa yang dirasakan pelanggan” harus segera ditetapkan.

Alasan Pentingnya Riset Pasar:

  • Kalimat “mutu yang dirasa” (perceived quality) tersebut, tidak akan berarti apa-apa tanpa riset pasar
  • Riset tersebut akan memberikan data yang akan melengkapi kesan institusi terhadap kelompok pelanggan/ calon pelanggan yang bervariasi.
  • Kelompok pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda pula sehingga memerlukan pendekatan serta perlakuan yang berbeda pula
  • Riset pasar bukan sesuatu yang dilaksanakan sekali untuk selamanya
  • Riset pasar perlu dilakukan secara periodik
  • Riset pasar dapat memberikan peringatan tentang perubahan persepsi pelanggan yang berpengaruh pada reputasi institusi
  • REPUTASI membutuhkan waktu untuk berkembang & perlu dijaga

Faktor Penting bagi keberhasilan Institusi Pendidikan:

  • Sistem penerimaan siswa baru yang mudah/ praktis
  • Bentuk pembelajaran yang memenuhi kebutuhan pelajar
  • Tim kerja yang berfungsi secara tepat
  • Nilai rata-rata ujian yang meningkat
  • Berkembangnya nilai-nilai sosial, personal, kultural, & etika dalam diri pelajar
  • Meningkatnya strategi pembelajaran & pengajaran
  • Terlibatnya mayoritas staf dalam tim peningkatan kualitas
  • Meningkatnya kemajuan Institusi diberbagai bidang
  • Meningkatnya akses internal dan eksternal terhadap institusi
  • Meningkatnya kepuasan pelanggan yang dibuktikan melalui survei kepuasan
  • Meningkatnya pasar
  • Meningkatnya kepercayaan golongan minoritas / kelompok yang belum maju
  • Reaksi yang semakin besar terhadap kebutuhan komunitas
  • Hubungan kerjasama dan kemitraan yang semakin kuat dengan dunia industri & perdagangan

Key Success Factor:

  • Faktor-faktor penting sebuah kesuksesan,kadangkala disebut peristiwa kunci, adalah indikator-indikator menyangkut hal-hal apa saja yang harus dicapai oleh sebuah institusi yang ingin memenuhi kepuasan pelanggan & statemen misinya
  • Tujuan dari pembuatan daftar faktor-faktor penting kesuksesan tersebut adalah untuk berkonsentrasi pada kata “penting” & “kesuksesan”

Berikut kami sampaikan Slideshare “TQM & Riset Pasar Institusi Pendidikan” dalam bentuk file PPT. Materi ini merupakan hasil rangkuman yang kami sarikan dari buku Total Quality Management in Education yang ditulis oleh Edward Sallis.

Materi dapat diunduh/ download disini:

Klik disini:

PPT TQM untuk Lembaga Pendidikan bag-3

Hormat kami,

mutupendidikan.com

Pelatihan, Pendampingan & Bimtek


Untuk Pelatihan Survey Kepuasan Konsumen

Hubungi Customer Service kami


123
×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami