• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Bukan Copy-Paste! Begini Cara Bikin Standar Kompetensi Lulusan yang Tajam dan Relevan

SPMI dan SKL

Bukan Copy-Paste! Begini Cara Bikin Standar Kompetensi Lulusan yang Tajam dan Relevan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Instagram: @mutupendidikan

Pendahuluan

Pernahkah Anda melihat Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam dokumen kurikulum yang terasa generik, hampir mirip antar program studi, dan sulit diukur? Kalimat-kalimat seperti “menguasai pengetahuan di bidangnya” atau “mampu berpikir kritis dan bertanggung jawab” sering muncul, tetapi apa artinya dalam konteks nyata—dan bagaimana memastikan itu benar-benar tercapai?

Jika SKL disusun asal tempel dari dokumen kampus lain, maka risiko besarnya adalah menghasilkan lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, tidak menjawab visi institusi, dan akhirnya kehilangan daya saing. Karena itu, menyusun SKL harus melalui proses yang serius, berbasis data, reflektif terhadap jati diri kampus, dan kontekstual terhadap kebutuhan dunia kerja dan masyarakat.

Baca juga: Integrasi Nilai-Nilai Mutu: Cara Cerdas Menghidupkan SPMI di Kampus

Satu Kampus, Seribu Misi?

Bukankah semua kampus punya tujuan yang sama—mendidik dan mencetak lulusan? Sekilas iya. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, ternyata setiap perguruan tinggi punya DNA yang berbeda. Ada kampus yang berfokus pada riset dan publikasi, ada yang menonjol dalam pengabdian masyarakat, ada pula yang mengusung semangat kewirausahaan, atau berbasis keislaman dan nilai-nilai lokal. Perbedaan ini bukan sekadar identitas, tapi fondasi penting dalam menentukan arah pendidikan dan kompetensi yang harus dibangun.

Karena itulah, menyusun Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tidak bisa dilakukan dengan pendekatan satu untuk semua.

Jika kampus ingin melahirkan lulusan yang benar-benar relevan dan bermakna, maka SKL harus dirancang selaras dengan siapa mereka, ke mana mereka ingin melangkah, dan apa kontribusi khas yang ingin mereka berikan kepada masyarakat dan dunia.

Baca juga: Transformasi Mutu Kampus Melalui Benchmarking Digital: Mungkinkah?

Bicara Kompetensi, Bukan Kalimat Indah

Salah satu kesalahan umum dalam menyusun SKL adalah terlalu normatif dan tidak operasional. Kalimatnya mungkin terdengar elegan, tapi tidak memberikan gambaran konkret tentang kemampuan apa yang harus dimiliki lulusan.

Untuk menjawab itu, penyusun SKL harus mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), melakukan tracer study, berdiskusi dengan alumni, melibatkan asosiasi profesi, dan bahkan melakukan benchmarking ke standar internasional seperti AUN-QA, ABET, atau ACCSB. Dari sanalah akan muncul pemahaman mendalam: kompetensi apa yang benar-benar dibutuhkan. Dari sini pula SKL akan terasa relevan dan tajam, karena berbicara dalam bahasa kebutuhan nyata, bukan bahasa administratif.

Baca juga: SPMI Berkualitas? Mulai dari 10 Pilar TQM Edward Sallis!

SPMI: Bukan Arsip Mati

Setelah SKL disusun, tugas belum selesai. Dokumen tersebut harus ditanamkan ke dalam seluruh proses pembelajaran, penilaian, dan evaluasi mutu. Di sinilah Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memainkan peran vital.

Melalui SPMI, kampus bisa membangun siklus mutu yang melibatkan seluruh pihak: dosen, pengelola prodi, mahasiswa, bahkan mitra industri. SKL yang telah ditetapkan akan dievaluasi secara periodik, dikaji apakah masih relevan dengan dinamika global, dan jika perlu, ditingkatkan. Tanpa SPMI, SKL hanya akan jadi dokumen pajangan. Tapi dengan SPMI yang berjalan aktif, SKL akan menjadi kompas utama pembentukan lulusan.

Baca juga: Antara Ideal dan Realitas: Apa Isi Kebijakan SPMI Kampusmu?

PDCA dan PPEPP 2
SPMI menjadi efektif jika dijalankan dalam kerangka kerja yang sistematis—dan di sinilah siklus PPEPP hadir!

PPEPP: Jalur Kaizen dalam Dunia Pendidikan Tinggi

SPMI menjadi efektif jika dijalankan dalam kerangka kerja yang sistematis—dan di sinilah siklus PPEPP hadir. Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan adalah lima tahap penting yang memastikan SKL tidak stagnan, tetapi terus tumbuh dan disempurnakan. Ini adalah bentuk nyata dari filosofi kaizen—perbaikan berkelanjutan dalam dunia kampus.

Sebagai contoh, jika evaluasi menunjukkan bahwa lulusan kurang kompeten dalam keterampilan digital, maka prodi bisa merevisi SKL, menambah mata kuliah, atau merancang proyek berbasis teknologi.

Baca juga: Kebijakan SPMI: Blueprint Masa Depan Kampus yang Sering Diabaikan

Penutup

Membuat SKL yang tajam dan relevan bukan pekerjaan instan. Ia bukan hasil copy-paste, melainkan hasil dari proses refleksi misi, identifikasi kebutuhan stakeholder, serta penyesuaian dengan regulasi dan standar global. Namun, bila disusun dengan benar, SKL akan menjadi poros utama pendidikan tinggi yang bermakna.

Dengan dukungan SPMI sebagai sistem mutu berbasis regulasi, dan PPEPP sebagai alat kaizen pendidikan, kampus punya fondasi kuat untuk membentuk lulusan yang tidak hanya lulus, tapi benar-benar kompeten.

Baca juga: Merumuskan Mission Differentiation: 5 Langkah Menuju Kampus Otentik


Referensi

  1. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. (2024). Pedoman Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi Akademik. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
  2. Griffin, R. W. (2022). Fundamentals of management (10th ed.). Cengage Learning.
  3. Kim, W. C., & Mauborgne, R. (2005). Blue ocean strategy: How to create uncontested market space and make the competition irrelevant. Harvard Business School Press.
  4. OpenAI. (2023). ChatGPT [Large language model]. Diakses melalui https://openai.com/chatgpt
  5. Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
  6. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2023). Organizational behavior (19th ed., Global ed.). Pearson.
  7. Sallis, E. (2002). Total quality management in education (3rd ed.). Kogan Page.
  8. Yukl, G. (2010). Leadership in organizations (7th ed.). Prentice Hall.

Oleh: Bagus Suminar, wakil ketua ICMI Orwil Jatim, dosen UHW Perbanas Surabaya, dan direktur mutupendidikan.com

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

admin

MOTTO: Senantiasa bergerak dan berempati untuk menebar manfaat bagi Mutu Pendidikan di Indonesia

    ×

    Layanan Informasi

    × Hubungi Kami