“AMI: Audit Mutu Internal“
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Audit Mutu adalah suatu pemeriksaan yang sistematis dan independen untuk menentukan apakah kegiatan menjaga mutu serta hasilnya telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan.
Tujuan diselenggarakan Audit Mutu untuk pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) antara lain untuk:
Untuk memahami dan mengenal bagaimana pelaksanaan AMI (Audit Mutu Internal) lebih dalam, berikut kami sampaikan materi slideshare pengenalan Audit Mutu Internal yang bisa diunduh:
Slide share PDF:
Pengenalan Audit Mutu Internal (AMI)
Suatu pemeriksaan yang sistematis dan independen untuk menentukan apakah kegiatanmenjagamutu serta hasilnya telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan.
Sistem yang mencakup struktur organisasi, tanggungjawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk melaksanakan manajemen mutu.
Sistem Mutu harus dirancang sebaik mungkin agar dapat menjamin keberhasil organisasi untuk mencapai kepuasan stakeholder (pemangku pepentingan yang maksimal).
Lingkup Audit: Aktivitas-aktivitas yang perlu didesain untuk audit tertentu agar mencapai target atau tujuan audit. (Klien harus menentukan standar yang dipakai atau referensi dokumennya).
Demikian penjelasan singkat tentang AMI: Audit Lembaga Pendidikan, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
“Keberhasilan Audit Mutu Internal”
Bapak Ibu pengerak SPMI yang berbahagia…
Perguruan Tinggi, Sekolah maupun Madrasah yang menerapkan sistem penjaminan mutu pendidikan, perlu terus menerus meningkatkan ketrampilan dan kompetensi Auditor yang mereka miliki.
Dengan adanya tenaga auditor internal yang cakap & berpengalaman, institusi pendidikan akan dapat merencanakan dan menjalankan kegiatan audit dengan baik.
Berikut kami sampaikan slideshare terkait Tips dan kiat-kiat sukses audit mutu internal. Didalamnya dibahas tentang :
Untuk mendapatkan slideshare tersebut, silahkan diunduh file berikut ini:
Tips Keberhasilan Audit Mutu Internal.
Semoga bermanfaat… Semangat!
Hormat kami,
admin,
mutupendidikan.com
Salah satu problem dalam kegiatan audit mutu internal (AMI) adalah:
“Anggota Tim audit kurang dibekali dengan berbagai pengetahuan dan skill tentang proses audit”
Institusi pendidikan sangat dianjurkan untuk memberi pembekalan yang cukup agar tenaga auditor mereka dapat terjun ke lapangan secara memadai. Tenaga auditor yang tidak terampil, tentu saja dapat merusak tatanan sistem manajemen mutu yang telah dibangun selama ini. Lembaga penjaminan mutu akan berkurang wibawanya apabila tenaga auditor tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Seorang Auditor yang cakap/terlatih umumnya memiliki ketrampilan audit seperti:
Demikian kriteria penting yang harus dimiliki tenaga auditor internal. Kegiatan audit mutu internal bukan pekerjaan yang mudah, bukan pekerjaan yang remeh, bukan pekerjaan sambilan. Pembekalan yang cukup dan memadai sangat diperlukan bagi semua calon auditor.
Demikian, tetap semangat dan selamat berjuang.
admin,
mutupendidikan.com
“Mencermati 12 Kendala Pelaksanaan Audit Mutu Internal”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Kegiatan Audit Mutu Internal adalah kegiatan penting yang wajib dilakukan oleh institusi Pendidikan yang menjalaskan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) atau yang mengadopsi SMM ISO 21001.
Tujuan audit mutu internal (AMI) adalah untuk menilai seberapa efektif penerapan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) atau penerapan sistem manajemen mutu lainnya seperti ISO 21001 :2018
Baca juga: Problem Audit Mutu Internal
Pelaksanaan AMI akan menunjang proses perbaikan yang berkelanjutan di lingkungan Institusi Pendidikan. Hasil Audit Mutu Internal, diharapkan akan memberbaiki pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Dalam siklus SPMI dikenal istilah PPEPP, yang meliputi Penetapan Standar, Pelaksanaan Standar, Evaluasi Pelaksanaan Standar, Pengendalian Pelaksanaan Standar & Peningkatan Standar.
Baca juga: Manajemen Kualitas
Pelaksanaan AMI, merupakan salah satu proses dalam kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Standar SPMI. Dalam prakteknya banyak kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan audit mutu internal. Berikut adalah beberapa kendala yang sering dijumpai.
Demikian, sekilas informasi tentang permasalahan AMI di lapangan, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
________________________________
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Kunjungi: Pendampingan & Pelatihan
“SPMI & Analisis Akar Masalah”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Root Cause Analysis (RCA / Analisis Akar Masalah) adalah metode yang cukup sederhana dan mudah dilakukan. Metode ini berguna untuk membantu tim Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI) atau Gugus Kendali Mutu (GKM) lembaga Pendidikan. Dengan RCA dapat membantu menemukan jawaban mengapa masalah yang spesifik bisa timbul. RCA dapat dilakukan dalam 5 tahap/ langkah berikut:
Masalah apa yang sedang terjadi pada saat ini? Apakah ada standar SPMI yang tidak terpenuh? Apakah ada keluhan dan stakeholder? (Masalah Siswa, Kurikulum, Kompetensi, Sarpras, dll)
Jelaskan pula simptom/ gejala yang spesifik, yang menandakan adanya masalah tersebut!
Apakah memiliki bukti yang menyatakan bahwa masalah memang benar ada? (Referensi, Bukti Obyektif dll). Sudah berapa lama masalah tersebut muncul? Impact/ kerugian apa yang dirasakan lembaga Pendidikan dengan adanya masalah tersebut?
Baca juga: Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Dalam tahap ini, tim SPMI atau GKM perlu melakukan analisa mendalam tentang faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya masalah. Agar Root Cause Analysis (RCA) dapat berjalan efektif, perlu kumpulkan perwakilan departemen yang terlibat (tenaga pendidik an kependidikan). Pilih tim yang memahami situasi dan kondisi. Wakil tersebut dapat menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan organisasi.
Tim GKM dapat menggunakan metode “CATWOE”, yang merupakan singkatan dari:
Dalam tahap ini, lakukan identifikasi sebanyak mungkin penyebab masalah yang bisa diperoleh. Dalam beberapa kasus, ada kecenderungan mengidentifikasi satu atau dua faktor kausal, lalu berhenti dan merasa sudah selesai. Padahal satu atau dua itu belum cukup/ belum lengkap untuk menemukan akar masalah yang tersembunyi.
RCA diaplikasikan bukan hanya untuk menghilangkan satu dua masalah yang nampak. RCA dapat membantu menggali lebih dalam dan menghilangkan akar dari keseluruhan masalah.
Berikut beberapa tips praktis untuk melakukan RCA :
Gunakan tool/ metode yang sama dengan yang digunakan dalam langkah 3 untuk mencari akar dari setiap faktor. Tools tersebut dirancang untuk mendorong anda dan tim menggali lebih dalam di setiap level penyebab dan efeknya.
Dengan menerapkan 5 langkah diatas, InsyaAllah kita akan mudah mengetahui penyebab timbulnya masalah. Kemudian dicarikan solusi yang tepat, apakah itu tindakan koreksi, korektif atau preventif. Kalau dijalankan dengan semangat dan komitmen yang tepat, InsyaAllah pelaksanan SPMI akan berjalan sangat baik.
Demikian sekilas informasi tentang SPMI & Analisis Akar Masalah. Semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
“Manual PPEPP dalam SPMI”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Big Picture MODEL PDCA ini insyaAllah akan sangat membantu. Dengan mengikuti alur dalam model ini, kita akan mudah untuk mengembangkan SPMI melalui proses Kaizen. Model ini dapat pula diterapkan tidak hanya di Perguruan tinggi, dapat pula di implementasikan di SMA, SMP maupun Pendidikan SD.
Agar proses Kaizen (perbaikan terus menerus) dapat berjalan dengan baik, konsep Sistem Manajemen Mutu mengenalkan empat fungsi penting TQM (Total Quality Mangement) yang dikenal dengan PDCA:
Prosen kaizen dalam SPMI Perguruan Tinggi menggunakan manual SPMI yang dikenal dengan istilah PPEPP. Sedangkan untuk Dikdasmen menggunakan konsep PDCA.
Manual PPEPP- SPMI pada dasarnya berkaitan dengan pentahapan mengelolaan standar melalui mekanisme PDCA (Kaizen):
Demikian sekilas info tentang Model PDCA dan Manual PPEPP. Semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Membangun sistem penjaminan mutu internal (SPMI) tidak cukup hanya sekedar dokumen hitam putih seperti manual, prosedur ataupun instruksi kerja. Lebih dari itu, yang terpenting adalah terbentuknya perilaku produktif yang terbangun dari budaya mutu Perguruan Tinggi/Sekolah/Madrasah. Tidak ada artinya punya dukumen mutu yang lengkap dan bagus bila personel pelaksananya memiliki nilai-nilai yang tidak sejalan dengan budaya mutu.
Oleh karena itu, kesadaran mutu dan budaya mutu harus benar-benar dibangun secara sadar dan berkesinambungan. Prinsip-prinsip mutu & keinginan untuk memberi pelayanan terbaik bagi pengguna proses (konsumen internal/eksternal) harus tertanam kuat bagi segenap anggota organisasi mulai dari tukang sapu sampai pucuk pimpinan. Inilah pekerjaan utama pimpinan Institusi Pendidikan. Sanggup?
Demikian, semoga bermanfaat.
Hormat kami,
admin,
mutupendidikan.com
Benchmarking Mutu Pendidikan
Tujuan utama dari Benchmarking adalah untuk mengenal dan mengevaluasi proses ataupun produk saat ini sehingga menemukan cara-cara atau “Praktek Terbaik” untuk meningkatkan proses maupun kualitas produk.
Benchmarking dapat dilakukan untuk produk, proses produksi, jasa maupun sistem dalam suatu organisasi/perusahaan.
Benchmarking dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan “Tolok Ukur” atau “Patokan”. Benchmarking adalah proses mengidentifikasikan “Best Practice” terhadap suatu produk/jasa dan proses produksinya hingga produk tersebut dikonsumsi.
Baca juga: SPMI dan Kegagalan Benchmarking
Benchmarking memberikan gambaran yang diperlukan untuk membantu manajemen dalam memahami proses dan produknya baik dengan cara membandingkannya dengan Industri yang sejenis maupun dengan industri-industri yang lain.
Proses Benchmarking adalah proses yang mencoba melihat/mempelajari faktor luar (produk lain, organisasi lain, sistem lain) untuk mengetahui bagaimana pihak lain mencapai tingkat kinerja dan memahami proses-proses kerja yang mereka gunakan.
Benchmarking dapat menjelaskan apa yang terjadi dibalik keberhasilan/ kinerja baik proses ataupun produk yang dibandingkan. Apabila diimplementasikan dengan benar, Benchmarking dapat membantu suatu organisasi/lembaga untuk meningkatkan prestasi/ kinerja organisasinya maupunpun proses-proses didalamnya.
Benchmarking dapat dilakukan kedalam organisasi (secara Internal), yang dilakukan adalah membandingkan kinerja beberapa kelompok atau tim di dalam Organisasi.
Sedangkan Benchmarking eksternal adalah membandingkan kinerja suatu organisasi dengan organisasi lainnya atau antar Industri. Benchmarking dapat pula dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
Baca juga: Pengendalian Proses Statistik
Lembaga pendidikan, baik pendidikan tinggi, sekolah dan madrasah, juga sangat dianjurkan untuk melakukan proses benchmarking. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kegiatan benchmark perlu diselenggarakan sebagai salah satu program Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).
Dalam lingkungan yang semakin disrupsi saat ini, lembaga pendidikan tidak boleh cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dihasilkan selama ini. Lengah sedikit, maka akan ketinggalan dalam memberikan layanan terbaik untuk stakeholdernya.
Dengan mengimplementasikan proses benchmarking, manajemen akan memperoleh bahan-bahan yang valid untuk pengambilan keputusan untuk melakukan continuous improvement.
Pakar Benchmarking, Robert Camp dalam bukunya, mengemukakan Metodologi Benchmarking yang terdiri dari 12 Tahapan, antara lain :
Baca juga: Kunjungan Bisnis & Pendidikan ke Jepang
Untuk memahami lebih dalam tentang metodologi Benchmarking, berikut dapat di unduh/ download ppt materi berikut ini:
Demikian uraian singkat tentang Benchmarking Mutu Pendidikan, semoga bermanfaat dan berkah selalu.
______________________________
IG: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
Yang Terhormat Tim SPMI di Tempat,
Pengawasan & Evaluasi sering digunakan untuk memperbaiki masa depan, bukan masa sekarang, akibatnya tentu akan ada siswa yang dirugikan. Siswa/ mahasiswa tidak boleh dibiarkan menderita kerugian akibat sistem evaluasi yang tidak tepat. Perbaikan atau tindakan koreksi yang dilakukan hanya untuk masa depan sama sekali tidak membantu mereka. Mereka membutuhkan aksi korektif secepatnya untuk meningkatkan hasil belajar mereka atau untuk menghindari mereka dari kegagalan.
Bagaimana Top Manajemen dapat mengelola persoalan ini?
Berikut kami upload materi yang berjudul : TQM, Pengawasan dan Evaluasi. Dalam materi ini dibahas pengawasan mendesak/segera, pengawasan jangka pendek dan pengawasan jangka panjang.
Untuk lebih jelasnya silahkan diunduh file berikut ini:
Salam Kompak dan Tetap Semangat,
admin,
mutupendidikan.com
INFO PUBLIC TRAINING :
Silahkan di Klik : Public Training
Menghadirkan informasi terkait: Pelatihan, Pengembangan, Training, Training Center, Pelatihan Kerja, TQM, Evaluasi, Kualitas, Pendidikan, Sekolah, SMA, SMP, Sekolah Model, Sekolah SPMI, Perguruan Tinggi, Sekolah Unggulan, Sekolah rujukan, Pengawasan, Pengendalian, Monitoring SMEA, Evaluasi di Stikes
Lembaga Pendidikan sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengidentifikasi masalah, baik melalui audit internal/eksternal, tinjauan manajemen, survey kepuasan maupun analisis data. Namun setelah masalah berhasil diidentifikasikan, tindak-lanjutnya lemah, tidak tuntas dan tidak bernilai tambah. Inilah problem terbesar SPMI selama ini.
Untuk itu, peran dan komitmen pimpinan PT/ Kepala Sekolah untuk fokus pada upaya perbaikan perlu ditingkatkan. Pimpinan perlu mengawal terus agar upaya perbaikan dapat dilakukan dengan tuntas, mampu menyentuh akar masalah, sehingga temuan tersebut tidak terulang lagi di masa yang akan datang, namun sekali lagi, hal ini tentu tidak mudah.
Untuk informasi lebih lengkat tentang Audit Mutu Internal, silahkan di akses tautan berikut ini:
>>> Audit Mutu Internal SPMI <<<<
Demikian, semoga bermanfaat dan salam mutu
Admin,
mutupendidikan.com
Layanan Informasi