" Your Path to Quality Education "
Syarat Penting Keberhasilan SPMI
Mutu adalah derajat kesesuaian hasil kerja yang dibuat dengan harapan/ ekspektasi dari pelanggan. Untuk itu segenap anggota organisasi hendaknya benar-benar terobsesi untuk mencapai mutu.
Untuk mewujudkan harapan-harapan konsumen tersebut, ada syarat-syarat normatif yang harus dipenuhi oleh setiap Institusi pendidikan. Ada enam syarat penting untuk keberhasilan SPMI:
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab problematik pendidikan di Indonesia. Berikut ini adalah pengertian Penjaminan Mutu (quality assurance) pendidikan tinggi:
Perguruan tinggi dikatakan bermutu / berkualitas bilamana mampu menetapkan dan mewujudkan visi perguruan tinggi melalui pelaksanaan misi yang sudah disusun.
Perguruan tinggi dikatakan bermutu bila mampu memenuhi kebutuhan / memuaskan kepentingan stakeholders. Contoh stakeholder adalah mahasiswa, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, dunia kerja dan profesional.
Menilik UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Sistem Penjaminan Mutu (SPM) Dikti meliputi SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) dan SPME (Sistem Penjaminan Mutu Eksternal). SPME sering diartikan sebagai Akreditasi. Oleh karena itu SPM Dikti meliputi 2 hal yaitu sistem penjaminan mutu internal dan external.
Perguruan tinggi harus mampu mencapai target mutu yang telah ditetapkan. Perguruan tinggi harus mampu merencanakan (plan), menjalankan (do) dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu.
Namu sayang, sering dijumpai perguruan tinggi lebih mengutamakan akreditasi daripada implementasi SPMI. Begitu hasil akreditasi keluar, institusi pendidikan sering tidak fokus lagi pada SPMI, siklus PPEPP tidak dijalankan secara konsisten. Padahal dengan meningkatkan penjaminan mutu internal melalui SPMI, dapat dipastikan proses pencapaian akreditasi (SPME) akan ikut meningkat juga.
Demikian uraian singkat tentang Syarat Penting Keberhasilan SPMI, semoga bermanfaat dan Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
Membangun Karakter Perguruan Tinggi
Setiap lembaga pendidikan secara realistis pastinya memiliki segudang problematik yang berhubungan antar individu, antara satu individu dengan sekelompok individu yang lain bahkan dengan institusi tempat kerja yang bersangkutan. Problematika yang terjadi antar individu atau individu dengan lembaga kerap kali menyangkut perbedaan karakteristik masing-masing. Sehingga pembangunan karakter pada institusi perguruan tinggi kini menjadi suatu keniscayaan.
Membangun Karakter & Mutu Perguruan Tinggi
Definisi “pembangunan Karakter” secara lengkap telah dikemukakan oleh berbagai ahli. Akan tetapi muara pembangunan karakter secara prinsipil memahamkan seseorang untuk mengetahui berbagai karakter beserta ruang lingkupnya serta menanamkan akhlak al-karimah pada diri sesorang. Pembangunan karakter di perguruan tinggi tidak sebatas diperlukan bagi setiap mahasiswa semata, namun seluruh masyarakat akademis beserta tenaga pendukungnya harus memperoleh pemahaman dan penerapan prilaku yang berkarakter.
Menurut “Florence litteur” Karakter dalam arti watak, perilaku, ataupun kepribadian seseorang. Empat pola dasar karakter yang dimiliki manusia:
Undang-undang no.20 tahun 2000 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional: Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Penelitian bidang pendidikan karakter memiliki cakupan yang sangat luas terkait dengan input, berbagai komponen proses dan output serta outcome, bahkan yang terkait dengan kultur lembaga, dan kultur keluarga. Peran kultur sangat menetukan kualitas proses dan hasil pendidikan karakter. Kultur lembaga pendidikan harus selaras dengan nilai-nilai yang dipilih sebagai nilai-nilai target. Kultur positif ini bagaikan ladang yang subur untuk penyemaian dan tumbuh benih-benih moralitas pembangun karakter terpuji.
Dengan meningkatkan mutu perguruan tinggi secara implisit harus dilandasi dengan pembangnan pola prilaku yang berkaitan dengan dimensi moral yang baik. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan. Salah satu kriteria utama dari character strength adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan bangsanya. Keberhasilan pembangunan karakter di perguruan tinggi sangat tergantung pada ada tidaknya knowing, loving,dan doing atau acting.
Pendidikan karakter dinilai sukses bila setiap masyarakat akademik diperguruan tinggi telah menunjukkan kebiasaan berprilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu saja memerlukan waktu, kesepatan, dan tuntutan yang berkelanjutan. Perilaku berkarakter tersebut akan muncul, berkembang dan menguat pada diri setiap masyarakat akademik apabila mengetahui konsep dan ciri-ciri perilaku karakter merasakan dan memiliki sikap yang positif pada konsep karakter yang baik dan terbiasa untuk melakukannya.
Demikian semoga uraian singkat ini bermanfaat… Aamiin.
Sumber Literatur: Manajemen Mutu Perguruan Tinggi, Koreksi & Implementasi Oleh: Safrudin Aziz, M.Pd.I. Penerbit Gava Media, Cetakan 1, 2016
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“TQM, Kepemimpinan & Perubahan”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menginspirasi orang lain untuk membuat mereka totalitas, bersedia, dan sukarela berkomitmen untuk mencapai atau melebihi tujuan organisasi.
Menjadi pemimpin yang baik harus mempunyai kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi seseorang untuk membuat komitmen.
____________________________________
Power Point (PDF):
____________________________________
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menginspirasi orang lain untuk membuat mereka totalitas, bersedia, dan sukarela berkomitmen untuk mencapai atau melebihi tujuan organisasi.
Gaya kepemimpinan yang tepat dalam aturan Total Quality adalah partisipatif.
Pemimpin dapat membangun kepercayaan dengan menerapkan strategi berikut:
Karakteristik Kepemimpinan | Karakteristik Manajemen |
Strategik dan berorientasi pada Orang | Taktikal dan berorientasi pada Organisasi |
Menetapkan arah dan tujuan | Merencanakan dan Mengkordinasikan Kegiatan |
Memotivasi dan Menginspirasi Orang | Administratif dan Menjaga kelangsungan sistem |
Membentuk Prinsip | Merumuskan Prinsip |
Membangun Tim dan Mengembangkan Talenta mereka | Mengalokasikan dan Mendukung Sumber daya Manusia |
Mengembangkan Peluang Baru | Pemecahan Masalah |
Mempromosikan Inovasi dan penemuan baru | Memastikan Kesesuaian Standar dan prosedur |
Memberdayakan dan Membina Orang | Memerintah dan mengarahkan orang |
Perspektif Jangka Panjang | Merinci Jangka Pendek |
Untuk mempermudah perubahan dengan cara yang positif, pemimpin harus memiliki :
Mengelola Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Institusi Pendidikan memang tidak mudah. SPMI bukan hanya sekedar sistem dokumen. SPMI bukan hanya sekedar angka-angka. Lebih dari ini, SPMI yang berhasil adalah buah dari kepemimpinan yang handal.
Bagaimana info selanjutnya tentang kepemimpian? Silahkan diunduh slide power point (PDF) diatas.
Baca juga: Manajemen Perubahan
Demikian uraian singkat tentang TQM, Kepemimpinan & Perubahan. Semoga bermanfaat.
______________________________________
mutupendidikan.com
Follow Instagram: @mutupendidikan
“Mengenal Akreditasi Keteknikan IABEE”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Halo sobat, pada kesempatan ini yuk kita mengenal salah satu lembaga akreditasi yang disingkat IABEE atau Indonesian Accreditation Board for Engineering Education.
IABEE adalah organisasi independen nirlaba yang dikembangkan oleh lembaga Persatuan Insinyur Indonesia (PII). IABEE bertujuan untuk menumbuhkembangkan quality culture / budaya mutu lembaga pendidikan tinggi khususnya prodi bidang teknik & computing.
Baca juga: Membangun Budaya Mutu Organisasi
Quality Culture ini dibangun melalui upaya penjaminan pihak III yang menyatakan bahwa prodi / program studi lembaga perguruan tinggi telah memenuhi standar-standar minimum yang dipersyaratkan. Prodi juga dinilai kemampuannya dalam mempergiat peningkatan mutu secara terus menerus.
Pembentukan IABEE memperoleh bimbingan dan pembinaan oleh JABEE (Japan Accreditation Board for Engineering Education). IABEE telah menandatangan Washington Accord, yaitu perjanjian multilateral yang bertujuan mengatur kesetaraan lembaga akreditasi mandiri dari berbagai negara. Negara-negara yang ikut menanda tangani Washington Accord antara lain Amerika Serikat, Turki, Malaysia, Jepang, Rusia, Inggris, Irlandia, Australia, New Zealand, Afrika Selatan, India, Hong Kong, Taiwan, dan China.
IABEE telah mendapat pengakuan dari Kementerian Riset, Teknologi & Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai lembaga yang bertanggungjawab untuk akreditasi program studi yang memberikan gelar sarjana di bidang teknik & computing.
Tentu saja Akreditasi Nasional oleh BAN-PT atau LAM-PT bersifat wajib bagi program studi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, adapun akreditasi bertaraf internasional oleh IABEE bersifat opsional. Prodi dapat mengambil opsi ini bila ingin mendapatkan akreditasi bertaraf internasional.
Baca juga: Kendala Budaya Mutu Pendidikan
Saat ini, IABEE juga telah berupaya menjadi anggota dari Seoul Accord. Seoul Accord merupakan perjanjian multilateral seperti Washington Accord, Seoul Accord membidangi akreditasi bertaraf internasional untuk prodi sistem informasi, sistem komputer, computing, seperti informatika/ilmu komputer, teknologi informasi, dan software engineering. Pada saat kegiatan IEA Meeting di Hong Kong, IABEE juga aktif mengikuti Sidang Tahunan Seoul Accord sebagai peserta observer.
IABEE memiliki misi sebagai berikut:
Demikian uraian singkat tentang Mengenal Akreditasi Keteknikan IABEE, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
___________________________________
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampinan
“Dinamika Penerapan SPMI di Perguruan Tinggi”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Benar sekali bahwa menjalankan SPMI tidak semudah membalikkan tangan, kemampuan berpikir strategis dan teknis sangat dibutuhkan. Selain itu tentu saja ketrampilan “human relation skills” juga merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Ketrampilan human relation skills diantaranya adalah ketrampilan komunikasi, ketrampilan membangun motivasi kerja dan ketrampilan leadership.
Saat ini, paling tidak terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam membangun SPMI yang tangguh, diantaranya:
Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk menjalankan SPMI secara lengkap dan menyeluruh. Motivasi untuk memberikan layanan prima kepada segenap stakeholder perlu ditingkatkan secara terus menerus.
Baca juga: Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu
Sering kali personil yang paham terhadap konsep SPMI masih sebatas pada lingkup pimpinan dan segenat tim Unit Jaminan Mutu. Lalu bagaimana dengan unsur SDM yang lain? Padahal implementasi SPMI harusnya merupakan tanggung jawab semua komponen SDM dalam organisasi.
Kedua, luaran / output implementasi SPMI oleh Perguruan Tinggi yang digunakan oleh BAN PT atau LAM untuk penetapan peringkat akreditasi Perguruan Tinggi atau Program Studi. Salah satu tujuan utama dari pendidikan tinggi adalah pengakuan dari lembaga eksternal, untuk itu tantangan output penerapan SPMI adalah keberhasilan pencapaian Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).
Hal penting lain dalam implementasi SPMI adalah memetakan standar-standar mutu yang ada Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi agar dapat unggul tentu perlu memiliki strategi positioning yang jelas. Strategi ini berguna untuk menjadi pembeda satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya. Positioning dapat diturunkan dalam bentuk standar-standar baru yang relevan dan dilaksanakan sebaik-baiknya.
Baca juga: Tips Komunikasi Auditor SPMI
Ketiga, terbitnya Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Permendikbud No.3 tahun 2020) tentu memberikan tantangan tersendiri bagi pengelola perguruan tinggi. Peraturan baru ini banyak memberikan muatan pada konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Terbitnya ketentuan MBKM ini, dalam implementasinya tentu perlu di evaluasi dan di monitoring secara terus menerus, terkait sejauh mana peraturan ini memberi manfaat pada para mahasiswa dan segenap pemangku kepentingan yang lain.
Keempat, tantangan perguruan tinggi berikutnya adalah semakin berkembangnya ragam Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) yang masing-masing memberi muatan kriteria tambahan. Saat ini ada beberapa LAM yang dikembangkan misal LAM DIK, LAM INFOKOM, dan lain-lain. Bagi masing-maing program studi, tentu saja perlu terus-menerus mencermati kriteria-kriteria tambahan yang diwajibkan dari masing-masing LAM baru tersebut.
Kelima, saat ini, persaingan global di tingkat internasional yang menuntut Perguruan Tinggi untuk mampu mengimplementasikan standar-standar internasional. Tentu ini bukan pekerjaan yang mudah, perlu selektif memilih standar internasional yang akan dipakai sebagai acuan kerja. Tantangan yang perlu dihadapi adalah bagaimana perguruan tinggi mampu mengintegrasikan standar internasional yang dipilih dengan standar-standar SPMI yang telah dimiliki Perguruan Tinggi.
Demikian uraian singkat tentang Dinamika Penerapan SPMI di Perguruan Tinggi, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
___________________________________
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampinan
“Membangun Budaya Mutu Organisasi”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Budaya Mutu merupakan sistem nilai dari sebuah organisasi yang menghasilkan keadaan lingkungan yang kondusif dalam pembentukan perbaikan yang berkelanjutan dalam segi mutu.
Budaya Mutu terdiri dari nilai-nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang mengedepankan mutu. Lembaga pendidikan seperti Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah, yang ingin menerapkan manajemen Total Quality, penting sekali untuk membangun budaya mutu sedini mungkin.
Silahkan diunduh file PowerPoint / PDF berikut:
_________________________________
Belajar Mudah dengan PowerPoint (PDF):
Follow Instagram: @mutupendidikan
_________________________________
Perubahan budaya adalah salah satu tantangan yang paling sulit bagi banyak organisasi. Budaya organisasi akan sulit untuk dirubah /diperbaiki tanpa perubahan terlebih dahulu dari seorang pemimpin. Sebagaimana Ki Hajar Dewantoro mengajarkan:
“Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”
Petuah tokoh pendidikan ini menjelaskan bagaimana peran penting figur pemimpin. Pemimpin memainkan peran sentral dalam membangun budaya mutu. Bawahan sudah tentu punya kecenderungan meniru perilaku pemimpin sebagai “role model“.
Pemimpin yang punya kepedulian pada mutu, akan ditiru oleh para bawahan. Sebaliknya pemimpin yang acuh pada kegiatan menjaga mutu akan ditiru pula oleh para bawahan.
________________________________________
________________________________________
Baca juga: Membangun Mutu dengan Karakter
Bagaimana ulasan selanjutnya? Silahkan diunduh tautan PowerPoint (ppt) diatas.
Demikian uraian singkat tentang Membangun Budaya Mutu Organisasi. Semoga bermanfaat & Salam Mutu Pendidikan.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
___________________________
mutupendidikan.com
Explore: Training & Development
Jenis Temuan dalam Audit
Dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Lembaga Pendidikan diwajibkan menjalankan kegiatan Audit Mutu Internal (AMI). Ketika menjalankan tugas audit, seringkali auditor mendapatkan beberapa temuan (finding). Jenis temuan dapat bermacam-macam, diantaranya:
_________________________________
_________________________________
Ketika mendapatkan temuan positif. Auditor harus mencatat segala prestasi, keberhasilan, kesuksesan, kesesuaian yang ditemukan. Jadi jangan hanya temuan negatif (non-conformities) saja yang dicatat, namun juga temuan-temuan positif.
Temuan-temuan positif harus dicatat dan disampaikan dalam laporan audit mutu internal.
Untuk memperkuat perilaku-perilaku positif agar diulang lagi dikemudian hari. sangat dianjurkan, untuk memberi penghargaaan (reward) bagi unit kerja yang berhasil mendapatkan temuan positif. Hal ini sesuai dengan teori motivasi B.F. Skinner (Reinforcement Theory)
Baca juga: Klasifikasi Audit Mutu
Untuk mengenal lebih dalam tentang temuan-temuan audit dan aspek-aspeknya, silahkan diunduh file Slideshare diatas.
Demikian uraian singkat tentang Jenis Temuan dalam Audit Mutu Internal. Semoga bermanfaat.
_________________________________
Instagram: @mutupendidikan
“SPMI, Politik & Konflik Organisasi”
mutupendidikan.com – Manajer dalam organisasi yang menerapkan TQM perlu juga memahami tentang perilaku politik dalam organisasi. Perilaku politik internal organisasi, apabila dapat dikelola dengan baik akan membantu pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Sebaliknya apabila tidak terkelola dengan baik akan berdampak pada buruknya kinerja organisasi.
________________________________
________________________________
Dalam organisasi pendidikan, implementasi SPMI juga rentan terhadap masalah politik dan konflik organisasi. Organisasi pendidikan terdiri dari banyak stakeholder yang masing-masing membawa kepentingan yang ingin dicapai.
Tugas pemimpin dalam organisasi pendidikan adalah mencapat tujuan, visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Statuta, RIP dan Renstra. Untuk mencapat tujuan organisasi tentu saja akan ada pihak-pihak yang menolak (resistence) untuk mendukung tujuan organisasi.
Konflik dan politik internal dapat terjadi ketika organisasi menyusun kebijakan SPMI, standar dan manual SPMI. Konflik dan politik internal dapat terjadi saat pelaksanaan Standar, Evaluasi Standar dan pengendalian standar.
Baca juga: SPMI & Manajemen Konflik
Pemimpin yang cakap, dapat mengelola konflik dan perilaku politik internal. Pemimpin dapat menciptakan keseimbangan yang etis yang dapat diterima oleh semua pihak. Konflik dan politik internal merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari, namun perlu dikelola dengan baik sehingga dapat mendukung efektifitas organisasi.
Politik internal terdiri dari kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan atau mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi untuk tujuan lain selain kepentingan organisasi.
Ada beberapa metode politik internal yang sering digunakan dalam organisasi diantaranya sbb:
Tentu saja apabila konflik dan politik internal tidak terkelola dengan baik akan berdampat negatif seperti:
Untuk penjelasan lebih lengkap, silahkan di unduh file power point diatas.
Demikian, semoga bermanfaat dan salam mutu.
________________________________
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
Terkadap kita bingung kapan perlu membuat SOP (Standard Operating Procedure).
Apakah dibuat sekarang?
Membuat sebagian atau seluruhnya?
atau dibuat secara bertahap?
Nah, untuk mendapatkan wacana ini, silahkan diunduh Slideshare berikut ini:
Hormat kami dan Tetap Semangat,
mutupendidikan.com
Pelatihan & Pendampingan
Hubungi Customer Service Kami
Budaya Mutu yang Unggul merupakan tantangan terberat bagi Institusi Pendididikan (Perguruan Tinggi/ Sekolah/ Madrasah). Mampukah lembaga pendidikan membangun budaya mutu yang handal?
Membangun Budaya Mutu Pendidikan
Adalah sistem nilai organisasi (Lembaga Pendidikan) yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk keberlangsungan perbaikan mutu yang berkesinambungan. Budaya mutu terdiri dari nilai-nilai, tradisi, prosedur dan harapan tentang promosi mutu.
untuk membentuk suatu lingkungan organisasi (Lembaga Pendidikan) yang memiliki sistem nilai, tradisi, dan aturan-aturan yang mendukung untuk mencapai perbaikan mutu secara terus menerus.
Perubahan budaya merupakan salah satu tantangan paling sulit yang akan dihadapai oleh organisasi (Lembaga Pendidikan). Peran pimpinan puncak menjadi sangat penting. Kadang-kadang, budaya organisasi tidak bisa diubah tanpa perubahan dalam kepemimpinan. Perubahan budaya memerlukan dukungan, ide, dan kepemimpinan dari karyawan di semua tingkatan.
Membangun budaya mutu seperti membangun sebuah bangunan. Menurut Peter Scholtes, manajemen harus dimulai dengan mengembangkan pemahaman tentang “Hukum” dari perbaikan organisasi, yaitu:
Menurut Goetch & Davis, tahapan dalam melakukan perubahan / perbaikan budaya mutu dalam organisasi (Institusi Pendidikan), antara lain:
Demikian, semoga bermanfaat…
mutupendidikan.com
Visi: Menjadi partner aktif Perguruan Tinggi dalam Penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang efektif dan efisien.
Misi: Penguatan SPMI, Siklus PPEPP dan Budaya Mutu Pendidikan
Badan Hukum: PT. Fokus Inovasi Andalan Sejahtera. Kemenkumham no. AHU-0065119.AH.01.02. Perijinan berusaha, Sertifikat: 12092200264270005
Copyright © 2024 | mutupendidikan.com