• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Tag Archive Peningkatan

Peran SPMI dalam Akreditasi

Peran SPMI dalam Akreditasi

Peran SPMI dalam Akreditasi

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memiliki peran yang sangat penting dalam mensukseskan keberhasilan akreditasi. Perguruan tinggi akan diakreditasi dengan BAN-PT atau LAM,  sedangkan untuk sekolah atau madrasah akan diakreditasi oleh BAN-SM. 

Tentu saja setiap lembaga berharap mendapatkan nilai akreditasi yang baik, berikut beberapa peran penting SPMI dalam mendukung proses akreditasi:

  1. Menjaga Konsistensi Mutu Pendidikan: SPMI berperan membantu organisasi untuk memastikan bahwa proses-proses pendidikan dan layanan yang diberikan semua konsisten, baik dari segi mutu proses maupun hasil akhirnya (standar kompetensi lulusan). Dengan demikian, SPMI harus mampu membantu organisasi memenuhi kriteria akreditas dan standar-standar yang ditetapkan dalam proses akreditasi.
  2. Menjaga Akuntabilitas Organisasi: SPMI berperan membantu organisasi mempertanggungjawabkan kinerjanya. Kinerja dalam hal peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan program-program.  Hal ini menjadi salah satu aspek penting dalam proses kegiatan akreditasi.
  3. Memfasilitasi Proses Evaluasi Diri: SPMI berperan membantu organisasi untuk melakukan proses evaluasi diri secara berkelanjutan (kaizen).  Kegiatan evaluasi diri bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan, mutu layanan dan mutu program kerja. Evaluasi diri ini merupakan salah satu syarat penting dalam proses akreditasi.
  4. Memfasilitasi Pengembangan Organisasi: SPMI berperan membantu organisasi untuk mengembangkan aktivitas, kegiatan, program dan layanan yang lebih baik. Penerapan manual PPEPP dalam SPMI dapat meningkatkan mutu pendidikan dan relevansi program / meningkatkan kepuasan stakeholder. Program pengembangan berkelanjutan (kaizen) merupakan salah satu aspek penting dalam penilaian akreditasi.

Sebagai kesimpulan, SPMI berperan dalam membantu lembaga untuk memenuhi kriteria dan standar yang ditetapkan BAN-PT atau BAN-SM. SPMI Perguruan Tinggi (melalui manual PPEPP) atau SPMI Sekolah (melalui siklus PDCA) berperan meningkatkan mutu program dan layanan pendidikan. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Penerapan 5S

SPMI dan Penerapan 5S

SPMI dan Penerapan 5S

Program tata graha 5S merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). 5S adalah singkatan dari lima kata bahasa Jepang yaitu: Seiri (Sort, Sisih), Seiton (Set in Order, Susun), Seiso (Shine, Sapu), Seiketsu (Standardize, Seragam), dan Shitsuke (Sustain, Senantiasa Amal). 

Program tata graha 5S bertujuan untuk memastikan bahwa semua area kerja telah diatur dengan rapi, bersih, dan efisien. Tempat kerja yang nyaman tentu akan meningkatkan motivasi kerja seluruh karyawan.

Manfaat Penerapan 5S

Berikut contoh beberapa manfaat penerapan 5S dalam kegiatan SPMI:

  1. Produktivitas dan efisiensi: Memastikan area-area kerja dalam institusi pendidikan terorganisir dengan baik. Pendidikan dan tenaga kependidikan dapat lebih fokus bekerja, produktivitas dan efisiensi akan meningkat. 
  2. Mutu layanan pendidikan: Dengan memastikan area-area kerja (kelas, ruang dosen, laboratorium dll) bersih dan terorganisir, lembaga pendidikan dapat meminimalkan risiko kegagalan mutu.
  3. Efisiensi biaya: Dengan menyisihkan barang-barang yang tidak diperlukan dan memastikan semua area kerja terorganisir, insyaAllah dapat mengurangi biaya-biaya, dan waktu yang diperlukan untuk mencari barang / dokumen menjadi lebih singkat.
  4. Partisipasi karyawan: Melalui menerapkan program tata graha 5S, pendidikan dan tendik merasa dilibatkan dalam kegiatan pengembangan dan pemeliharaan. Hal tersebut mampu meningkatkan motivasi dan partisipasi karyawan dalam kegiatan SPMI.
  5. Keamanan kerja: Dengan memastikan area-area kerja seperti bengkel latihan, laboratorium, kelas dll. menjadi bersih dan terorganisir, insyaAllah lembaga pendidikan dapat mengurangi risiko cedera dan kecelakaan di tempat kerja.
  6. Citra (image) Institusi: Karena semua area kerja telah bersih, rapi, teratur, terorganisir dan efisien, citra institusi pendidikan menjadi meningkat, membuat institusi menjadi dikenal baik oleh masyarakat.

SPMI dan Penerapan 5S

Lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) berkewajiban melaksanakan standar nasional pendidikan (SNP). Salah satu standar pendidikan yang penting untuk dikelola adalah standar sarana dan prasarana (sarpras). Program tata graha 5S, dapat memberi panduan praktis dalam mengelola sarpras dengan baik.

Berikut  contoh penerapan 5S dalam mensukseskan SPMI:

  1. Seiri (Sort, Sisih)
  • Identifikasi dan sisihkan, singkirkan semua barang yang tidak diperlukan dalam area kerja.
  • Menyingkirkan, membuang barang-barang yang telah rusak atau sudah tidak berguna.
  • Prioritaskan serta kelompokkan barang inventaris berdasarkan frekuensi pemakaian dan urgensi.
  1. Seiton (Set in Order, Susun)
  • Tentukan tempat-tempat khusus untuk menyimpan barang-barang/ peralatan pendidikan yang diperlukan.
  • Beri label ( stiker tanda) pada setiap tempat penyimpanan dan pastikan setiap item barang ditempatkan pada tempat yang cocok /sesuai.
  • Atur posisi dan aliran barang / bahan-bahan agar mudah ditemukan, mudah diakses dan dipakai.
  1. Seiso (Shine, Sapu)
  • Laksanakan pembersihan dan perawatan rutin di semua area sarpras institusi pendidikan, pastikan semua bersih dan rapi.
  • Pastikan peralatan bengkel kerja, laboratorium, kelas, ruang perpustakaan dll. tetap bersih dan terawat dengan baik.
  • Pastikan seluruh tenaga pendidik dan kependidikan menjaga kebersihan area kerja dan membuang sampah pada tempatnya. Sampah-sampah dipilah sesuai jenisnya.
  1. Seiketsu (Standardize, seragam)
  • Tetapkan panduan, standar, prosedur yang tepat untuk pengaturan dan perawatan area kerja.
  • Adakan kegiatan training pada segenap pendidik / tenaga kependidikan untuk memastikan bahwa mereka mampu dan mau mengikuti standar, prosedur yang telah ditetapkan.
  • Evaluasi secara periodik untuk memastikan bahwa semua standar telah diikuti dan diperbarui (update) sesuai kebutuhan.
  1. Shitsuke (Sustain, Senantiasa Amal)
  • Evaluasi dan perbaiki secara rutin untuk memastikan sistem tata graha 5S berjalan dengan baik sesuai harapan.
  • Pastikan program tata graha 5S menjadi bagian dari budaya mutu lembaga pendidikan. Pastikan semua pendidik dan tenaga kependidikan terlibat dalam pengembangan dan pemeliharaan program 5S.
  • Berikan penghargaan (reward) dan pengakuan atas prestasi-prestasi yang telah dicapai dalam menjalankan program tata graha 5S.

Dengan menerapkan program 5S dalam SPMI, insyaAllah institusi pendidikan dapat meningkatkan kinerja, efisiensi, mengurangi biaya, meningkatkan mutu, dan mencapai kepuasan pelanggan (stakeholder pendidikan). Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Disiplin Organisasi

SPMI dan Disiplin Organisasi

SPMI dan Disiplin Organisasi

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Disiplin organisasi adalah  konsep yang menitik beratkan pada tingkat ketaatan bawahan terhadap peraturan, standar dan prosedur yang diterapkan organisasi. 

Disiplin organisasi sangat penting bagi keberhasilan organisasi. Dengan disiplin semua tugas dapat dilakukan dengan baik, efisien dan tepat waktu. Disiplin organisasi memastikan semua anggota organisasi bekerja sesuai dengan harapan dan tugas-tugas mereka. 

SPMI dan Disiplin Organisasi

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan disiplin organisasi adalah 2 (dua) faktor penting dalam mencapai keberhasilan lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah). Berikut penjelasannya:

SPMI: Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah sistem manajemen yang menekankan pada peningkatan mutu pendidikan (kaizen) sebagai fokus utama. SPMI berupaya memastikan bahwa semua aspek pendidikan, dipantau dan dioptimalkan untuk memastikan standar SPMI dapat dicapai atau dilampaui. Pada pendidikan tinggi, standar nasional pendidikan dituangkan dalam Permendikbud No. 3 Tahun 2020.

Disiplin organisasi: Disiplin organisasi sangat penting, bertujuan menjamin bahwa semua anggota institusi pendidikan bekerja sesuai dengan peraturan, standar dan prosedur yang ditetapkan. Disiplin organisasi membantu memastikan bahwa tugas-tugas dan tanggung jawab karyawan dalam organisasi didefinisikan dengan jelas, mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas dengan benar & tepat waktu. 

Disiplin organisasi dan SPMI bekerja sama untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan bekerja dengan baik. Disiplin organisasi  memastikan karyawan telah bekerja dengan baik sesuai prosedur, sementara SPMI memastikan bahwa mutu pendidikan yang terbaik telah diberikan kepada siswa / mahasiswa (stakeholder). 

Meningkatkan Disiplin Organisasi

Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan disiplin organisasi:

  1. Memimpin dengan keteladanan: Kepemimpinan yang efektif sangat penting dalam memastikan budaya disiplin. Seorang rektor, kepala sekolah dan pimpinan lainnya, harus mampu memimpin dengan contoh / keteladanan. Pemimpin wajib memastikan semua karyawan (pendidik dan tenaga kependidikan) memahami pentingnya disiplin.
  2. Standar dan prosedur: Standar & prosedur harus dirancang dengan jelas dan mudah dipahami oleh semua karyawan. Tugas & tanggung jawab didefinisikan dengan jelas, semua pendidik & tenaga kependidikan memahami apa yang diharapkan dari mereka. Standar SPMI yang baik harus disusun SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant dan Timed)
  3. Sistem reward & punishment: Sistem penghargaan dan hukuman dirancang agar dapat memastikan bahwa semua karyawan memahami pentingnya disiplin. Sanksi harus diterapkan dengan adil, sementara penghargaan harus diberikan untuk mendorong prestasi yang lebih baik.
  4. Pelatihan dan pengembangan: Pelatihan dan pengembangan dapat membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan. Kegiatan ini untuk memastikan karyawan (tenaga pendidik dan kependidikan) bekerja sesuai dengan harapan dan standar disiplin yang telah ditetapkan.
  5. Komunikasi: Komunikasi yang efektif memastikan semua karyawan dalam institusi pendidikan memahami harapan dan tugas-tugas mereka (tupoksi). Komunikasi yang efektif membantu memastikan semua karyawan saling bekerja sama dan bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
  6. Monitoring & evaluasi: Monitoring & evaluasi (monev) membantu memastikan disiplin organisasi dijalankan, dipertahankan dan dipatuhi sesuai dengan standar / prosedur yang berlaku. 

Implementasi dari beberapa tips diatas, insyaAllah dapat membantu meningkatkan disiplin organisasi. Dengan demikian, implementasi SPMI untuk mencapai tujuan pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Soft Skills

SPMI dan Soft Skills

SPMI dan Soft Skills

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Soft skills adalah kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang dapat membantu individu untuk bekerja dengan efektif dan memudahkan interaksi dengan orang lain.

Contoh keterampilan Soft skills antara lain keterampilan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, adaptasi, empati, manajemen waktu, dll. Keterampilan soft skills berbeda dari hard skills, yang lebih fokus pada keterampilan teknis dan profesional. Contoh keterampilan hard skills diantaranya akuntansi, administrasi, komputer dll.

SPMI dan Soft Skills

Soft skills mempunyai peran penting bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Berikut beberapa contoh bagaimana keterampilan soft skills mempengaruhi SPMI:

  1. Kerjasama: Untuk mencapai mutu sesuai standar, SPMI memerlukan adanya kerjasama tim yang efektif. Keterampilan bekerja dalam tim sangat penting untuk memastikan bahwa semua anggota tim mampu berinteraksi, membangun sinergi untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Komunikasi: Keterampilan individu untuk menjelaskan ide dan menjalin komunikasi yang efektif dengan anggota tim dan dan stakeholder lainnya. Ketrampilan komunikasi penting bagi keberhasilan implementasi SPMI. Ketrampilan ini membantu memastikan bahwa semua pihak memahami tujuan, target dan standar SPMI.
  3. Adaptasi: Ketrampilan untuk menyesuaikan diri, beradaptasi dengan perubahan dan memecahkan masalah adalah komponen penting dari SPMI. Perubahan lingkungan yang demikian cepat, menuntut organisasi (institusi pendidikan) untuk dapat fleksibel dan adaptif. Visi dan misi dapat dengan cepat menjadi tidak relevan lagi, demikian juga dokumen SPMI lainnya. Oleh karena ini individu dan organisasi yang adaptif sangat diperlukan.
  4. Keterampilan Memimpin: Seorang pemimpin yang efektif dapat memotivasi dan memimpin tim untuk mencapai hasil yang diinginkan. SPMI tidak akan efektif bila tidak ada pemimpin. Pemimpin yang mampu memberikan semangat dan motivasi kerja, pemimpin yang mampu membangun energi untuk perbaikan  berkelanjutan (kaizen).
  5. Keterampilan problem solving: Ketrampilan untuk memecahkan masalah sangat penting dalam implementasi SPMI.  Masalah akan sering muncul dan perlu diselesaikan secepat mungkin. Tindakan  perbaikan tentu tidak mudah dilakukan, pemimpin perlu keberanian mengambil keputusan-keputusan yang tepat.
  6. Bekerja dalam tekanan: Implementasi SPMI sering menimbulkan tekanan (stres kerja). Ketika seseorang harus mampu memenuhi standar mutu yang tinggi, tentu akan stres. Kemampuan bekerja dalam tekanan sangat penting bagi keberhasilan SPMI. 

Kesimpulan, keterampilan soft skills memainkan peran penting bagi keberhasilan SPMI. Dalam implementasi SPMI, Soft skills membantu memastikan bahwa anggota tim dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dengan keterampilan softs skills, seseorang dapat beradaptasi dengan tantangan perubahan dan mampu memecahkan masalah-masalah yang muncul.

Bagaimana kiat membangun soft skills? Semoga dapat kita bahas pada kesempatan berikutnya, Aamiin.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Soft Skills, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Membangun Budaya Mutu SPMI

Membangun Budaya Mutu SPMI

Membangun Budaya Mutu SPMI

Budaya mutu pendidikan tinggi dapat diartikan sebagai pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang memprioritaskan mutu dan upaya peningkatan dalam semua aspek kegiatan pendidikan tinggi. 

Menbangun budaya mutu perlu melibatkan semua stakeholder, termasuk dosen, mahasiswa, alumnus, dunia usaha dan pemerintah. Bekerja sama dengan segenap stakeholder untuk mencapai standar mutu yang tinggi dan memastikan mutu pendidikan dilaksanakan konsisten dan berkelanjutan. 

Membangun budaya mutu, dengan mengelola aspek-aspek organisasi seperti manajemen, pengajaran, riset, dan sumber daya manusia. Pimpinan pendidikan tinggi harus memastikan bahwa semua elemen-elemen diatas dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan mutu pendidikan tinggi.

Berikut beberapa cara untuk membangun budaya mutu:

  1. Kepemimpinan yang Kuat: Pimpinan pendidikan tinggi harus dapat memimpin dengan contoh dan keteladanan. Pimpinan pendidikan tinggi (Rektor, Dekan, Kaprodi, Direktur, Ketua dll) harus mampu memprioritaskan tercapainya mutu dalam setiap keputusan yang diambil.
  2. Partisipasi aktif stakeholder: Semua stakeholder (pemangku kepentingan), termasuk karyawan, pelanggan, dan pemasok, harus dilibatkan dalam proses membangun budaya mutu. Kritik dan saran mereka harus menjadi aset berharga untuk pengembangan mutu.
  3. Pelatihan dan Pendidikan: Pelatihan dan pendidikan harus disediakan untuk semua staf pelaksana, baik dosen dan tenaga kependidikan. Pelatihan dan pendidikan digunakan untuk memastikan pemahaman yang konsisten tentang budaya mutu dan bagaimana cara kerjanya. Kegiatan pelatihan dan pendidikan dapat dilakukan secara daring dan luring.
  4. Keterbukaan dan transparansi: Keterbukaan dan transparansi harus dibangun, disosialisasikan, dijaga untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan memiliki informasi yang relevan, yang memastikan budaya mutu.
  5. Sistem manajemen mutu: Pendidikan tinggi harus memiliki sistem manajemen mutu yang efektif untuk memastikan konsistensi kualitas. Penggunaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dilakukan sesuai dengan ketentuan PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 62 TAHUN 2016.
  6. Kerja sama Unit Kerja: Tim harus bekerja sama dan memastikan bahwa mutu adalah prioritas utama dalam setiap kegiatan. Dokumen SPMI disusun untuk menjadi acuan kerja setiap unit. Dokumen SPMI meliputi: Kebijakan SPMI, Manual SPMI (PPEPP), Standar SPMI dan Formulir.
  7. Kultur feedback: Kultur feedback harus sosialisasikan dan dibangun untuk memastikan bahwa perbaikan berkesinambungan dapat dilakukan. Mutu layanan pendidikan tinggi harus dapat ditingkatkan secara terus-menerus (Kaizen).
  8. Reward and Punishment: Pemberian imbalan dan hukuman yang tepat harus diterapkan untuk memastikan budaya mutu dijunjung tinggi dan diperkuat. Praktek baik yang dilakukan unit kerja harus diperkuat dengan pemberian imbalan, sebaliknya pemberian sanksi perlu dilakukan kepada individu atau unit kerja yang lalai dalam menjaga mutu.

Dengan memastikan bahwa semua elemen tersebut tercakup, budaya mutu insyaAllah dapat dibangun, dijaga dan ditingkatkan secara efektif. Walhasil setiap pemangku kepentingan yang terkait akan puas dan merasakan manfaat layanan lembaga pendidikan.

Demikian uraian singkat tentang Membangun Budaya Mutu SPMI, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Kecerdasan Emosional

SPMI dan Kecerdasan Emosional

SPMI dan Kecerdasan Emosional

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP (Dikdasmen)

Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan individu untuk memahami, mengenal dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan ini bermanfaat untuk membantu individu mengatasi situasi-situasi sulit, membantu membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, dan membantu membuat keputusan yang lebih baik. 

Peran EQ bagi Keberhasilan SPMI

Kecerdasan Emosional (EQ) mampu membantu diri sendiri untuk mengatasi tekanan /stres dan membangun resiliensi. Terkait Implementasi SPMI, EQ memainkan peranan penting dalam membantu unit-unit kerja berinteraksi, bekerja sama dengan baik. EQ membantu mengatasi problem solving / masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses perbaikan kualitas.

EQ membantu individu-individu dalam lembaga pendidikan untuk mengatasi situasi sulit, membangun hubungan antar personal yang lebih baik dengan orang lain. Sehingga pada akhirnya semua target dari Standar SPMI dapat dicapai lebih efektif dan efisien.

Berikut ini diuraikan beberapa cara di mana EQ mempengaruhi keberhasilan SPMI:

  1. Kepemimpinan yang efektif: Pribadi dengan EQ yang tinggi memiliki kemampuan untuk memimpin dan memotivasi unit kerja dengan dengan baik. Mereka mampu membangun rasa percaya diri dan memotivasi rekan kerja untuk bekerja sama dengan baik. Tugas-tugas SPMI akan mudah dilaksanakan apabila anggota unit kerja memiliki motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi.
  2. Kerjasama tim: Kederdasan emosional (EQ) membantu anggota unit kerja untuk bekerja sama dengan baik dengan rekan-rekan sejawat. Anggota tim dengan EQ yang tinggi akan mampu memahami dan menerima perbedaan, mampu membangun hubungan (relationship) yang lebih baik dengan orang lain. Ketrampilan Teamwork sangat penting dalam implementasi SPMI.  Unit organisasi yang bekerja sama dengan baik, akan mampu mengatasi berbagai masalah dan memperbaiki proses-proses bisnis secara berkelanjutan (Kaizen).
  3. Keputusan yang baik: Kecerdasan emosional (EQ) membantu pribadi untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri dan orang lain, hal ini membuat mereka lebih mampu untuk membuat keputusan yang terbaik berdasar pada analisis objektif. Misalnya keputusan untuk menetapkan visi dan misi yang tepat. Keputusan untuk menyusun standar-standar yang relevan, dll.
  4. Resiliensi: Kecerdasan Emosi (EQ) membantu anggota tim untuk mengatasi stres dan mampu segera bangkit kembali / resiliensi. Ketampilan untuk resiliensi ini penting dalam implementasi SPMI karena memastikan bahwa individu dan tim tetap sabar, fokus dan produktif walaupun menghadapi berbagai rintangan dan tantangan.

Demikian, ternyata EQ memainkan peran penting dalam membantu individu dan tim mencapai keberhasilan dalam implementasi SPMI. Nah mungkin ada pertanyaan, bagaimana cara meningkatkan kecerdasan emosional? Semoga dalam kesempatan lain dapat dibahas lebih lanjut….

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Kecerdasan Emosional, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Perubahan Paradigma

SPMI dan Perubahan Paradigma

SPMI dan Perubahan Paradigma

Implementasi SPMI Dikdasmen yang baik dan benar tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas. Implementasi SPMI memerlukan perubahan paradigma (mindset) dari semua warga sekolah. Siapa saja warga sekolah tersebut? Ya mulai dari kepala sekolah, wakil, para guru, staf admin, hingga para pelaksana petugas lapangan. 

Memang benar, fakta selama ini sulit merubah mindset, karena kita semua sudah terbiasa berada di “zona nyaman”. Namun kita harus merubah kebiasaan tersebut, kita harus bisa keluar dari zona nyaman. Mengapa? Karena dari hari ke hari tantangan dunia pendidikan terus berubah semakin kompleks. Lingkungan eksternal yang dipicu perubahan teknologi digital yang semakin pesat, membuat dunia pendidikan harus terus adaptif agar dapat senantiasa relevan. 

Lemahnya Budaya Mutu

Warga sekolah yang tidak peduli terhadap budaya mutu perlu dibimbing, dirangkul dan diajak untuk sadar mutu. Mereka semua diajak ikut berpartisipasi dalam implementasi SPMI. Hal ini tentu tidak mudah, kepala sekolah dan TPMPS akan berhadapan dengan sebagian warga sekolah yang memiliki sikap apatis, cuek, acuh tak acuh terhadap program SPMI. 

Sebagian warga sekolah, ada yang mungkin beranggapan bahwa SPMI hanya menjadi beban bagi mereka. Beban menjalankan tugas-tugas administrasi yang sarat birokrasi dan prosedural.

Perlu disosialisasikan bahwa SPMI bukanlah tumpukan dokumen administrasi. SPMI adalah budaya mutu, terdiri dari pola pikir, pola sikap, pola perilaku yang saling keterkaitan untuk pendukung peningkatan mutu dalam rangka mencapai target SNP. 

Warga sekolah (Dikdasmen) yang belum paham dan sadar terhadap pentingnya mutu pendidikan perlu terus diberi bimbingan dan pengarahan. SPMI bukanlah sekedar menjalankan kebijakan pemerintah atau perintah kepala sekolah, namun harus diyakini menjadi sebuah kebutuhan bersama untuk mencapai SNP.

Budaya mutu sekolah (quality culture) adalah faktor penting untuk membentuk siswa menjadi manusia yang jujur, optimis, berakhlak  mulia, bertanggungjawab, ulet, berani, terampil, berperilaku kooperatif, disiplin serta berintegritas. 

Sekolah-sekolah yang unggul dalam budaya mutu dapat dilihat dari variabel seperti manajemen sekolah, kurikulum, proses pembelajaran, ekstrakurikuler,  perpustakaan, dan pelayanan kesehatan melalui klinik UKS dll.

Mewujudkan Budaya Mutu

Untuk mewujudkan sekolah yang berbudaya mutu,  dapat dengan memberikan perhatian pada:

  • Perencanaan yang visioner dan terukur,
  • Pengorganisasian yang jelas,
  • Pelaksanaan yang efektif  & efisien,
  • Melakukan  audit mutu, monev untuk perbaikan secara berkelanjutan (kaizen).
  • Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ihklas menjalankan PDCA (plan-do-check-action)

Membangun mindset dan budaya mutu, merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Namun demikian, membangun budaya mutu perlu partisipasi seluruh personil sekolah dan stakeholder. Secara manajerial, membangun budaya mutu sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah, sedangkan untuk operasional sehari-hari perlu dibantu oleh seluruh personil di semua aras (level) dan stakeholder terkait.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Perubahan Paradigma, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tim Kerja dalam SPMI

Tim Kerja dalam SPMI

Tim Kerja dalam SPMI

Tim adalah sekelompok orang-orang yang memiliki tujuan bersama. Teamwork atau tim kerja merupakan unsur penting bagi keberhasilan pengelolaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Dalam lembaga pendidikan, tentu saja ada unit-unit kerja yang harus bekerjasama dalam bentuk tim yang solid. 

Tim adalah kumpulan yang terdiri dari dua orang atau lebih individu, dimana kehadiran anggota tim mempunyai arti penting bagi keberhasilan pencapaian tujuan tim tersebut. Unit kerja atau kepanitiaan adalah contoh dari suatu tim, misalnya: Unit kerja Perpustakaan, Unit Kerja Prodi, Unit kerja Kemahasiswaan, Panitia PMB, Panitia Wisuda dll.

Mengapa tim penting dalam organisasi? Ada beberapa alasan, mengapa lembaga pendidikan perlu bersungguh-sungguh mengelola tim-tim yang ada:

  1. Anggota tim yang solid dapat saling mengenal dan saling percaya satu dengan lainnya, dengan demikian mereka dapat saling support /membantu.
  2. Kerjasama tim yang baik dapat menyebabkan terjalinnya rantai komunikasi yang baik baik.
  3. Ide dan pemikiran dari 2 orang atau lebih, cenderung kaya akan alternatif inovasi. Ha ini tentu lebih baik daripada pemikiran dari satu individu saja.
  4. Konsep sinergi dapat terjalin, yakni hasil kerja keseluruhan (tim) jauh lebih produktif daripada hanya dikerjakan oleh satu orang saja. (anggota individual)

Ternyata tidak semua kumpulan orang-orang dapat dikatakan tim. Sebuah tim harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

Sepakatan Terhadap Visi dan Misi

Agar unit kerja dapat menjadi tim yang efektif,  semua anggota harus memahami dan menyepakati visi dan misi organisasi. Visi dan Misi lembaga pendidikan, biasanya tertuang dalam dalam dokumen Kebijakan SPMI. Dalam beberapa kasus, seringkali masing-masing unit kerja dapat menyusun visi dan misi tersendiri yang tujuannya untuk memperkuat pencapaian visi dan misi Pendidikan Tinggi.

Anggota Wajib Mematuhi Peraturan 

Setiap tim harus mempunyai standar dan peraturan yang berlaku. Peraturan tersebut dapat berupa Tupoksi, SOP, Standar SPMI dll.  Semua peraturan disusun untuk membentuk kerangka usaha pencapaian visi dan misi. 

Kelompok / grup dapat menjadi tim yang solid bilamana ada kesepakatan terhadap visi dan misi,  sepakat pada semua peraturan yang berlaku.

Adanya Tanggung Jawab dan Wewenang.

Adanya tim tidak meniadakan struktur serta wewenang organisasi. Tim kerja dapat berjalan dengan efektif bila tanggung jawab dan wewenang disusun, dibagi dengan jelas dan adil. Namun demikian, fleksibilitas juga merupakan unsur penting dalam organisasi.

Adaptasi Terhadap Perubahan

Setiap anggota tim dituntut dapat saling membantu untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan eksternal dan internal. SPMI harus disusun adaptif pada dinamika tersebut. Kebijakan SPMI serta dokumen pendukung di bawahnya harus terus di update agar tetap relevan pada zamannya.

Demikian uraian singkat tentang Tim Kerja dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Syarat Penting Keberhasilan SPMI

Syarat Penting Keberhasilan SPMI

Syarat Penting Keberhasilan SPMI

Mutu adalah derajat kesesuaian hasil kerja yang dibuat dengan harapan/ ekspektasi dari pelanggan. Untuk itu segenap anggota organisasi hendaknya benar-benar terobsesi untuk mencapai mutu. 

Untuk mewujudkan harapan-harapan konsumen tersebut, ada syarat-syarat normatif yang harus dipenuhi oleh setiap Institusi pendidikan. Ada enam syarat penting untuk keberhasilan SPMI:

  • Komitmen
  • Kepatuhan kepada rencana
  • Internally driven
  • Tanggungjawab/pengawasan melekat
  • Evaluasi
  • Peningkatan mutu berkelanjutan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab problematik pendidikan di Indonesia. Berikut ini adalah pengertian Penjaminan Mutu (quality assurance) pendidikan tinggi:

  • Proses yang dibangun untuk menjamin agar mutu lulusan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan/ dijanjikan agar mutu dapat dipertahankan secara konsisten dan ditingkatkan secara terus-menerus.
  • Proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga pelanggan/ konsumen memperoleh kepuasan.

Perguruan tinggi dikatakan bermutu / berkualitas bilamana mampu menetapkan dan mewujudkan visi perguruan tinggi melalui pelaksanaan misi yang sudah disusun. 

Perguruan tinggi dikatakan bermutu bila mampu memenuhi kebutuhan / memuaskan kepentingan stakeholders. Contoh stakeholder adalah mahasiswa, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, dunia kerja dan profesional. 

Menilik UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Sistem Penjaminan Mutu (SPM) Dikti meliputi SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) dan SPME (Sistem Penjaminan Mutu Eksternal). SPME sering diartikan sebagai Akreditasi. Oleh karena itu SPM Dikti meliputi 2 hal yaitu sistem penjaminan mutu internal dan external.

Perguruan tinggi harus mampu mencapai target mutu yang telah ditetapkan. Perguruan tinggi harus mampu merencanakan (plan), menjalankan (do) dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu.

Namu sayang, sering dijumpai perguruan tinggi lebih mengutamakan akreditasi daripada implementasi SPMI. Begitu hasil akreditasi keluar, institusi pendidikan sering tidak fokus lagi pada SPMI, siklus PPEPP tidak dijalankan secara konsisten. Padahal dengan meningkatkan penjaminan mutu internal melalui SPMI, dapat dipastikan proses pencapaian akreditasi (SPME) akan ikut meningkat juga.

      Demikian uraian singkat tentang Syarat Penting Keberhasilan SPMI, semoga bermanfaat dan Stay Relevant !


      Instagram: @mutupendidikan

      Info Pelatihan Mutu Pendidikan

      Persiapan Implementasi SPMI

      Persiapan Implementasi SPMI

      Persiapan Implementasi SPMI

      Terdapat beberapa alasan sebuah lembaga Pendidikan Tinggi membutuhkan SPMI, salah satunya untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi kampus. SPMI merupakan sistem mutu yang membantu organisasi pendidikan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan ini dimungkinkan bila seluruh anggota organisasi berkomitmen untuk mengimplementasikan siklus mutu dengan baik.

      Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sangat sesuai dengan semangat kebijakan program Kampus Merdeka, yang mengacu pada Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Permendikbud Nomor 5 tahun 2020 tentang Akreditasi Perguruan Tinggi dan Prodi.

      Dalam artikel ini akan dibahas mengenai beberapa poin penting atau checklist, agar kampus dapat menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal. Berikut tahapan agar penerapan SPMI di Lembaga Pendidikan Tinggi dapat Berhasil.

      Perlukah Membuat Lembaga Penjaminan Mutu?

      Untuk implementasi SPMI ada 3 pendekatan, Pertama, SPMI dilaksanakan oleh sistem struktur organisasi yang sudah ada. Model ini berarti pengelolaan SPMI melekat pada struktur organisasi, dimana semua level dalam organisasi terlibat penuh dalam implementasi SPMI.

      Kedua, organisasi dapat membentuk lembaga penjaminan mutu, yang bertugas membantu pelaksanaan Sistem Mutu. Ketiga, menggunakan gabungan dari model diatas, misalnya pada aras Universitas menggunakan pendekatan kedua, pada aras fakultas menggunakan pendekatan pertama (embeded).

      Menyiapkan Dokumen

      Dokumen SPMI terdiri dari dokumen kebijakan SPMI, dokumen manual SPMI atau PPEPP, dokumen standar SPMI, serta dokumen form mutu atau yang dikenal juga dengan formulir Sistem Penjaminan Mutu Internal. Tentu tidak mudah menyusun dokumen ini. Perlu bantuan tim ahli/ konsultan yang berpengalaman dan memahami konsep TQM (total quality management).

      Audit Mutu Internal

      Audit dilaksanakan dengan tujuan untuk melakukan proses perbaikan secara terus menerus. AMI harus dilakukan secara independen dan obyektif, untuk mengevaluasi apakah seluruh standar SPMI telah dicapai oleh setiap unit di lingkungan perguruan tinggi. Hasil audit berupa temuan-temuan, baik temuan positif (best practice), maupun temuan negatif atau ketidak sesuaian (KTS).

      Tindak Lanjut AMI

      Audit mutu internal (AMI) yang dilakukan pada langkah sebelumnya tentu menghasilkan laporan. Laporan AMI yang sudah dibuat oleh auditor internal harus diproses dan ditindaklanjuti, hal-hal yang sulit dipecahkan solusinya, biasanya dibahas dalam rapat tinjauan manajemen. Tantangannya adalah bagaimana menjalankan proses AMI secara baik dan benar. Tidak sekedar formalitas prosedural, namun secara subtansi mampu menghasilan perbaikan-perbaikan yang signifikan.

      PPEPP

      Manual PPEPP (Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) merupakan Siklus yang bersifat sistematis dan harus dijalankan secara kontinyu. Sesuai panduan DIKTI, PPEPP digunakan untuk membantu kampus mengimplementasikan SPMI agar tercapai perbaikan yang berkelanjutan (Kaizen).

      Tentu saja tidak mudah membangun budaya PPEPP dalam keseharian manajemen pada pendidikan tinggi. Budaya mutu PPEPP tidak saja sebagai slogan semata tetapi menjadi jiwa dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial.

      Mengukur Kepuasan Pelanggan

      Pengukuran kepuasan penting untuk dilakukan, biasanya sering dilakukan dengan survey. Dari hasil pengukuran kepuasan akan dapat diketahui capaian-capaian dari SPMI. Contoh pengukuran kepuasan penggunaan fasilitas pendidikan, yang dimaksud dengan pengguna fasilitas di sini bisa merupakan pihak internal seperti tenaga pendidik dan mahasiswa, bisa juga pihak eksternal seperti stakeholder atau instansi yang diajak bekerja sama oleh kampus.

      Alat ukur Kepuasan Pelanggan harus dipastikan simpel, mudah, valid dan reliable. Hasil dari survey kepuasan akan menjadi masukan penting dalam upaya meningkatkan standar-standar dalam institusi pendidikan.

      Demikian sekilas informasi tentang Persiapan Implementasi SPMI, semoga bermanfaat dan Stay Relevant!


      Instagram: @mutupendidikan

      Info Pelatihan Mutu Pendidikan

      ×

      Layanan Informasi

      × Hubungi Kami