• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Pendidikan

SPMI dan 7S McKinsey

SPMI dan 7S McKinsey Framework

SPMI dan 7S McKinsey Framework

Pendahuluan

Saat ini begitu banyak lembaga pendidikan yang menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) namun belum bisa mendapatkan manfaat dari sistem mutu tersebut. Perbaikan mutu yang diinginkan belum dapat terealisir dengan baik.

SPMI telah dikembangkan dengan membuat begitu banyak dokumen seperti kebijakan, standar mutu, manual dan formulir-formulir, namun dalam tataran implementasi, masih banyak lembaga pendidikan yang belum melihat manfaat dan berbaikan yang signifikan.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Secara teoritis dapat diduga karena kegiatan pengembangan SPMI “masih fokus” hanya pada perbaikan elemen “System” saja. Masih ada 6 elemen lain yang belum terkelola dengan baik. Penjelasan tentang 6 elemen tersebut dituangkan dalam Model 7S Mc Kinsey.

Model 7S Mc Kinsey

Berikut uraian singkat tentang Model 7S McKinsey. Model ini merupakan tool yang sering dipakai untuk menganalisis aspek internal dalam organisasi, termasuk dalam institusi pendidikan.

Dengan memperhatikan 7 elemen ini, pimpinan lembaga pendidikan akan lebih mudah menganalisis kondisi internal organisasi. Apakah elemen-elemen tersebut telah dirancang dengan baik, telah selaras atau masih bermasalah.

Dengan melakukan tindakan yang tepat untuk masing-masing elemen, Pimpinan lembaga pendidikan (universitas ataupun dikdasmen) akan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi dalam pencapaian sasaran-sasaran mutu yang tertuang dalam sandar nasional pendidikan (SNP) atau melampauinya.

7 S McKinsey Framework

7 Elemen Mc Kinsey Framework

7 elemen dalam model 7S McKinsey  terdiri dari 3S hard elements dan 4S Soft element, berikut uraiannya:

3S Hard Elements

Institusi pendidikan yang ingin mencapai sasaran-sasaran mutu dengan baik, perlu meninjau dan memperbaiki 3S Hard Elements, yakni:

  1. Strategy (Strategi). Strategi merupakan rumusan rencana jangka panjang, menengah dan pendek lembaga pendidikan yang digunakan untuk membangun keunggulan kompetitif. Perguruan tinggi perlu melakukan analisis SWOT, menetapkan positioning dan strategi pencapaiannya.
  2. Systems (Sistem). Terdiri dari kebijakan mutu, manual mutu, standar, manual dan prosedur yang berisi proses operasional lembaga sehari-hari. Sistem ini membantu membuat keputusan-keputusan dalam lembaga pendidikan. Dalam implemetasi SPMI, lembaga pendidikan telah penyusunan dokumen ini. Namun keberadaan dokumen ini, tidak cukup untuk menjamin terlaksananya SPMI dengan baik, perlu didukung keberhasilan 6 elemen yang lain.
  3. Structure (Struktur). Struktur organisasi lembaga pendidikan berfungsi mengatur sistem kerja, uraian jabatan, wewenang & tanggung jawab serta proses pendelegasian. Dengan struktur kerja yang tepat, sasaran SPMI akan dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

Baca juga:

4S Soft element

Selain 3S hard elements, berikut penjelasan tentang 4S soft elements. 4 Elemen ini relatif lebih sulit dideskripsikan:

  1. Shared Values (Nilai-nilai Lembaga). Nilai-nilai budaya yang tertuang dalam kebijakan SPMI, standar ataupun norma-norma yang menjadi pedoman perilaku bagi seluruh pegawai dan pimpinan lembaga pendidikan. Nilai-nilai ini harus harus terus dibangun untuk menunjang tercapainya budaya mutu. Pola pikir, pola sikap dan pola perilaku harus sesuai dengan standar mutu lembaga pendidikan.
  2. Style (Gaya Kepemimpinan). Elemen ini berkaitan dengan pola atau gaya kepemimpinan dalam organisasi. Kepemimpinan yang tepat membantu organisasi untuk mencapai sasaran-sasarannya. Sudahkah para pemimpin memiliki komitmen yang kuat untuk menjalankan SPMI? Bagaimana gaya kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan? Bagaimana Leadership & followership harus dibangun?
  3. Staff (Dosen / Guru dan Tenaga kependidikan). Merupakan para pegawai yang bekerja di lembaga pendidikan. Motivasi dan pola kerja mereka sangat berpengaruh bagi keberhasilan SPMI. Perilaku mereka dipengaruhi bagaimana mereka direkrut, dipilih, dilatih, dimotivasi, diarahkan, dipimpin, dan dikembangkan.
  4. Skills (Keterampilan). Kemampuan dan kompetensi dosen / guru dan tenaga kependidikan yang diperlukan institusi. Tentu saja mereka diharapkan berkinerja tinggi sesuai dengan harapan stakeholder. Mereka harus punya orientasi yang kuat dalam menjalankan budaya mutu pendidikan. Bagaimana cara efektif dan efisien untuk membangun kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan?

Manfaat Model 7S Mc Kinsey

Tom Peters & Robert Waterman, pakar yang pernah bekerja di perusahaan konsultan McKinsey, mengatakan bahwa keselarasan 7 elemen ini merupakan faktor kunci bagi keberhasilan organisasi. Model 7S Mc Kinsey ini, dapat diimplementasikan dalam lembaga pendidikan untuk banyak hal seperti:

  • Menyusun strategi pengembangan SPMI dan budaya mutu lembaga pendidikan.
  • Menyelaraskan integrasi antar departemen, fakultas dan unit kerja (prodi).
  • Merancang desain baru struktur organisasi (reingenering).
  • Meningkatkan kinerja manajemen, pendidikan dan tenaga kependidikan.
  • Menguji faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk perbaikan SPMI.
  • Evaluasi keberhasilan  program SPMI.

SPMI & Penerapan 7S Mckinsey

  1. Identifikasi area internal institusi pendidikan yang belum selaras / efektif. Dalam menerapkan SPMI, identifikasi apakah elemen 7S telah selaras satu dengan lainnya. Apakah ada gap, celah, ketidakkonsistenan, gap, celah dan kelemahan lainnya.
  2. Merancang desain organisasi yang optimal. Rancang desain organisasi yang efektif dan efisien untuk keberhasilan SPMI. Kerjasama yang harmonis antara pimpinan, senat dan yayasan, tentu sangat diperlukan (termasuk stakeholder lainnya).
  3. Tetapkan area perbaikan. Rancang detail tindakan, rinci area-area yang ingin diperbaiki dan diselaraskan. Tetapkan manajemen perubahan yang baik.
  4. Lakukan tindakan perbaikan. Perbaikan yang tepat akan memiliki dampak positif bagi institusi pendidikan. Oleh karena itu, perlu dicari anggota tim yang tepat atau merekrut tenaga konsultan. Peran penting kepemimpinan yang efektif sangat diperlukan.
  5. Monitoring & Evaluasi Pelaksanaan 7S. Monitor, evaluasi dan tinjau ulang secara berkelanjutan. 7S elemen Mc Kinsey bersifat dinamis & berubah secara konstan. Dinamika di satu elemen tentu memiliki efek pada elemen-elemen yang lain. Terapkan model PDCA dan PPEPP yang tepat.

Demikian uraiang singkat tentang SPMI & 7S McKinsey Framework, semoga bermanfaat.

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Cara Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Cara Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Cara Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Keterampilan konseptual adalah kemampuan individu untuk mengenal, mengelola & memanfaatkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak secara efektif. Meliputi keterampilan individu untuk mengenali pola, hubungan, informasi dan ide-ide yang rumit. Keterampilan memahami abstraksi, generalisasi & membuat inferensi (penalaran yang cermat). 

Keterampilan konseptual (conceptual skills) juga meliputi keterampilan untuk melakukan visualisasi (membayangkan) dan menerapkan konsep-konsep secara praktis. Ketrampilan ini sangat penting pada banyak bidang seperti bisnis, teknologi, sains, matematika,  dan seni, di mana konsep-konsep kompleks sering dibutuhkan. 

Dengan meningkatkan keterampilan konseptual, individu dapat menjadi lebih efektif dalam problem solving dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi-situasi yang rumit.

Pengelola lembaga pendidikan perlu memiliki keterampilan konseptual, sehingga mereka dapat melakukan perencanaan dengan baik, menyusun strategi, visi dan misi yang tepat. Melalui Sistem Penjaminan Mutu (SPMI) ide-ide konseptual yang brilian dapat diterapkan dalam perencanaan strategis lembaga pendidikan.

Pada Perguruan Tinggi, terdapat 5 manual PPEPP yang digunakan untuk meningkatkan mutu standar pendidikan. Manual pertama adalah manual penetapan standar. Melalui manual penetapan standar, pimpinan perguruan tinggi dapat mengimplementasikan ide-ide konseptual yang dimilikinya.

Meningkatkan Keterampilan Konseptual

Meningkatkan keterampilan konseptual individu dapat melalui cara-cara berikut:

  1. Praktek menerapkan konsep: Menerapkan konsep dalam keseharian dapat membantu individu memperkuat pemahaman dan semakin terbiasa untuk membuat perencanaan jangka panjang.
  2. Rajin tukar pikiran dan berdiskusi: Dialog dengan pihak lain tentang topik-topik yang sama dapat membantu memperoleh ide-ide dan sudut pandang yang berbeda. Hal ini dapat memperkuat pemahaman mereka tentang topik-topik tersebut.
  3. Membuat rangkuman dan mind mapping: Membuat rangkuman tentang apa yang dipelajari dan dipahami dapat membantu individu memperkuat pemahaman mereka topik-topik yang ditekuni. Mind Mapping juga dapat dipakai untuk mengembangkan ide-ide baru yang inovatif.
  4. Membaca & Menulis: Rajin membaca buku, journal atau artikel yang berkaitan dengan topik yang ingin dipahami dapat memperkuat keterampilan konseptual. Rajin menulis tentang topik tertentu, juga dapat membantu memperkuat pemahaman konseptual.
  5. Membuat pertanyaan: Rajin membuat pertanyaan, akan membuat seseorang menjadi lebih paham  tentang ide konsep yang ingin dipelajari. Individu yang memiliki keterampilan konseptual sering dan terbiasa membuat pertanyaan-pertanyaan yang mendalam. 
  6. Rajin berlatih: Keterampilan konseptual juga perlu dilatih secara terus menerus. Pemimpin lembaga pendidikan sangat dianjurkan berlatih secara teratur untuk memperkuat keterampilan konseptual mereka.
  7. Ikut seminar / workshop / kursus / pelatihan: Menghadiri forum-forum ilmiah dengan topik yang ingin dipahami dapat membantu individu memperoleh informasi, dan menemukan cara-cara baru untuk memperkuat keterampilan konseptual mereka.

Baca juga: SPMI dan Keterampilan Konseptual


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Peran Motivasi 

SPMI dan Peran Motivasi

SPMI dan Peran Motivasi 

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Motivasi adalah kondisi emosional & psikologis yang menggerakkan individu untuk melakukan tindakan atau mencapai tujuan. Sumber motivasi dapat berasal dari dalam diri individu, dari faktor luar / eksternal, atau kombinasi keduanya. 

Motivasi mampu mempengaruhi tingkat energi, fokus, dan komitmen seseorang terhadap pencapaian tugas-tugas atau tujuan. Motivasi memainkan peranan penting bagi kesuksesan dan keberhasilan seseorang, baik dalam aspek pekerjaan, belajar, dan kegiatan lainnya.

Peran Motivasi bagi Keberhasilan SPMI

Motivasi memainkan peran sangat penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Motivasi mampu menggerakkan individu dan tim untuk berusaha keras mencapai tujuan, menjaga komitmen terhadap keberhasilan SPMI. 

Tanpa motivasi yang kuat, SPMI tentu akan gagal dalam upaya mencapai hasil standar / output yang diinginkan. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri individu, dari pimpinan lembaga pendidikan, atau dari budaya organisasi yang mendorong inisiatif dan keterlibatan aktif anggota organisasi. Oleh sebab itu, peran motivasi tidak diragukan lagi, sangat penting bagi keberhasilan SPMI.

Kiat Membangun Motivasi

Berikut beberapa cara membangun motivasi SPMI:

  1. Sosialisasi dan Edukasi: Sosialisasi, pelatihan dan edukasi tentang manfaat dan tujuan dari SPMI sangat penting untuk membangun motivasi. Membangun kesadaran mutu (quality awareness) dapat menumbuhkan semangat dan motivasi kerja.
  2. Keterlibatan Pimpinan: Pimpinan (rektor, dekan, kepala sekolah, kaprodi dll.) harus terlibat aktif dan menunjukkan komitmen kuat terhadap implementasi SPMI. Memberi contoh, keteladanan dengan memberikan dukungan dan bimbingan bagi semua tim.
  3. Membangun Keterlibatan: Membangun budaya keterlibatan (engagement) dan partisipasi aktif dari semua anggota organisasi, dapat memotivasi mereka untuk berpartisipasi, bekerja keras mencapai hasil yang lebih baik.
  4. Latihan dan Pengembangan: Program latihan dan pengembanan terkait teknis SPMI dapat membantu individu dan tim untuk memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip SPMI, sehingga semua unit kerja dapat bekerja dengan lebih efektif dan termotivasi.
  5. Kerjasama dan Keterbukaan: Kerjasama dan keterbukaan antar tim, antar individu dapat membantu membangun motivasi dan memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam implementasi SPMI. Rasa saling percaya (trust) akan membangun sinergi yang kokoh dalam lembaga pendidikan.
  6. Reward and Punishment: Penguatan perilaku positif dapat dilakukan dengan sistem imbalan dan hukuman yang tepat. Penghargaan dan imbalan bagi individu dan tim yang sukses menjalankan program SPMI dapat memotivasi anggota organisasi. Mereka akan terus berinovasi dan berupaya keras untuk mencapai hasil yang lebih baik (kaizen).

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Peran Motivasi , semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Pengendalian Dokumen

SPMI dan Pengendalian Dokumen

SPMI dan Pengendalian Dokumen

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Pengendalian Dokumen

Pengendalian dokumen adalah kegiatan pengaturan, pengawasan, dan pemeliharaan dokumen yang diperlukan oleh organisasi. Kegiatan ini meliputi pengumpulan, pengorganisasian, penataan, penyimpanan, pemutakhiran (update), dan distribusi dokumen-dokumen pada unit-unit yang memerlukan.

Kegiatan Pengendalian dokumen umumnya dilakukan untuk memastikan bahwa semua dokumen-dokumen organisasi dipastikan telah dikelola dengan baik, update, mudah diakses oleh unit kerja yang berwenang, dan tidak mengalami kerusakan atau hilang.

SPMI dan Pengendalian Dokumen

Dalam Permendikbudristek no 53 tahun 2023, pasal 69 ayat 1, point a.4. disebutkan: Perguruan tinggi dalam mengimplementasikan SPMI mempunyai tugas: menetapkan perangkat SPMI yang minimal mencakup: “tata cara pendokumentasian implementasi SPMI“.

Dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), pengendalian dokumen memainkan peran penting dalam menjaga konsistensi dan mutu layanan pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah). Contoh dokumen SPMI untuk pendidikan tinggi diantaranya: Kebijakan SPMI, Manual PPEPP, Standar SPMI dan formulir-formulir.

Berikut beberapa peran penting pengendalian dokumen bagi keberhasilan SPMI:

  1. Menjaga konsistensi: Dokumen SPMI yang disusun harus konsisten dengan visi misi organisasi. Visi Misi harus menjadi landasan dalam menyusun kebijakan SPMI Perguruan Tinggi, manual PPEPP, standar SPMI dan prosedur. Melalui pengendalian dokumen, lembaga harus dapat dapat memastikan bahwa proses-proses pendidikan telah konsisten dan sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan.
  2. Efisiensi dan produktivitas: Dokumen SPMI yang tertata baik (terstruktur dan terorganisir) dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi & produktivitas organisasi. Pengendalian dokumen yang baik, dapat membantu memastikan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk decision making dan menjalankan kegiatan lembaga, tersedia dan mudah diakses.
  3. Akurasi dan keamanan: Dokumen SPMI yang dihasilkan oleh organisasi harus akurat & aman. Terjaga dari resiko diubah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau manipulasi yang tidak sah. Pengelola SPMI harus dapat memastikan bahwa semua dokumen aman,  tidak dirusak atau diubah tanpa sepengetahuan dan izin dari yang berwenang.
  4. Mendorong kepatuhan: Pengendalian dokumen juga dapat membantu lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah), untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen yang dibuat telah memenuhi peraturan dan persyaratan hukum yang berlaku. 

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa pengendalian dokumen (document control) memainkan peran penting bagi keberhasilan implementasi SPMI. Pengendalian dokumen yang baik dapat memastikan efisiensi, konsistensi, akurasi, keamanan & kepatuhan dalam semua kegiatan SPMI. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Visi Misi dan Perubahan Lingkungan

Visi Misi dan Perubahan Lingkungan

Mengaitkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan

Mengaitkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan adalah langkah penting untuk memastikan bahwa lembaga tetap relevan dan responsif terhadap perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal.

Dalam rangka menghubungkan visi dan misi dengan perubahan lingkungan, organisasi perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika lingkungan, serta kemampuan untuk mengadaptasi strategi dan taktik mereka sesuai dengan perubahan tersebut. 

Proses perencanaan strategis yang terus menerus dan fleksibel menjadi penting dalam menjaga keterkaitan antara visi, misi, dan lingkungan yang selalu berubah.

Adaptasi Visi Misi

Berikut adalah beberapa cara untuk menghubungkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan:

Analisis Lingkungan Eksternal

Lakukan analisis secara mendalam terhadap perubahan tren, tantangan, dan peluang yang muncul dalam lingkungan eksternal perguruan tinggi. 

Identifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kebutuhan dan harapan masyarakat, industri, dan pihak-pihak terkait.

Misalnya: Perubahan teknologi informasi dengan munculnya kecerdasan buatan atau AI. Apakah perubahan ini akan mempengaruhi kebutuhan dan harapan masyarakat? Lalu peluang apa yang dapat ditangkap oleh dunia pendidikan tinggi.

Revisi atau Penyesuaian Misi

 Jika perubahan lingkungan menunjukkan adanya pergeseran tren baru, maka perlu mempertimbangkan merevisi atau menyesuaikan misi perguruan tinggi. 

Pastikan bahwa misi lembaga pendidikan mencerminkan tujuan utama dan kontribusi lembaga terhadap masyarakat luas.

Contoh: Ketika tren perubahan kearah pembelajaran online, apakah perguruan tinggi perlu penyesuaian terhadap misi mereka?

Visi yang Relevan

Visi perguruan tinggi sebaiknya mencerminkan aspirasi jangka panjang yang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. 

Visi ini harus menginspirasi dan memberi semangat. Visi menjadi landasan untuk tujuan jangka panjang. Visi adalah cita-cita ingin ingin diraih organisasi dalam jangka panjang.

Penentuan Prioritas

Pilih dan tentukan prioritas strategis yang sesuai dengan perubahan lingkungan. Fokus pada bidang-bidang yang memiliki dampak besar terhadap lembaga dan masyarakat.

Pilih yang sesuai dengan kekuatan-kekuatan atau keunggulan (Strengths) lembaga pendidikan.

Baca juga: SPMI dan Market Positioning

Keterlibatan Stakeholder

 Libatkan pihak-pihak terkait (stakeholder) seperti alumni, industri, dan masyarakat dalam proses merumuskan visi dan misi baru atau yang diperbarui. 

Melalui cara diatas, tentu dapat memastikan bahwa aspirasi semua pihak telah diakomodasi.

Pengembangan Program Akademik

Kembangkan program akademik / penelitian dengan kebutuhan yang muncul dari perubahan lingkungan eksternal. 

Pastikan bahwa kurikulum dan program penelitian yang dikembangkan dapat mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi peluang dan tantangan masa depan.

Membangun Kerjasama 

Bangun kerjasama dengan organisasi dan lembaga lain yang relevan dengan bidang keahlian perguruan tinggi. Ini dapat memperluas citra lembaga dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan.

Pengukuran dan Evaluasi

Tetapkan indikator kinerja untuk memantau sejauh mana lembaga pendidikan tinggi telah berhasil menghubungkan visi dan misi dengan perubahan lingkungan. Lakukan evaluasi berkala untuk mengidentifikasi perbaikan yang mungkin diperlukan.

Fleksibilitas dan Responsif

Pastikan bahwa visi dan misi tidak bersifat kaku. Lembaga pendidikan harus tetap fleksibel dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan.

Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI

Penutup

Dengan menghubungkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan, lembaga dapat tetap relevan, berkontribusi pada masyarakat, dan menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Salah satu dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi yang perlu untuk disusun adalah Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria capaian pembelajaran lulusan pendidikan tinggi yang merupakan internalisasi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Bagaimana prosedur atau langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menyusun Standar Kompetensi Lulusan? 

Menyusun standar kompetensi lulusan yang baik memerlukan beberapa tahap, diantaranya:

  1. Identifikasi Kebutuhan Dunia Industri: Cermati kebutuhan industri, konsumen dan perusahaan yang berkaitan dengan lulusan program studi. Lakukan analisis mendalam terhadap kebutuhan tersebut. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa metode seperti fokus group discussion, survei, atau wawancara dengan para pakar, profesional di industri terkait.
  2. Identifikasi Kebutuhan Akademik: Pelajari kebutuhan akademik yang diperlukan oleh mahasiswa untuk bisa memenuhi harapan /kebutuhan industri yang tadi telah diidentifikasi. Proses analisis kebutuhan akademik, dapat dilakukan dengan mengevaluasi kurikulum program studi yang sejenis di perguruan tinggi lain atau dengan melakukan sharing /diskusi dengan para akademisi di bidang yang bersangkutan. Kegiatan ini sering juga dilakukan melalui kegiatan Benchmarking.
  3. Menetapkan Kompetensi: Dari hasil analisis kebutuhan industri & akademik, selanjutnya dibuat daftar kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan program studi. Umumnya kompetensi tersebut mencakup pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afeksi) yang dibutuhkan untuk dapat sukses di suatu industri.
  4. Susun Indikator: Setelah menyusun daftar kompetensi, lalu tentukan indikator-indikator yang dapat diukur untuk setiap kompetensi. Indikator yang baik harus spesifik, terukur, dan relevan dengan kompetensi yang ingin diraih.
  5. Tetapkan Level Kompetensi: Tetapkan level kompetensi yang diinginkan dari lulusan program studi. Level kompetensi tersebut dapat berupa pemahaman dasar, kemahiran yang terampil, atau tingkat keahlian yang sangat mahir. Dengan adanya level kompetensi akan mudah bagi manajemen untuk mengukur sejauh mana capaian pembelajaran telah diraih.
  6. Validasi Standar Kompetensi: Validasi standar kompetensi  dilakukan dengan melibatkan stakeholder. Stakeholder yang dilibatkan dapat berasal dari industri, akademisi, orang tua dan mahasiswa.
  7. Implementasi dan Evaluasi: Setelah standar kompetensi dibuat dan disetujui, maka harus diimplementasikan dan dievaluasi secara berkala. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan apakah lulusan program studi telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Melalui langkah-langkah diatas, maka InsyaAllah akan diperoleh standar kompetensi lulusan yang baik. Standar yang baik dapat meningkatkan mutu lulusan, dan meningkatkan kepuasan stakeholder. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI yang Rumit dan Birokratis

Membuat SPMI Simpel dan Mudah

Membuat SPMI Simpel dan Mudah

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan sistem manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Proses ini dilakukan dengan beberapa tahapan seperti: Membangun kesadaran mutu, Membangun dokumen SPMI dan upaya-upaya implementasi.

Pimpinan lembaga pendidikan berupaya membangun dokumen SPMI, mensosialisasikan, mengimplementasikan dan mengintegrasikan di semua lini departemen, bidang dan fungsi-fungsi organisasi. Namun seringkali proses ini menjadi rumit dan birokratis.

Kerumitan dalam pengelolaan SPMI, bisa dipastikan akibat mismanagement. Ego sektoral, struktur yang kaku, komunikasi yang buruk adalah jawaban atas permasalahan diatas. Oleh karena itu SPMI perlu dibuat lebih sederhana, mudah dipahami namun berfungsi dengan baik. Pepatah mengatakan Keep it simple & sweet (KISS).

Membuat SPMI Simpel dan Mudah

Berikut beberapa cara untuk membuat SPMI menjadi lebih simpel dan mudah:

  1. Fokus pada Kepuasan Stakeholder: Budaya SPMI harus dibangun untuk fokus pada pemuasan kebutuhan stakeholder. Seluruh pengelola SPMI harus mengupayakan terpenuhinya harapan-harapan mereka. Ingat, jangan terjebak dalam proses administrasi- birokrasi yang berlebihan.  Fokus pada apa yang penting untuk pelanggan dan berupaya memberikan “the best solutions”.
  2. Keterlibatan Tim: Setiap anggota tim dalam lembaga harus dilibatkan dalam penerapan SPMI. Masing-masing anggota tim memiliki tupoksi yang jelas dalam meningkatkan mutu pendidikan. Beri motivasi dan semangat kepada setiap anggota tim untuk aktif berpartisipasi dalam perbaikan yang berkelanjutan (kaizen).  Selanjutnya tidak lupa memberikan reward / penghargaan sebagai pengakuan atas jerih payah mereka.
  3. Membangun Nilai-Nilai SPMI: Penting sekali untuk membangun nilai-nilai (values) organisasi. Khususnya nilai-nilai yang berkaitan dengan azas kualitas, seperti kesetiaan pelanggan, inovasi, tepat waktu, pelayanan prima, efisiensi, kepercayaan, dan integritas. Kurangi dokumen prosedural yang kaku, ganti dengan nilai-nilai pelayanan yang unggul.
  4. Membangun Komunikasi: Komunikasi yang efektif antara fakultas, departemen dan tim sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Upayakan menumbuhkan saluran komunikasi yang terbuka dan jelas, sehingga setiap anggota organisasi dapat berkontribusi dengan maksimal. Ciptakan forum-forum informal agar komunikasi menjadi lancar dan tidak terjebak budaya birokratis “red tape”.
  5. Perbaikan Terus-menerus: SPMI pendidikan tinggi dikembangkan melalui siklus PPEPP, SPMI Dikdasmen dikembangkan melalui siklus PDCA, keduanya harus diterapkan untuk mencapai target mutu pendidikan. Terus fokus pada perbaikan berkelanjutan, dorong anggota organisasi untuk berinovasi dan mencari solusi-solusi terbaik.
  6. Pengukuran yang Sederhana: Dalam SPMI sangat penting untuk memiliki alat ukur dan metode analisis yang tepat. Ingat, jangan sampai terjebak dengan alat-alat ukur yang rumit. Gunakan alat yang sederhana dan mudah dipahami oleh pelaksana di lapangan.

Baca juga: Penyebab Kegagalan SPMI

Demikian, uraian singkat tentang bagaimana mengatasi SPMI yang rumit dan birokratis, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Perubahan Paradigma

SPMI dan Perubahan Paradigma

SPMI dan Perubahan Paradigma

Implementasi SPMI Dikdasmen yang baik dan benar tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas. Implementasi SPMI memerlukan perubahan paradigma (mindset) dari semua warga sekolah. Siapa saja warga sekolah tersebut? Ya mulai dari kepala sekolah, wakil, para guru, staf admin, hingga para pelaksana petugas lapangan. 

Memang benar, fakta selama ini sulit merubah mindset, karena kita semua sudah terbiasa berada di “zona nyaman”. Namun kita harus merubah kebiasaan tersebut, kita harus bisa keluar dari zona nyaman. Mengapa? Karena dari hari ke hari tantangan dunia pendidikan terus berubah semakin kompleks. Lingkungan eksternal yang dipicu perubahan teknologi digital yang semakin pesat, membuat dunia pendidikan harus terus adaptif agar dapat senantiasa relevan. 

Lemahnya Budaya Mutu

Warga sekolah yang tidak peduli terhadap budaya mutu perlu dibimbing, dirangkul dan diajak untuk sadar mutu. Mereka semua diajak ikut berpartisipasi dalam implementasi SPMI. Hal ini tentu tidak mudah, kepala sekolah dan TPMPS akan berhadapan dengan sebagian warga sekolah yang memiliki sikap apatis, cuek, acuh tak acuh terhadap program SPMI. 

Sebagian warga sekolah, ada yang mungkin beranggapan bahwa SPMI hanya menjadi beban bagi mereka. Beban menjalankan tugas-tugas administrasi yang sarat birokrasi dan prosedural.

Perlu disosialisasikan bahwa SPMI bukanlah tumpukan dokumen administrasi. SPMI adalah budaya mutu, terdiri dari pola pikir, pola sikap, pola perilaku yang saling keterkaitan untuk pendukung peningkatan mutu dalam rangka mencapai target SNP. 

Warga sekolah (Dikdasmen) yang belum paham dan sadar terhadap pentingnya mutu pendidikan perlu terus diberi bimbingan dan pengarahan. SPMI bukanlah sekedar menjalankan kebijakan pemerintah atau perintah kepala sekolah, namun harus diyakini menjadi sebuah kebutuhan bersama untuk mencapai SNP.

Budaya mutu sekolah (quality culture) adalah faktor penting untuk membentuk siswa menjadi manusia yang jujur, optimis, berakhlak  mulia, bertanggungjawab, ulet, berani, terampil, berperilaku kooperatif, disiplin serta berintegritas. 

Sekolah-sekolah yang unggul dalam budaya mutu dapat dilihat dari variabel seperti manajemen sekolah, kurikulum, proses pembelajaran, ekstrakurikuler,  perpustakaan, dan pelayanan kesehatan melalui klinik UKS dll.

Mewujudkan Budaya Mutu

Untuk mewujudkan sekolah yang berbudaya mutu,  dapat dengan memberikan perhatian pada:

  • Perencanaan yang visioner dan terukur,
  • Pengorganisasian yang jelas,
  • Pelaksanaan yang efektif  & efisien,
  • Melakukan  audit mutu, monev untuk perbaikan secara berkelanjutan (kaizen).
  • Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ihklas menjalankan PDCA (plan-do-check-action)

Membangun mindset dan budaya mutu, merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Namun demikian, membangun budaya mutu perlu partisipasi seluruh personil sekolah dan stakeholder. Secara manajerial, membangun budaya mutu sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah, sedangkan untuk operasional sehari-hari perlu dibantu oleh seluruh personil di semua aras (level) dan stakeholder terkait.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Perubahan Paradigma, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Pentingnya Sosialisasi SPMI Dikdasmen

Pentingnya Sosialisasi SPMI Dikdasmen

Pentingnya Sosialisasi SPMI Dikdasmen

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, Kemendikbud telah mendorong setiap lembaga satuan pendidikan untuk melaksanakan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) sehingga dapat dicapai Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Ketentuan SPMI Dikdasmen diatur dalam peraturan menteri. Peraturan menteri yang digunakan adalah Permendikbud No 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah.

Menurut pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa  “Penjaminan Mutu Pendidikan adalah suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu”.

Pasal 1 ayat 3 menjelaskan “Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan.”

Pasal 1 ayat 4 menambahkan penjelasan bahwa “Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI-Dikdasmen adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.”

Pentingnya Sosialisasi

Agar implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dapat berjalan baik, membutuhkan proses sosialisasi yang tepat. Sosialisasi SPMI kepada seluruh Warga Sekolah. Proses sosialisasi ini dapat dilakukan oleh tim yang terdiri dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD), fasilitator daerah (pengawas), kepala sekolah, atau Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Tentu masih anggota tim ini perlu menjalankan peran masing-masing sesuai tupoksi.

Ada berbagai macam bentuk sosialisasi, seperti Poster, Flyer, Workshop, Seminar, In House Training (IHT) dll. Publikasi informasi baik secara lisan, tertulis atau  melalui media audio visual melalui media sosial seperti Instagram, WA, Facebook dll.

Adanya program pengimbasan juga dapat mempercepat & memperluas proses implementasi SPMI.  Sekolah sekolah yang ditugaskan sebagai sekolah model umumnya memiliki lima sekolah imbas, tugas mereka adalah menginspirasi, memotivasi, memberi contoh agar “virus”  penjaminan mutu (SPMI) dapat semakin tersebar pada khalayak luas.

Tantangan Sosialisasi SPMI

Dikalangan sekolah-sekolah, ada yang masih beranggapan bahwa SPMI adalah proyek yang sewaktu-waktu dapat datang dan pergi. dianggap hanya program sesaat saja, temporel.

SPMI sebenarnya amanat dari Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 yang wajib dilaksanakan semua sekolah Dikdasmen. Namun sayangnya, sekolah-sekolah yang “sibuk” mengimplementasikan SPMI hanya sekolah yang berlabel “sekolah model” saja, adapun sekolah  yang tidak “berlabel” sekolah model kurang peduli terhadap pentingnya implementasi SPMI. Atas kondisi ini, bagaimana solusi yang tepat?

Demikian uraian singkat tentang Pentingnya Sosialisasi SPMI Dikdasmen, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Politik dan konflik Organisasi

SPMI, Politik & Konflik Organisasi

“SPMI, Politik & Konflik Organisasi”

mutupendidikan.com – Manajer dalam organisasi yang menerapkan TQM perlu juga memahami tentang perilaku politik dalam organisasi. Perilaku politik internal organisasi, apabila dapat dikelola dengan baik akan membantu pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Sebaliknya apabila tidak terkelola dengan baik akan berdampak pada  buruknya kinerja organisasi.

________________________________

Power Point (PDF):

Politik & Konflik Organisasi

________________________________

Dalam organisasi pendidikan, implementasi SPMI juga rentan terhadap masalah politik dan konflik organisasi. Organisasi pendidikan terdiri dari banyak stakeholder yang masing-masing membawa kepentingan yang ingin dicapai.

Tugas pemimpin dalam organisasi pendidikan adalah mencapat tujuan, visi dan misi yang telah ditetapkan dalam Statuta, RIP dan Renstra. Untuk mencapat tujuan organisasi tentu saja akan ada pihak-pihak yang menolak (resistence) untuk mendukung tujuan organisasi.

Konflik dan politik internal dapat terjadi ketika organisasi menyusun kebijakan SPMI, standar dan manual SPMI. Konflik dan politik internal dapat terjadi saat pelaksanaan Standar, Evaluasi Standar dan pengendalian standar.

Baca juga: SPMI & Manajemen Konflik

Pemimpin yang cakap, dapat mengelola konflik dan perilaku politik internal. Pemimpin dapat menciptakan keseimbangan yang etis yang dapat diterima oleh semua pihak. Konflik dan politik internal merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari, namun perlu dikelola dengan baik sehingga dapat mendukung efektifitas organisasi.

Pengertian Politik Internal

Politik internal terdiri dari kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan atau mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi untuk tujuan lain selain kepentingan organisasi.

Ada beberapa metode politik internal yang sering digunakan dalam organisasi diantaranya sbb:

  • Melobi
  • Membangun koalisi
  • Menerapkan gangguan dan tekanan
  • Berkampanye
  • Bergosip dan menyebarkan rumor
Bagaimana dampak politik internal terhadap mutu

Tentu saja apabila konflik dan politik internal tidak terkelola dengan baik akan berdampat negatif seperti:

  • Hilang moral
  • Keputusan yang diragukan
  • Persaingan internal yang tidak produktif
  • Kehilangan karyawan yang terbaik
  • Kelangsungan proses, prosedur, dan teknologi yang kadaluarsa
  • Konflik terus menerus
  • Hilangnya kualitas, persaingan, dan pelanggan

Untuk penjelasan lebih lengkap, silahkan di unduh file power point diatas.

Demikian, semoga bermanfaat dan salam mutu.

________________________________

mutupendidikan.com

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan


Hubungi Customer Service kami
Untuk In-House Training “Manajemen Konflik dalam Organisasi”

123
×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami