• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Author Archive admin

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Integritas adalah bagian penting dari keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI adalah suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dan menciptakan kepuasan stakeholder melalui partisipasi aktif dari semua anggota organisasi. 

Dalam implementasi dan keberhasilan SPMI, integritas dianggap sebagai salah satu nilai individu yang sangat penting. Pelaksana SPMI yang memiliki integritas yang tinggi dianggap dapat berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan dan memastikan kepuasan stakeholder. 

Pelaksana SPMI yang menjunjung tinggi integritas akan menempatkan kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sebagai prinsip / nilai utama dalam bekerja, sehingga dapat meminimalkan terjadinya praktik kerja yang tidak etis.

Integritas pelaksana SPMI tentu dapat membangun citra dan reputasi yang baik bagi Institusi Pendidikan. Stakeholder lebih cenderung untuk mempercayai Institusi Pendidikan yang memiliki integritas yang tinggi dan mereka akan merasa lebih nyaman dalam menggunakan layanan yang diberikan.

Membangun Integritas

Berikut adalah beberapa metode /cara yang dapat membantu membangun integritas:

  1. Sikap Bertanggung Jawab: Integritas melibatkan sikap bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang telah diambil. Tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan. Individu yang memiliki integritas senantiasa bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil.
  2. Senantiasa Berperilaku Jujur: Kejujuran (honesty) adalah perilaku yang sangat penting dalam membangun integritas. Berbicara jujur, berkata benar dan memenuhi komitmen yang telah diucapkan akan memperkuat kepercayaan (trust) dan menjaga reputasi yang baik.
  3. Tegas dalam Konflik Kepentingan: Integritas juga melibatkan sikap tegas dalam konflik kepentingan yang dapat mengorbankan integritas seseorang. Pastikan bahwa keputusan (decision making) dan tindakan yang diambil telah didasarkan pada kepentingan yang jelas dan adil.
  4. Yakin Allah Melihat: Banyak individu berpikir bahwa tidak mengapa melakukan hal-hal yang salah selama tidak ada yang melihat. Namun, melakukan hal-hal yang benar/ jujur bahkan ketika tidak ada yang melihat adalah tindakan yang penting untuk membangun integritas. Sebagai seseorang yang beragama juga telah ditanamkan keyakinan bahwa Allah Ta’ala melihat semua perilaku manusia.
  5. Menjadi Teladan: Integritas juga perlu dilakukan dengan menjadi teladan /contoh yang baik bagi orang lain. Jangan hanya mengucapkan/ mengajarkan integritas, tetapi aktif memberi contoh secara konsisten dalam tindakan & keputusan-keputusan yang diambil.
  6. Hindari Ketidakadilan: Jangan pernah mencari kesempatan atau mengambil keuntungan yang tidak adil / melakukan praktik-praktik yang merugikan orang lain. Bila keuntungan yang diperoleh didasarkan pada pengorbanan integritas, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai keuntungan yang baik. Mutu Pendidikan akan dapat dibangun dengan baik dengan sukses bersama, bukan dengan mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi yang tidak adil.
  7. Keterbukaan Komunikasi: Integritas juga melibatkan komunikasi yang terbuka, jelas dan jujur. Manajemen harus memperkuat pola komunikasi jelas, jujur dan terbuka. Selain itu juga penting membangun budaya sikap komunikasi yang asertif. Komunikasi asertif bermakna komunikasi yang positif, tegas namun tidak menyakiti perasaan orang lain.

Baca juga: Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Kesimpulan, membangun integritas memerlukan komitmen, waktu serta kesabaran. Dengan menerapkan 7 (tujuh) tips diatas, InsyaAllah sikap integritas dapat dibangun dan ditumbuhkan dalam organisasi.

Demikian uraian singkat tentang  Pentingnya Integritas dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Gantt Chart

Gantt chart merupakan alat bantu visual yang sering dipakai untuk menggambarkan jadwal proyek dalam bentuk diagram batang horizontal. Dalam kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan jadwal tugas-tugas yang diperlukan dalam proses perbaikan mutu (kaizen).

SPMI dan Gantt Chart

Dalam SPMI, Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Gantt chart juga dapat diterapkan dalam mengelola waktu & sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan.

Contoh penggunaan Gantt chart dalam SPMI adalah ketika melakukan proses perbaikan mutu di sebuah lembaga pendidikan. Gantt chart dapat dipakai untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan, seperti melakukan analisis root cause, perbaikan standar SPMI, manual PPEPP, mengembangkan rencana tindakan koreksi, dan melaksanakan tindakan perbaikan. 

Contoh Gantt Chart
Contoh Gantt Chart

Gantt chart dapat membantu dalam mengelola waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas / pekerjaan, menetapkan target penyelesaian serta mengidentifikasi ketergantungan antara tugas / pekerjaan yang berbeda.

Dalam SPMI, penting untuk memastikan bahwa tugas/pekerjaan yang diperlukan untuk meningkatkan mutu dilaksanakan dengan tepat waktu. Gantt chart dapat membantu (secara visual) dalam mengelola waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-pekerjaan tersebut, sehingga memastikan bahwa proses perbaikan mutu berjalan dengan efektif & efisien.

Pembuatan Gantt Chart

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart:

  1. Identifikasi tugas/ pekerjaan: Tentukan semua tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan proyek atau kegiatan tertentu. Tuliskan tugas-tugas ini dalam daftar yang terurut. Misalnya: Proyek pemutakhiran dokumen SPMI Perguruan Tinggi.
  2. Tentukan Durasi: Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas/ pekerjaan. Durasi tugas/ pekerjaan dapat ditentukan dalam satuan waktu, seperti jam, hari, pekan, atau bulan. Misal: penyusunan standar Tata Kelola ditetapkan selesai dalam 2 pekan.
  3. Ketergantungan Antara Tugas/ Pekerjaan: Tentukan tugas/ pekerjaan mana yang harus diselesaikan sebelum tugas/ pekerjaan lain dapat dimulai. Ketergantungan dapat ditunjukkan dengan diagram panah, di mana panah menunjukkan urutan tugas. Misal untuk membuat standar X, perlu dibuat dulu manual penetapan standar X.
  4. Tetapkan Tanggal Kegiatan: Tetapkan tanggal mulai kegiatan dan tentukan tanggal selesai untuk setiap tugas/ pekerjaan berdasarkan durasi tugas dan ketergantungan antara tugas. Misal: Penyelesaian Perbaikan Dokumen Kebijakan SPMI dimulai pada tanggal 1 Maret.
  5. Buat Gantt Chart: Buatlah diagram Gantt chart dengan menggunakan perangkat lunak atau tools pembuatan Gantt chart lainnya. Tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan ditunjukkan dalam bar horizontal di sepanjang sumbu waktu. Tanggal mulai dan selesai tugas/ pekerjaan ditandai dengan titik awal dan titik akhir pada bar. Ketergantungan antara tugas ditunjukkan dengan panah. Latihan: Anda dapat berlatih membuat gantt chart penyusunan rencana audit mutu internal.
  6. Tambahkan Informasi Pelengkap: Tambahkan informasi pelengkap ke dalam Gantt chart yang telah dibuat, seperti siapa pelaksana (PIC), deadline, milestone, atau informasi lainnya yang diperlukan.
  7. Update Gantt Chart: Penting untuk update Gantt chart secara berkala. Hal ini untuk memantau kemajuan program, proyek atau kegiatan. Pastikan untuk menyesuaikan ulang tanggal mulai dan selesai tugas/pekerjaan jika terjadi perubahan jadwal.

Itulah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart. Menarik bukan? Untuk keberhasilan SPMI, pastikan untuk memperhatikan detail tugas/ pekerjaan dan ketergantungan antara tugas saat membuat Gantt chart.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Gantt Chart, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Audit Kepatuhan

SPMI dan Audit Kepatuhan

SPMI dan Audit Kepatuhan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Untuk dapat mengimplementasikan SPMI dengan baik, perlu dilakukan kegiatan evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi disini adalah kegiatan audit mutu internal (AMI). Ada dua jenis audit dalam AMI yaitu audit sistem (desk evaluation) dan audit lapangan atau audit kepatuhan.

Audit kepatuhan adalah jenis audit yang bertujuan untuk memeriksa  & mengevaluasi apakah lembaga pendidikan (pelaksana SPMI) telah mematuhi semua kebijakan, peraturan, hukum, dan standar yang berlaku. 

Audit kepatuhan dilaksanakan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan tersebut menjalankan roda organisasi dengan benar dan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh ketentuan regulasi yang berlaku.

Secara garis besar, audit kepatuhan melibatkan sejumlah aktivitas para auditor, seperti:

  1. Analisis Data: Menganalisis data & informasi yang diperoleh selama proses audit untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku. Data dikumpulkan dari dokumen-dokumen SPMI yang ada.
  2. Pemeriksaan Dokumen: Pemeriksaan dokumen dan catatan lembaga terkait kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku. Dokumen yang diperiksa diantaranya kebijakan SPMI, manual PPEPP, standar SPMI dan formulir-formulir. Catatan yang diperiksa dapat berbentuk arsip-arsip / catatan mutu / rekaman / atau record dll.
  3. Wawancara: Wawancara dapat dilakukan untuk menggali data dari auditee. Wawancara dilakukan dengan manajemen (pimpinan lembaga), kepala unit kerja dan pihak terkait lainnya. Wawancara dilakukan untuk memahami implementasi dokumen SPMI dan pemahaman pelaksana terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku.
  4. Pengamatan: Pengamatan langsung terhadap aktivitas dan proses yang terkait dengan standar, peraturan dan regulasi yang berlaku. Auditor dapat meminta auditee untuk memperagakan proses-proses dan layanan pendidikan yang menjadi tanggung jawab mereka.
  5. Menyusun Laporan AMI: Setelah dilakukan audit kepatuhan, dan menerbitkan PTK (permintaan tindakan korektif) bila ada penyimpangan maka auditor menyusun laporan AMI. Laporan AMI berisi ringkasan temuan positif (praktek baik), ringkasan temuan negatif (Ketidaksesuaian), rencana perbaikan, rekomendasi dan kesimpulan.

Tujuan dari audit kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa lembaga telah menjalankan roda organisasi dengan benar. Lembaga telah menjalankan organisasi sesuai dengan standar, aturan & regulasi yang berlaku. 

Audit kepatuhan membantu lembaga untuk mencegah risiko dan sanksi yang mungkin muncul bila mereka melanggar peraturan atau regulasi yang berlaku. 

Audit kepatuhan juga membantu lembaga pendidikan untuk meningkatkan kinerja sistem penjaminan mutu internal (SPMI), sehingga dapat memastikan pencapaian target mutu pendidikan yang ingin diraih. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Mengenal Tinjauan Manajemen

Mengenal Tinjauan Manajemen

Mengenal Tinjauan Manajemen

Tinjauan Manajemen (TM) atau Management Review, ada juga yang memakai istilah RTM (rapat tinjauan manajemen) adalah suatu proses evaluasi dan analisis sistematis oleh tim manajemen terhadap performance organisasi dalam mencapai standar, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 

TM merupakan suatu proses evaluasi terhadap kesesuaian & efektifitas pelaksanaan sistem manajemen mutu, dengan cara melakukan pembahasan secara berkala dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.

Tinjauan manajemen dilakukan untuk memastikan bahwa sistem manajemen organisasi bekerja dengan efektif dan efisien serta memenuhi semua persyaratan dan standar yang telah ditetapkan. 

Efektif berarti mampu mencapai semua target yang telah ditetapkan, sedangkan efisien berarti kemampuan untuk menghemat sumber daya yang dipakai. Organisasi yang kompetitif adalah organisasi yang paling efektif dan efisien.

Proses Tinjauan Manajemen (TM) biasanya dilakukan secara periodik atau bisa dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan. Dalam iklim perubahan yang semakin tidak pasti saat ini (era disrupsi), sangat relevan bila kegiatan TM dilakukan lebih sering, misal setiap bulan sekali atau setiap 3 bulan.

Agar tinjauan manajemen efektif perlu melibatkan semua unsur dalam organisasi, melibatkan seluruh level manajemen. Pada perguruan tinggi (PT) yang besar, TM dapat dilakukan di level Universitas dan di level Fakultas. Sedangkan pada PT yang masih sedikit prodinya, kegiatan TM dapat diadakan di level pimpinan puncak saja.

Baca juga: SPMI dan Tinjauan Manajemen

Dalam Tinjauan Manajemen, manajemen meninjau dan mengevaluasi performance organisasi, mencari peluang-peluang perbaikan, menetapkan rencana aksi, dan menetapkan standar, tujuan dan sasaran baru. Agenda atau input kegiatan TM diantaranya dapat bersumber dari:

  • Kinerja proses 
  • Kesesuaian produk (sasaran mutu), 
  • Hasil Audit Mutu Internal & Eksternal, 
  • Penanganan Keluhan Pelanggan, 
  • Umpan Balik stakeholder, 
  • Perubahan Sistem Manajemen Mutu, 
  • Pengendalian Tindakan Perbaikan & Pencegahan, 
  • Saran – saran perbaikan, tindak lanjut hasil manajemen lalu

Proses TM mencakup beberapa elemen seperti evaluasi kinerja organisasi, penilaian resiko, evaluasi efektivitas sistem manajemen, evaluasi kepatuhan terhadap peraturan & persyaratan stakeholder

Hasil keputusan Tinjauan Manajemen, hendaknya dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan-keputusan strategis di masa depan. Demikian uraian singkat tentang Mengenal Tinjauan Manajemen, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Tinjauan Manajemen

SPMI dan Tinjauan Manajemen

SPMI dan Tinjauan Manajemen

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Tinjauan Manajemen (Management Review) merupakan salah satu elemen penting dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).

Tinjauan Manajemen atau atau Kaji Ulang Manajemen adalah proses evaluasi dan analisis secara sistematis oleh pihak manajemen terhadap kinerja organisasi dalam mencapai tujuan & sasaran yang telah ditetapkan. Tinjauan Manajemen dilakukan untuk memastikan bahwa sistem manajemen organisasi (SPMI) bekerja dengan efektif & efisien serta memenuhi semua persyaratan dan standar yang telah ditetapkan.

Fungsi Tinjauan Manajemen

Fungsi dari Tinjauan Manajemen dalam program SPMI adalah sebagai berikut:

  1. Memastikan Kepatuhan: Tinjauan Manajemen digunakan untuk memastikan bahwa program SPMI mematuhi peraturan dan persyaratan yang berlaku. Hal ini penting untuk mempertahankan akreditasi / sertifikasi dan memastikan kepercayaan stakeholder terhadap layanan pendidikan yang dihasilkan.
  2. Evaluasi Kinerja: Tinjauan Manajemen dilakukan untuk mengevaluasi kinerja SPMI secara keseluruhan (semua kegiatan). Evaluasi kinerja tersebut diantaranya penilaian terhadap pencapaian standar SPMI, pengukuran kinerja, efektivitas dan efisiensi proses pendidikan, serta kepatuhan terhadap peraturan dan persyaratan yang berlaku.
  3. Kegiatan Perbaikan: Hasil Tinjauan Manajemen akan menjadi dasar untuk menentukan jenis perbaikan yang akan dilakukan. Tinjauan Manajemen membantu untuk mengenal kelemahan dan peluang-peluang perbaikan dalam SPMI. Pengelolaan Tinjauan Manajemen yang tepat akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem penjaminan mutu.
  4. Memilih Prioritas: Hasil Tinjauan Manajemen membantu menetapkan prioritas dalam penyusunan rencana perbaikan. Prioritas tersebut dapat ditentukan berdasarkan urgensi, dampak, dan kepentingan terhadap pencapaian tujuan SPMI. Tindakan perbaikan dapat berbentuk koreksi, korektif dan preventif.
  5. Menyusun Rencana Aksi: Tinjauan Manajemen juga digunakan untuk menyusun rencana aksi yang diperlukan. Rencana aksi ini dapat meliputi tindakan koreksi, korektif, tindakan pencegahan, dan perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja SPMI.

Kesimpulan, Tinjauan Manajemen memiliki beberapa fungsi penting diantaranya untuk mengevaluasi kinerja SPMI, menetapkan rencana perbaikan, memilih prioritas, serta memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan persyaratan stakeholder. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tips Menjadi Auditor SPMI

Tips Menjadi Auditor SPMI

Tips Menjadi Auditor SPMI

Tentu saja semua auditor bercita-cita ingin menjadi auditor ideal yang baik, yaitu auditor yang benar-benar dapat memberi nilai tambah bagi lembaga pendidikan yang mengelola SPMI (sistem penjaminan mutu internal).

Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu para auditor SPMI untuk menjadi lebih baik:

  1. Pemahaman Tentang AMI dan SPMI: Seorang auditor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang AMI (audit mutu internal), dan pernah mengikuti pelatihan tentang AMI. Seorang auditor SPMI juga wajib memiliki pemahaman yang komprehensif tentang SPMI dan pernah mengikuti pelatihan SPMI.
  2. Keterampilan Komunikasi: Seorang auditor wajib memiliki keterampilan komunikasi yang baik, termasuk kemampuan untuk mendengarkan dengan teliti (listening skills) dan mengajukan pertanyaan yang relevan. Seorang auditor yang handal juga harus mampu mengkomunikasikan hasil temuan audit dengan jelas dan diplomatis kepada para stakeholder.
  3. Analisis dan Kritis: Seorang auditor SPMI harus mampu melakukan analisis yang mendalam terhadap fakta-fakta dan bukti yang dikumpulkan saat proses audit. Dengan kejelian melihat hubungan sebab akibat, auditor akan dapat mengambil kesimpulan yang tepat dan relevan.
  4. Keterampilan Manajerial: Seorang auditor juga perlu memiliki keterampilan manajerial dan keorganisasian yang baik. Keterampilan membuat perencanaan audit yang efektif, mengatur jadwal dan anggota tim audit, serta mengelola sumber daya (resources) yang tersedia dengan efisien.
  5. Objektif dan Independen: Auditor harus mampu mempertahankan temuan-temuannya secara objektivitas dan independen, tidak dipengaruhi oleh pihak lain dan hanya fokus berkonsentrasi pada fakta dan bukti yang ada.
  6. Berpikir Out-of-The-Box: Seorang auditor harus mampu berpikir out-of-the-box, yakni mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang yang ada. Auditor dapat memberi rekomendasi yang kreatif untuk segala problematik yang dihadapi.
  7. Pengembangan Diri: Seorang auditor perlu terus belajar dan mengikuti program mengembangkan diri (self development). Terus update ilmu-ilmu baru dan mengikuti pelatihan yang relevan.

Demikian uraian singkat tentang Tips Menjadi Auditor SPMI. Dengan mengikuti tips diatas, InsyaAllah seseorang auditor dapat maju dan berkembang. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Kriteria Auditor SPMI

Kriteria Auditor SPMI

Kriteria Auditor SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Auditor Mutu Internal (AMI) adalah seseorang yang bertugas untuk melakukan audit atau pemeriksaan internal secara independen pada sistem manajemen mutu suatu lembaga, hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengevaluasi efektivitas sistem tersebut dan memberikan rekomendasi perbaikan bila diperlukan.

Dalam SPMI, salah satu manual penting adalah manual PPEPP (penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, peningkatan). Manual ini berfungsi menjadi acuan untuk peningkatan standar SPMI. Salah satu manual PPEPP yang ke 3, adalah manual evaluasi standar SPMI, bentuk kegiatan evaluasi salah satunya adalah AMI. 

Pelaksana AMI adalah para auditor, tentu saja agar proses AMI dapat berjalan optimal, perlu ada tim auditor yang kompeten. Bagaimana kriteria auditor SPMI yang kompeten?

Kriteria Auditor SPMI

Seorang auditor SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perlu memenuhi beberapa kriteria diantaranya:

  1. Memahami SPMI: Seorang auditor SPMI wajib memahami dan menguasai konsep dan prinsip SPMI serta dokumen yang berlaku di bidang tersebut. Dalam perguruan tinggi, dokumen SPMI meliputi: Kebijakan SPMI, manual SPMI, standar SPMI dan formulir SPMI. 
  2. Mengenal Lingkungan Internal dan Eksternal: Seorang auditor SPMI yang baik wajib memahami konsep evaluasi diri (SWOT Analysis). Memahami perubahan lingkungan yang sangat bergejolak. Memahami situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Memahami strategi bisnis, visi-misi, konteks kompetisi, kegiatan, dan proses yang ada di lembaga pendidikan.
  3. Kompetensi Audit: Seorang auditor bidang SPMI, wajib memiliki keterampilan audit dan mampu menerapkan metode audit yang tepat untuk memeriksa efektivitas SPMI. Memiliki pengetahuan, afeksi dan keterampilan sebagai auditor. Memiliki kecerdasan emosional yang baik untuk berinteraksi dengan orang lain.
  4. Integritas & Etika: Seorang auditor SPMI wajib mematuhi standar etika & standar profesionalisme yang tinggi serta memiliki integritas yang dijunjung tinggi.
  5. Keterampilan Analitis: Seorang auditor SPMI yang baik wajib mampu menganalisis data, informasi dan dokumen terkait dengan SPMI.  Seorang auditor yang baik wajib memiliki keterampilan mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan standar SPMI dan efektivitasnya.
  6. Keterampilan Komunikasi: Seorang auditor SPMI yang baik wajib memiliki keterampilan komunikasi & keterampilan sosial yang baik. Hal ini penting untuk dapat mengkomunikasikan temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen, auditee dan pihak-pihak terkait lainnya.

Demikian uraian singkat tentang Kriteria Auditor SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tips Menyusun Rencana Audit

Tips Menyusun Rencana Audit

Tips Menyusun Rencana Audit

Agar pelaksanaan AMI (audit mutu internal) dapat berjalan optimal, tentu saja perlu perencanaan yang matang pula. Perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai pada masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Berikut adalah beberapa kiat dan langkah dalam menyusun perencanaan AMI yang baik:

  1. Tetapkan Ruang Lingkup: Tetapkan ruang lingkup audit, yaitu area-area atau departemen atau fakultas mana yang akan diaudit. Rencanakan jenis audit yang akan dilakukan, serta standar atau persyaratan mana saja yang akan digunakan. 
  2. Tetapkan Tujuan & Sasaran Audit: Tujuan dan sasaran audit harus ditetapkan secara jelas, terukur dan spesifik sehingga proses AMI dapat menghasilkan manfaat yang optimal. Tujuan dan sasaran AMI harus mengacu pada hasil evaluasi diri (SWOT), visi misi, rencana strategi (renstra), dan harus relevan dengan ruang lingkup audit.
  3. Tetapkan Anggota Tim Audit: Tetapkan siapa saja tim audit yang akan ditugaskan. Tim audit harus terdiri dari para auditor yang kompeten dan memiliki pengalaman di bidang audit.  Mereka harus memiliki kemampuan untuk melakukan audit secara profesional dan objektif. Mereka juga harus punya minat, waktu dan motivasi untuk melakukan audit.
  4. Tetapkan Jadwal Audit: Susun jadwal audit yang sesuai dengan kebutuhan lembaga. Pelaksanaan AMI harus mencapai tujuan efisiensi dan efektifitas. Pertimbangkan waktu yang tepat untuk melakukan audit, sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar di kampus, sekolah dan madrasah. Frekuensi audit juga tidak harus sama antara satu unit kerja dengan unit kerja lainnya, pergunakan konsep Manajemen Risiko untuk menetapkan jadwal AMI.
  5. Persiapan Awal: Persiapan awal meliputi pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk kegiatan audit. Data yang diperlukan dapat berbentuk dokumen SPMI seperti Kebijakan SPMI, Manual PPEPP, Standar SPMI dan formulir. Selain itu auditor juga dapat mengumpulkan data-data historis seperti arsip, catatan mutu, record, rekaman dll. Setelah mendapatkan dokumen-dokumen tersebut, auditor melakukan audit sistem atau desk evaluation, outputnya berupa daftar pertanyaan (checklist) dan kuesioner.
  6. Rencana Audit Lapangan (visitasi): Audit visitasi dilakukan dengan mengikuti rencana audit yang telah ditetapkan. Auditor harus mengumpulkan bukti dan data-data yang cukup untuk menentukan apakah sistem manajemen mutu telah berjalan sesuai persyaratan standar SPMI.
  7. Menganalisis Temuan: Auditor perlu mengevaluasi temuan audit yang diperoleh. Temuan dapat berbentuk praktek baik (best practice) bila standar SPMI dapat dicapai atau dilampaui. Selain temuan positif, ada pula temuan negatif, yaitu penyimpangan dari kebijakan, standar-standar  atau prosedur yang telah ditetapkan.
  8. Rencana Tindakan Perbaikan: Setelah proses audit selesai, tim auditor harus menganalisis jenis temuan dan membuat laporan AMI. Lembaga harus memperbaiki temuan-temuan negatif yang diperoleh selama audit dan mengembangkan rencana tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah tersebut. Temuan audit ditulis dalam formulir PTK (permintaan tindakan korektif), yang selanjutnya diserahkan kepada auditee untuk segera dilakukan tindakan perbaikan.
  9. Tindakan Perbaikan: Lembaga harus memantau kemajuan tindakan perbaikan dan memastikan bahwa masalah (temuan audit) telah diselesaikan dengan benar. Auditor dapat melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan telah dilakukan dan efektif.
  10. Laporan Hasil Audit: Setelah proses SMI selesai, auditor harus membuat laporan audit yang berisi hasil audit & rekomendasi untuk perbaikan. Laporan audit harus dibuat dengan jelas dan disampaikan kepada manajemen organisasi. Isi laporan audit, setidaknya berisi:
    • lingkup audit,
    • tujuan audit,
    • jadwal auditor,
    • nama-nama tim auditor,
    • nama-nama auditee,
    • ringkasan temuan positif dan negatif,
    • rencana perbaikan dan rekomendasi.

Demikian uraian singkat tentang Tips Menyusun Rencana Audit, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Kegagalan Audit Mutu Internal

Kegagalan Audit Mutu Internal

Kegagalan Audit Mutu Internal

Dalam melaksanakan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), lembaga pendidikan diminta untuk melakukan AMI (Audit Mutu Internal) secara periodik. Pelaksanaan AMI tentu saja memerlukan persiapan-persiapan yang matang agar dapat efektif dan efisien.

Bila persiapan AMI dilakukan dengan baik, tentu akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Proses AMI yang baik akan membantu lembaga pendidikan untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan (Kaizen). Sebaliknya proses AMI yang tidak dilakukan dengan benar, tentu akan sia-sia, tidak memberi manfaat yang berarti bagi lembaga pendidikan.

Kegagalan dalam kegiatan AMI (audit mutu internal) dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti:

  1. Kurangnya Pemahaman Terhadap Proses AMI: Kurangnya pemahaman terhadap proses audit mutu internal dapat menyebabkan kegagalan dalam kegiatan AMI. Pelaksana audit mutu internal harus memahami dengan baik semua dokumen yang menjadi acuan AMI. Standar apa saja yang dijadikan acuan, serta metode dan teknik audit mutu internal yang benar. Umumnya pimpinan lembaga telah menetapkan panduan AMI sebagai aturan main yang harus dikuasai oleh para auditor.
  2. Kurangnya Persiapan: Kurangnya persiapan sebelum melakukan proses AMI dapat menyebabkan kegagalan dalam melakukan audit. Pepatah mengatakan “By failing to prepare, you are preparing to fail”. Persiapan meliputi pengumpulan informasi, analisis data, dan pemahaman terhadap proses yang akan diaudit. Menetapkan tujuan audit yang relevan, menetapkan jumlah auditor yang dibutuhkan, perencanaan jadwal audit dll.
  3. Kesalahan Memilih Auditor: Kesalahan dalam pemilihan auditor yang tepat dapat menyebabkan kegagalan dalam melakukan audit. Auditor yang dipilih harus memiliki kompetensi dan pengalaman yang cukup dalam melakukan audit mutu internal. Bila belum memiliki tim auditor internal yang memadai, lembaga perlu menugaskan calon-calon auditor untuk mengikuti pelatihan audit, baik secara offline maupun online.
  4. Lemahnya komunikasi Auditor dengan Auditee: Lemahnya komunikasi antara auditor dengan auditee dapat menyebabkan kegagalan dalam proses audit. Komunikasi yang baik harus dilakukan sebelum, selama, dan setelah audit untuk memastikan bahwa informasi yang diperlukan telah diperoleh. Ada 2 jenis audit, audit sistem (desk evaluation) dan audit lapangan. Kedua jenis audit ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung dengan komunikasi yang baik pula.
  5. Tidak Dilakukan Tindakan Perbaikan: Tidak adanya tindakan perbaikan (tindakan korektif) setelah audit dapat menyebabkan kegagalan dalam kegiatan AMI. Audit mutu internal harus dilakukan untuk memperbaiki proses & sistem yang ada. Bila tidak ada tindakan perbaikan setelah audit, maka audit tidak bisa memberikan nilai tambah /manfaat yang diharapkan.

Langkah Perbaikan AMI

Untuk mencegah kegagalan dalam proses AMI, berikut adalah beberapa tips yang dapat dipertimbangkan:

  1. Menetapkan tujuan, target dan ruang lingkup audit yang jelas.
  2. Menunjuk auditor yang memiliki kompetensi & pengalaman yang memadai. Tidak saja mempertimbangkan ketrampilan namun juga melihat sikap dan soft-skills yang dimiliki.
  3. Melakukan perencanaan yang matang sebelum melakukan audit. Perencanaan meliputi 5 W dan 1 H, what, where, why, who, when dan how.
  4. Membangun komunikasi yang baik antara auditor dengan auditee. Yakinkan auditee, bahwa proses AMI ini bukan untuk mencari kesalahan, namun untuk mencari peluang-peluang perbaikan.
  5. Membuat laporan audit yang jelas dan sistematis. Laporan harus dibuat tepat waktu, sehingga tidak menghambat proses penyusunan rencana tindak lanjut dan kegiatan Tinjauan Manajemen.
  6. Melakukan tindakan perbaikan dan perbaikan yang diperlukan setelah audit. Disinilah manfaat audit baru dapat dirasakan. Tindakan koreksi, korektif dan preventif yang tepat akan mampu mendorong organisasi untuk melakukan perbaikan terus menerus.

Demikian uraian singkat ini, kami sampaikan. Dengan memperbaiki poin-poin di atas, insyaAllah audit mutu internal  (AMI) dapat memberikan manfaat yang maksimal dalam upaya peningkatan mutu organisasi. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Salah satu dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi yang perlu untuk disusun adalah Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria capaian pembelajaran lulusan pendidikan tinggi yang merupakan internalisasi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Bagaimana prosedur atau langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menyusun Standar Kompetensi Lulusan? 

Menyusun standar kompetensi lulusan yang baik memerlukan beberapa tahap, diantaranya:

  1. Identifikasi Kebutuhan Dunia Industri: Cermati kebutuhan industri, konsumen dan perusahaan yang berkaitan dengan lulusan program studi. Lakukan analisis mendalam terhadap kebutuhan tersebut. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa metode seperti fokus group discussion, survei, atau wawancara dengan para pakar, profesional di industri terkait.
  2. Identifikasi Kebutuhan Akademik: Pelajari kebutuhan akademik yang diperlukan oleh mahasiswa untuk bisa memenuhi harapan /kebutuhan industri yang tadi telah diidentifikasi. Proses analisis kebutuhan akademik, dapat dilakukan dengan mengevaluasi kurikulum program studi yang sejenis di perguruan tinggi lain atau dengan melakukan sharing /diskusi dengan para akademisi di bidang yang bersangkutan. Kegiatan ini sering juga dilakukan melalui kegiatan Benchmarking.
  3. Menetapkan Kompetensi: Dari hasil analisis kebutuhan industri & akademik, selanjutnya dibuat daftar kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan program studi. Umumnya kompetensi tersebut mencakup pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afeksi) yang dibutuhkan untuk dapat sukses di suatu industri.
  4. Susun Indikator: Setelah menyusun daftar kompetensi, lalu tentukan indikator-indikator yang dapat diukur untuk setiap kompetensi. Indikator yang baik harus spesifik, terukur, dan relevan dengan kompetensi yang ingin diraih.
  5. Tetapkan Level Kompetensi: Tetapkan level kompetensi yang diinginkan dari lulusan program studi. Level kompetensi tersebut dapat berupa pemahaman dasar, kemahiran yang terampil, atau tingkat keahlian yang sangat mahir. Dengan adanya level kompetensi akan mudah bagi manajemen untuk mengukur sejauh mana capaian pembelajaran telah diraih.
  6. Validasi Standar Kompetensi: Validasi standar kompetensi  dilakukan dengan melibatkan stakeholder. Stakeholder yang dilibatkan dapat berasal dari industri, akademisi, orang tua dan mahasiswa.
  7. Implementasi dan Evaluasi: Setelah standar kompetensi dibuat dan disetujui, maka harus diimplementasikan dan dievaluasi secara berkala. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan apakah lulusan program studi telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Melalui langkah-langkah diatas, maka InsyaAllah akan diperoleh standar kompetensi lulusan yang baik. Standar yang baik dapat meningkatkan mutu lulusan, dan meningkatkan kepuasan stakeholder. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami