• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Berita

Cara menyederhanakan dokumen SPMI

Cara menyederhanakan dokumen SPMI

Cara menyederhanakan dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Dalam sesi diskusi dengan beberapa guru, dosen dan para pegawai tendik, ada kecenderungan mereka tidak begitu tertarik membaca dokumen-dokumen SPMI. Mengapa demikian? Jawabannya karena seringkali dokumen SPMI, baik itu kebijakan SPMI, Manual maupun Standar disajikan sarat narasi, panjang dan dengan bahasa formal yang membosankan. Hal ini perlu dicarikan alternatif solusi.

Berikut adalah tips beberapa cara untuk menyederhanakan dokumen SPMI:

  1. Tentukan Tujuan Dokumen SPMI: Pertama-tama, pastikan bahwa Anda memiliki pemahaman yang jelas tentang visi misi organisasi, juga harus memahami apa tujuan dokumen tersebut dibuat. Apa yang ingin disampaikan dan kepada siapa? Dokumen apa yang akan dibuat, dokumen akademik atau non akademik. Setiap dokumen yang dibuat harus relevan dengan visi misi dan tantangan perubahan kondisi eksternal.
  2. Susun Struktur Informasi: Susun dan organisasikan informasi dengan baik agar mudah dicerna dan dipahami. Gunakan judul, subjudul dan bagian yang mudah diikuti untuk membantu pembaca mengikuti informasi. Gunakan sistem penomoran yang sistematis.
  3. Bahasa yang Mudah Dimengerti: Hindari memakai bahasa-bahasa yang terlalu teknis atau khusus yang mungkin sulit dicerna oleh pembaca awam. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Lengkapi dengan penjelasan definisi dan kosa kata yang tepat. Misal Singkatan SPMI harus dijelaskan menjadi Sistem Penjaminan Mutu Internal. 
  4. Delete Informasi yang Tidak Penting: Review dokumen yang telah disusun, cari informasi yang tidak relevan atau berlebihan, delete /hapus informasi tersebut untuk menjaga dokumen tetap terfokus dan mudah dipahami. Hilangkan persepsi bahwa dokumen yang baik itu yang panjang dan sarat narasi. Dokumen yang baik adalah yang simpel, praktis, sederhana, dan mudah dipahami dan dijalankan.
  5. Format yang Sederhana: Gunakan format yang sederhana, simpel dan mudah dijalankan. Hindari penggunaan terlalu banyak font, warna, variasi, atau gambar yang tidak relevan/ membingungkan.
  6. Memakai Contoh / Ilustrasi: Kembangkan contoh-contoh atau ilustrasi yang relevan untuk membantu menjelaskan konsep atau ide yang kompleks. Dapat pula dokumen SPMI memakai flowchart yang sederhana atau media infografis. 
  7. Dapatkan Feedback dari Pemakai: Setelah menyederhanakan dokumen, mintalah umpan balik dari pemakai dokumen untuk memastikan bahwa dokumen tersebut mudah dipahami. Gunakan formulir untuk pengisian umpan balik.
  8. Update dokumen secara teratur: Perbarui (update) dokumen SPMI secara teratur untuk memastikan tetap relevan dan mudah dipahami. Kondisi eksternal yang berubah dengan cepat menuntut dokumen untuk senantiasa di sesuai dengan tantangan eksternal yang berkembang.

Dengan mengikuti beberapa cara tips diatas, Kita akan dapat menyederhanakan dokumen SPMI yang rumit dan memudahkan pengguna (user) untuk memahami informasi (kebijakan, standar, prosedur)  yang disampaikan. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Stay Relevant

SPMI dan Stay Relevant

SPMI dan Stay Relevant

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Stay Relevant

“Stay relevant” adalah konsep yang berkaitan dengan kemampuan lembaga pendidikan atau individu untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang demikian cepat. Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memerlukan semangat dan upaya “stay relevant” yang kuat. Melalui Kaizen, SPMI harus terus berkembang dan update seiring waktu.

Beberapa pertanyaan terkait relevansi lembaga pendidikan: Apakah visi misi lembaga masih sesuai? Apakah Rencana Strategis (Renstra) cocok dengan perubahan lingkungan? Apakah isi dari standar SPMI masih fit dgn kondisi zaman? Apakah manual PPEPP perguruan tinggi sudah tepat? Pertanyaan-pertanyaan kritis diatas, tentu harus sering kita tanyakan.

Guna keberhasilan SPMI, berikut contoh untuk “stay relevant“:

  1. Adaptasi pada perubahan: Upaya “Stay relevant” membantu lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi dan merespons perubahan lingkungan yang demikian cepat. Organisasi dapat memperkuat kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan memperbaiki proses-proses secara terus menerus. Sebaliknya bila gagal beradaptasi, standar SPMI yang dimiliki akan kehilangan relevansinya (tidak update).
  2. Berinovasi: Terus berinovasi adalah upaya organisasi untuk tetap “Stay relevant“. Lembaga didorong mengembangkan ide-ide baru dan menerapkan metode serta teknologi terbaru. Standar SPMI harus dirancang untuk adaptif dan mengantisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal. 
  3. Keterampilan berkomunikasi: Upaya “Stay relevant” juga perlu didukung dengan kemampuan berkomunikasi, baik dengan karyawan, pelanggan, dan pihak stakeholder lainnya. Keterampilan berkomunikasi dapat meningkatkan pemahaman atas need and want pihak-pihak terkait.
  4. Pentingnya keterlibatan karyawan: Upaya “Stay relevant” dapat membantu lembaga pendidikan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam penerapan SPMI. Organisasi dapat memperkuat kemampuan mereka dan memberikan pelatihan yang relevan. 
  5. Kemampuan bersaing: Upaya  dan semangat agar “Stay relevant” membantu lembaga pendidikan agar mampu bersaing dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Organisasi dapat memperkuat kemampuan untuk mengembangkan strategi SPMI yang efektif dan efisien agar unggul dalam persaingan. Visi, Misi dan Renstra lembaga pendidikan, harus terus di update agar sesuai dengan tuntutan era digital saat ini.

Kesimpulan, upaya “stay relevant” sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah harus meningkatkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan perubahan yang demikian pesat. Stay relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Keberhasilan implementasi SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) lembaga pendidikan tentu tidak lepas dari pentingnya membangun budaya mutu. Tanpa budaya mutu yang kokoh yang dipakai sebagai nilai-nilai bersama (shared values), tentu implementasi SPMI berisiko akan mengalami kegagalan.

Dalam membangun budaya mutu yang kokoh, perlu diawali dengan membangun sikap mental yang menjadi landasan berpijak budaya mutu. Berikut uraian 5 sikap mental yang penting untuk menjadi teladan bersama.

Quality first 

Semua pikiran dan tindakan pengelola Perguruan Tinggi (PT) harus memprioritaskan mutu. Kesadaran akan pentingnya mutu harus ditanamkan pada setiap anggota organisasi di Perguruan Tinggi.

Menerapkan pendekatan “quality first” melibatkan menetapkan dan mematuhi standar yang ketat untuk setiap tahapan proses pada PT. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan stakeholder, memperbaiki reputasi lembaga, serta meminimalkan biaya operasional proses-proses pada lembaga pendidikan.

Stakeholders-in 

Semua pikiran dan tindakan pengelola PT harus ditujukan pada kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal. 

Stakeholders-in adalah kelompok stakeholders yang secara langsung terlibat dalam kegiatan PT. Mereka memiliki hubungan & kepentingan yang lebih dekat & dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan PT. Contoh stakeholders-in mungkin termasuk karyawan, mitra kerjasama, dan pemangku kepentingan lain seperti mahasiswa, orang tua, dunia usaha dll.

The next process is our stakeholder 

Setiap pihak (unit kerja) yang menjalankan tugasnya dalam proses pendidikan pada PT harus menganggap pihak lain yang menggunakan output pelaksanaan tugasnya, sebagai pemangku kepentingan yang wajib dipuaskan. 

Stakeholders (pemangku kepentingan) adalah perseorangan, kelompok, atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam suatu program, proyek, atau bisnis. Mereka dapat mempengaruhi / dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang diambil oleh organisasi atau entitas lainnya. Stakeholders dapat beragam jenisnya, termasuk karyawan, pelanggan, mahasiswa, wali mahasiswa, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

Speak with data 

Setiap pengambilan keputusan/ kebijakan dalam proses pendidikan pada Perguruan Tinggi wajib didasarkan pada analisis data yang akurat, bukan berdasarkan pada asumsi atau rekayasa. 

Budaya “speak with data” sangat penting dalam pengambilan keputusan (decision making) dan pengembangan strategi. Speak with data, memungkinkan PT  untuk membuat keputusan yang didasarkan pada data-data dan bukti yang akurat, bukan hanya berdasarkan dugaan, intuisi atau asumsi semata.

Upstream management 

Setiap pengambilan keputusan / kebijakan dalam proses pendidikan pada perguruan tinggi harus dilakukan secara partisipatif dan kolegial; bukan otoritatif.

Demikian uraian singkat tentang Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Membangun Komitmen dalam SPMI

Membangun Komitmen dalam SPMI

Membangun Komitmen dalam SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Membangun Komitmen

Salah satu kunci sukses keberhasilan implementasi SPMI adalah adanya komitmen dari pimpinan dan anggota organisasi lainnya. Membangun komitmen organisasi merupakan tugas penting pimpinan lembaga pendidikan. Membangun komitmen implementasi SPMI dapat menjadi proses yang cukup kompleks dan melibatkan banyak faktor.

Namun demikian, ada beberapa kiat yang dapat membantu untuk membangun komitmen. Tugas pimpinan lembaga (Rektor, Dekan, Ketua, Kepala Sekolah dll.) harus dapat menumbuhkan hal-hal dibawah ini:

  1. Menjadi Teladan: Pemimpin atau pengelola lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi / Dikdasmen) harus mampu menjadi teladan bagi anggota organisasi. Pimpinan harus mematuhi dan mempromosikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip organisasi secara konsisten dan transparan. Pemimpin yang membangun keteladanan, dapat membangun kepercayaan (trust) dan penghargaan di antara anggota organisasi, serta membantu memperkuat sikat komitmen.
  2. Keterlibatan Anggota: Dengan melibatkan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan (decision making), Pimpinan akan dapat meningkatkan komitmen mereka dalam organisasi. Semakin kuat rasa keterlibatan, akan membantu membangun komitmen, karyawan merasa bahwa mereka menjadi bagian dalam prestasi organisasi.
  3. Dukungan Sumber Daya: Pimpinan harus dapat memastikan bahwa anggota organisasi dilengkapi dengan sumber daya (resources) yang memadai untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. Dukungan resources dapat meliputi: sarana prasarana, pelatihan, bantuan teknis, atau dukungan keuangan. Dengan memberikan resources yang cukup, InsyaAllah pimpinan akan dapat meningkatkan komitmen karyawan.
  4. Komunikasi yang excellence: Pastikan pimpinan mampu berkomunikasi secara jelas dan terbuka dengan seluruh anggota organisasi. Pimpinan wajib mengkomunikasikan arah tujuan organisasi, termasuk visi, misi dan nilai-nilai. Dorong bawahan untuk memberi masukan dan umpan balik. Ajak diskusi mengenai ide-ide baru atau perbaikan yang mungkin diperlukan. Ajak membangun standar mutu SPMI yang lebih baik. InsyaAllah komunikasi yang “excellence” akan dapat membangun komitmen seluruh anggota organisasi.
  5. Penghargaan dan Pengakuan: Bila anggota organisasi dapat pekerjaan yang baik, misal standar SPMI dapat dicapai atau dilampai, maka jangan ragu untuk memberikan penghargaan (reward) dan pengakuan yang sesuai. Bentuk penghargaan dan pengakuan dapat berupa penghargaan formal, seperti penghargaan karyawan bulan, tahunan, atau bentuk pengakuan informal, seperti pujian atau ucapan terima kasih. Penghargaan dan pengakuan, insyaAllah dapat membantu membangun motivasi dan komitmen yang lebih kuat di antara anggota organisasi. Semangat!

Dengan mengikuti kiat-kiat di atas, Pimpinan lembaga pendidikan akan dapat membangun komitmen para anggota organisasi. Namun perlu diingat, bahwa membangun komitmen bukan hal yang “instans”, tidak dapat dilakukan dalam semalam. Proses membangun komitmen memerlukan waktu dan kesabaran untuk mencapai hasil yang optimal.

Demikian uraian singkat tentang Membangun Komitmen dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Standar SPMI dan Manajemen Risiko

Standar SPMI dan Manajemen Risiko

Standar SPMI: Implementasi Manajemen Risiko

Penerapan manajemen risiko dalam pembuatan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi merupakah hal yang sangat penting. Manajemen resiko dapat membantu untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi standar SPMI. 

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya (Wikipedia)

Manajemen risiko adalah usaha untuk mengelola risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak risiko bisa diminimalisasi.

Implementasi Manajemen Risiko?

Bagaimana bentuk implementasi manajemen risiko dalam pembuatan Standar SPMI? Berikut Tips yang dapat Anda gunakan:

Identifikasi Risiko Perguruan Tinggi

Identifikasi risiko-risiko yang dapat muncul dalam proses pembuatan, implementasi, dan pemantauan standar SPMI pada Perguruan Tinggi. 

Contoh risiko ini misalnya kurangnya dukungan dari pihak top manajemen, ketidaksesuaian standar SPMI dengan tuntutan kondisi eksternal, atau rendahnya kesadaran, motivasi dan partisipasi dari anggota staf perguruan tinggi.

Analisis Risiko Perguruan Tinggi

Pentingnya melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya risiko (likelihood) atas semua risiko-risiko yang telah diidentifikasi serta dampaknya (impact). Hal ini nanti akan membantu dalam memprioritaskan risiko mana yang perlu ditangani terlebih dahulu.

Matriks manajemen risiko dapat berguna untuk melakukan proses analisis risiko. Risiko yang berkategori tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih serius.

Misal tentang pengelolaan sarana parkir kendaraan mahasiswa, bila dirasa memiliki resiko yang tinggi, tentu memerlukan prioritas untuk dicari tindakan solusi yang tepat.

Matrik manajemen risiko
Matriks Resiko
Strategi Pengelolaan Risiko

Untuk setiap risiko yang telah diidentifikasi, tentukan strategi yang tepat. Ini bisa melibatkan pengurangan risiko, transfer risiko, penerimaan risiko, atau penghindaran risiko.

Setiap strategi yang telah dipilih tentu akan berpengaruh pada isi standar. Isi standar bisa dirubah untuk mengantisipasi ancaman dan peluang dari setiap resiko yang ditemukan. 

Bila sering terjadi kehilangan kendaraan mahasiswa di lahan parkir kampus, apa yang perlu dilakukan? Misalnya, lembaga dapat menambahkan klausul pemasangan CCTV didalam standar sarana parkir mahasiswa.

Pengukuran Kinerja

Tetapkan indikator kinerja dan target yang terkait dengan pengelolaan risiko. Ini akan membantu Anda dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diimplementasikan.

Integrasi Risiko ke dalam Standar SPMI

Saat menyusun standar SPMI, pastikan bahwa risiko-risiko yang diidentifikasi diperhitungkan dan diakomodasi dalam standar. 

Misalnya, jika risiko adalah kurangnya dukungan dari manajemen puncak, standar dapat mencakup komponen yang mendorong keterlibatan manajemen puncak. 

Sistem Monitoring Manajemen Risiko

Tetapkan sistem pemantauan untuk memantau kemajuan dalam pengelolaan risiko. Ini dapat berupa pemantauan berkala, pelaporan, atau analisis hasil.

Pelibatan Stakeholder

Melibatkan anggota staf, dosen, mahasiswa, dan pihak lain yang relevan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko. Berbagai pandangan dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko yang beragam.

Pengembangan Rencana Kontinjensi

Untuk risiko-risiko yang memiliki dampak yang signifikan, persiapkan rencana kontinjensi yang menguraikan tindakan yang akan diambil jika risiko tersebut terjadi.

Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan

Selalu lakukan evaluasi terhadap efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diterapkan. Jika ada perubahan dalam lingkungan atau risiko-risiko baru muncul, lakukan perbaikan berkelanjutan pada pendekatan pengelolaan risiko. Ingat gelombang tsunami perubahan lingkungan VUCA demikian dahsyat memporak porandakan kemapanan yang ada.

Baca juga: Menjaga Relevansi Standar SPMI

Penutup

Penerapan manajemen risiko akan membantu perguruan tinggi dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang mungkin terjadi. Ini juga akan meningkatkan peluang keberhasilan implementasi SPMI dan pencapaian tujuan mutu pendidikan.

Demikian uraian singkat tentang Standar SPMI dan Manajemen Risiko, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Menjaga Relevansi Standar SPMI

Menjaga Relevansi Standar SPMI

Menjaga Relevansi Standar SPMI

Dalam penyusunan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi atau dikdasmen, prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) adalah hal yang sangat penting.

Standar SPMI sangat berguna untuk memandu arah kegiatan atau program kerja organisasi, oleh karena itu, Pimpinan perguruan tinggi harus memastikan standar SPMI yang dimiliki memiliki target dan indikator yang SMART (key performance indicator).

Standar SPMI yang baik memiliki indikator dan target yang jelas (specific), dapat diukur (measurable), dan sesuai dengan konteks lembaga (relevant).

Dalam lingkungan yang VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), perubahan terjadi secara cepat dan tidak terduga. Standar SPMI yang baik, harus tetap dijaga relevansi dengan perubahan lingkungan yang terjadi.

Konsep Relevant

“Relevan” mengacu pada salah satu kriteria yang harus dipenuhi apakah target atau indikator yang ditetapkan dalam standar benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan visi-misi organisasi.

Standar SPMI yang “relevan” adalah target-target yang benar-benar mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan kata lain, target tersebut harus memiliki dampak yang positif dalam mendukung visi, misi, dan strategi organisasi.

Adaptasi Perubahan VUCA

Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan agar standar SPMI tetap relevan:

Fleksibilitas dan Adaptabilitas

Dalam lingkungan VUCA, perubahan dapat terjadi dengan cepat. Misalnya perubahan ekonomi dan daya beli masyarakat, perubahan teknologi informasi seperti munculnya AI (kecerdasan buatan) dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda bangun, tetapkan fleksibel dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan perubahan, prioritas, dan kebutuhan institusi.

Baca juga: SPMI dan VUCA

Inovasi Perguruan Tinggi

Promosikan budaya inovasi dan pembelajaran berkelanjutan di lembaga. Ini akan membantu lembaga terus mengembangkan standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.

Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI

Standar SPMI Perguruan Tinggi harus disusun agar semangat inovasi dapat berjalan baik. Budaya mutu (pola pikir, pola sikap dan pola perilaku) harus dibangun melalui standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.

Inovasi SPMI Perguruan Tinggi
Apakah lembaga pendidikan tinggi sudah inovatif?

Bagaimana bentuk kebutuhan SDM di tahun 2030? Tentu saja perguruan tinggi harus mampu menyesuaikan /mengembangkan standar SPMI dengan tuntutan kompetensi SDM di masa yang akan datang.

Kriteria Standar yang Dinamis

Standar SPMI harus diupayakan tidak kaku, pertimbangkan untuk menggunakan kriteria yang lebih dinamis (fleksibel). Ini bisa berarti menggunakan indikator kualitatif dan kuantitatif yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Oleh karena itu dianjurkan lebih sering untuk meninjau ulang setiap standar yang ada, satu kali dalam satu tahun semua standar di review dan di update.

Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Dalam lingkungan VUCA, monev, analisis data dan pemantauan berkala menjadi semakin penting. Tetapkan jadwal untuk memeriksa dan mengukur hasil standar SPMI secara rutin. Jika diperlukan, reevaluasi dan perbarui target serta indikator sesuai dengan hasil analisis.

Partisipasi Stakeholder Pendidikan Tinggi

Libatkan pemangku kepentingan, termasuk staf, mahasiswa, dan pemangku kepentingan eksternal, dalam penyusunan dan peninjauan ulang standar-standar SPMI. 

Langkah ini dapat membantu menjaga relevansi dan mengakomodasi berbagai pandangan. Misalnya dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) baik secara offline maupun online.

Manajemen Resiko 

Identifikasi semua risiko dan semua peluang dalam lingkungan VUCA, serta bagaimana standar SPMI dapat membantu mengatasi atau memanfaatkan kondisi tersebut. Ini akan membantu dalam menentukan prioritas dan fokus.

Adaptasi Berdasarkan Hasil 

Bila kondisi berubah atau hasil yang diharapkan tidak tercapai, bersikap terbuka untuk melakukan penyesuaian dan perubahan pada standar SPMI. Lingkungan VUCA membutuhkan fleksibilitas dan adaptabilitas.

Lembaga pendidikan dapat menerapkan program manajemen perubahan (change management).

Open Communication

Komunikasikan perubahan atau penyesuaian standar SPMI secara terbuka (komunikasi internal) kepada seluruh komunitas lembaga. Hal ini akan membantu membangun pemahaman dan dukungan terhadap perubahan yang diterapkan.

Program pelatihan komunikasi dalam SPMI dapat dibaca pada link berikut ini:

Baca juga: Kelas Online SPMI dan Komunikasi Internal

Penutup

Dalam lingkungan yang sangat bergejolak (VUCA), fleksibilitas, adaptabilitas, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi kunci. 

Tetaplah fokus pada tujuan dan nilai-nilai inti lembaga, sambil mengakomodasi dinamika yang ada, akan membantu lembaga tetap relevan dan responsif terhadap tantangan yang dihadapi.

Demikian uraian singkat tentang Menjaga Relevansi Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Benchmarking

SPMI dan Benchmarking

SPMI dan Kegagalan Benchmarking

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Benchmarking

Secara harfiah, benchmarking diartikan sebagai alat ukur atau patokan. Secara umum, benchmarking juga bisa diartikan sebagai sebuah standar untuk membandingkan dua hal atau lebih yang sejenis. 

Dengan kata lain Benchmark adalah upaya membandingkan aspek tertentu dari sebuah organisasi dengan aspek yang sebanding milik organisasi yang dianggap terbaik di industri yang sama atau pada pasar yang lebih luas.

Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI

Untuk membantu keberhasilan SPMI, lembaga pendidikan dapat melakukan kegiatan Benchmarking. Dengan proses benchmarking yang tepat, organisasi dapat meningkatkan perbaikan sistem, perbaikan standar, perbaikan proses dan perbaikan kepuasan stakeholder.

Penyebab Kegagalan Benchmarking?

Walaupun benchmarking dapat memberikan manfaat bagi lembaga, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implementasinya. Berikut contoh faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan proses benchmarking:

  1. Organisasi Pembanding yang Kurang Tepat: Memilih organisasi pembanding yang tidak sesuai atau tidak tepat dapat menghasilkan perbandingan yang kurang valid. Tentu hal ini dapat menyebabkan kegagalan dalam penerapan benchmarking. 
  2. Adanya Perbedaan Budaya: Setiap organisasi tentu memiliki budaya yang berbeda-beda. Oleh karena perlu hati-hati dalam membuat kesimpulan, karena ada potensi bias budaya. Strategi benchmarking yang tidak memperhatikan perbedaan budaya, tentu beresiko kegagalan.
  3. Perbedaan Lingkungan: Lingkungan organisasi yang berbeda (eksternal dan internal) dapat mempengaruhi hasil dan kesimpulan dalam proses benchmarking. Bila perbedaan lingkungan tidak diwaspadai, maka hasil benchmarking cenderung bias atau kurang relevan.
  4. Keterbatasan Sumber Daya: Benchmarking memerlukan sumber daya (resources) yang memadai untuk dilaksanakan dengan baik. Bila lembaga tidak mengidentifikasi dan memahami sumber daya yang diperlukan, maka benchmarking berisiko mengalami kegagalan.
  5. Tanpa Tindak Lanjut: Benchmarking hanya akan berhasil bila lembaga mengambil tindakan konkret yang tepat setelah proses membandingkan. Bila lembaga tidak mengambil tindakan yang tepat, maka benchmarking tidak akan memberikan manfaat yang diharapkan. Susun rencana tindak lanjut, perbaiki dengan cepat dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas.
  6. Keterlibatan Karyawan: Benchmarking perlu melibatkan seluruh pegawai dalam lembaga pendidikan. Jika pegawai tidak terlibat, maka benchmarking berisiko mengalami kegagalan.

Oleh sebab itu, untuk menghindari resiko kegagalan benchmarking, lembaga pendidikan harus memperhatikan faktor-faktor di atas dan melakukan persiapan sebaik mungkin. Pepatah mengatakan “By failing to prepare, you are preparing to fail”, artinya bila kita gagal membuat perencanaan, maka kita merencanakan suatu kegagalan.  Oleh karena itu, buatlah persiapan sebaik mungkin agar manfaat SPMI dapat kita rasakan bersama.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Benchmarking, semoga bermanfaat. Stay Relevant!

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Integritas adalah bagian penting dari keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI adalah suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dan menciptakan kepuasan stakeholder melalui partisipasi aktif dari semua anggota organisasi. 

Dalam implementasi dan keberhasilan SPMI, integritas dianggap sebagai salah satu nilai individu yang sangat penting. Pelaksana SPMI yang memiliki integritas yang tinggi dianggap dapat berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan dan memastikan kepuasan stakeholder. 

Pelaksana SPMI yang menjunjung tinggi integritas akan menempatkan kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sebagai prinsip / nilai utama dalam bekerja, sehingga dapat meminimalkan terjadinya praktik kerja yang tidak etis.

Integritas pelaksana SPMI tentu dapat membangun citra dan reputasi yang baik bagi Institusi Pendidikan. Stakeholder lebih cenderung untuk mempercayai Institusi Pendidikan yang memiliki integritas yang tinggi dan mereka akan merasa lebih nyaman dalam menggunakan layanan yang diberikan.

Membangun Integritas

Berikut adalah beberapa metode /cara yang dapat membantu membangun integritas:

  1. Sikap Bertanggung Jawab: Integritas melibatkan sikap bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang telah diambil. Tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan. Individu yang memiliki integritas senantiasa bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil.
  2. Senantiasa Berperilaku Jujur: Kejujuran (honesty) adalah perilaku yang sangat penting dalam membangun integritas. Berbicara jujur, berkata benar dan memenuhi komitmen yang telah diucapkan akan memperkuat kepercayaan (trust) dan menjaga reputasi yang baik.
  3. Tegas dalam Konflik Kepentingan: Integritas juga melibatkan sikap tegas dalam konflik kepentingan yang dapat mengorbankan integritas seseorang. Pastikan bahwa keputusan (decision making) dan tindakan yang diambil telah didasarkan pada kepentingan yang jelas dan adil.
  4. Yakin Allah Melihat: Banyak individu berpikir bahwa tidak mengapa melakukan hal-hal yang salah selama tidak ada yang melihat. Namun, melakukan hal-hal yang benar/ jujur bahkan ketika tidak ada yang melihat adalah tindakan yang penting untuk membangun integritas. Sebagai seseorang yang beragama juga telah ditanamkan keyakinan bahwa Allah Ta’ala melihat semua perilaku manusia.
  5. Menjadi Teladan: Integritas juga perlu dilakukan dengan menjadi teladan /contoh yang baik bagi orang lain. Jangan hanya mengucapkan/ mengajarkan integritas, tetapi aktif memberi contoh secara konsisten dalam tindakan & keputusan-keputusan yang diambil.
  6. Hindari Ketidakadilan: Jangan pernah mencari kesempatan atau mengambil keuntungan yang tidak adil / melakukan praktik-praktik yang merugikan orang lain. Bila keuntungan yang diperoleh didasarkan pada pengorbanan integritas, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai keuntungan yang baik. Mutu Pendidikan akan dapat dibangun dengan baik dengan sukses bersama, bukan dengan mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi yang tidak adil.
  7. Keterbukaan Komunikasi: Integritas juga melibatkan komunikasi yang terbuka, jelas dan jujur. Manajemen harus memperkuat pola komunikasi jelas, jujur dan terbuka. Selain itu juga penting membangun budaya sikap komunikasi yang asertif. Komunikasi asertif bermakna komunikasi yang positif, tegas namun tidak menyakiti perasaan orang lain.

Baca juga: Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Kesimpulan, membangun integritas memerlukan komitmen, waktu serta kesabaran. Dengan menerapkan 7 (tujuh) tips diatas, InsyaAllah sikap integritas dapat dibangun dan ditumbuhkan dalam organisasi.

Demikian uraian singkat tentang  Pentingnya Integritas dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Gantt Chart

Gantt chart merupakan alat bantu visual yang sering dipakai untuk menggambarkan jadwal proyek dalam bentuk diagram batang horizontal. Dalam kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan jadwal tugas-tugas yang diperlukan dalam proses perbaikan mutu (kaizen).

SPMI dan Gantt Chart

Dalam SPMI, Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Gantt chart juga dapat diterapkan dalam mengelola waktu & sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan.

Contoh penggunaan Gantt chart dalam SPMI adalah ketika melakukan proses perbaikan mutu di sebuah lembaga pendidikan. Gantt chart dapat dipakai untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan, seperti melakukan analisis root cause, perbaikan standar SPMI, manual PPEPP, mengembangkan rencana tindakan koreksi, dan melaksanakan tindakan perbaikan. 

Contoh Gantt Chart
Contoh Gantt Chart

Gantt chart dapat membantu dalam mengelola waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas / pekerjaan, menetapkan target penyelesaian serta mengidentifikasi ketergantungan antara tugas / pekerjaan yang berbeda.

Dalam SPMI, penting untuk memastikan bahwa tugas/pekerjaan yang diperlukan untuk meningkatkan mutu dilaksanakan dengan tepat waktu. Gantt chart dapat membantu (secara visual) dalam mengelola waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-pekerjaan tersebut, sehingga memastikan bahwa proses perbaikan mutu berjalan dengan efektif & efisien.

Pembuatan Gantt Chart

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart:

  1. Identifikasi tugas/ pekerjaan: Tentukan semua tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan proyek atau kegiatan tertentu. Tuliskan tugas-tugas ini dalam daftar yang terurut. Misalnya: Proyek pemutakhiran dokumen SPMI Perguruan Tinggi.
  2. Tentukan Durasi: Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas/ pekerjaan. Durasi tugas/ pekerjaan dapat ditentukan dalam satuan waktu, seperti jam, hari, pekan, atau bulan. Misal: penyusunan standar Tata Kelola ditetapkan selesai dalam 2 pekan.
  3. Ketergantungan Antara Tugas/ Pekerjaan: Tentukan tugas/ pekerjaan mana yang harus diselesaikan sebelum tugas/ pekerjaan lain dapat dimulai. Ketergantungan dapat ditunjukkan dengan diagram panah, di mana panah menunjukkan urutan tugas. Misal untuk membuat standar X, perlu dibuat dulu manual penetapan standar X.
  4. Tetapkan Tanggal Kegiatan: Tetapkan tanggal mulai kegiatan dan tentukan tanggal selesai untuk setiap tugas/ pekerjaan berdasarkan durasi tugas dan ketergantungan antara tugas. Misal: Penyelesaian Perbaikan Dokumen Kebijakan SPMI dimulai pada tanggal 1 Maret.
  5. Buat Gantt Chart: Buatlah diagram Gantt chart dengan menggunakan perangkat lunak atau tools pembuatan Gantt chart lainnya. Tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan ditunjukkan dalam bar horizontal di sepanjang sumbu waktu. Tanggal mulai dan selesai tugas/ pekerjaan ditandai dengan titik awal dan titik akhir pada bar. Ketergantungan antara tugas ditunjukkan dengan panah. Latihan: Anda dapat berlatih membuat gantt chart penyusunan rencana audit mutu internal.
  6. Tambahkan Informasi Pelengkap: Tambahkan informasi pelengkap ke dalam Gantt chart yang telah dibuat, seperti siapa pelaksana (PIC), deadline, milestone, atau informasi lainnya yang diperlukan.
  7. Update Gantt Chart: Penting untuk update Gantt chart secara berkala. Hal ini untuk memantau kemajuan program, proyek atau kegiatan. Pastikan untuk menyesuaikan ulang tanggal mulai dan selesai tugas/pekerjaan jika terjadi perubahan jadwal.

Itulah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart. Menarik bukan? Untuk keberhasilan SPMI, pastikan untuk memperhatikan detail tugas/ pekerjaan dan ketergantungan antara tugas saat membuat Gantt chart.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Gantt Chart, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Diagram Fishbone

SPMI dan Diagram Fishbone

SPMI dan Diagram Fishbone

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Diagram fishbone (diagram Ishikawa /diagram tulang ikan) adalah salah tools yang dapat digunakan untuk melakukan proses perbaikan berkelanjutan (kaizen). Diagram fishbone adalah metode visualisasi yang dapat dipakai untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang pengaruh pada suatu masalah atau hasil tertentu.

SPMI dan Diagram Fishbone

Dalam konteks SPMI atau Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Internal, lembaga pendidikan dapat menggunakan diagram fishbone sebagai alat (tools) untuk membantu pengambilan keputusan. Diagram fishbone dapat dipakai untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada permasalahan/ hasil tertentu. 

Berikut contoh faktor-faktor yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan diagram fishbone:

  1. Faktor manusia (SDM): Keberhasilan SPMI sangat bergantung pada kesadaran (quality awareness) dan partisipasi penuh seluruh stakeholder, baik pimpinan, dosen, guru, staf administrasi, maupun mahasiswa. Untuk itu, faktor-faktor seperti budaya mutu, komitmen, pengetahuan, motivasi, dan keterlibatan stakeholders dapat dianalisis lebih dalam dengan menggunakan diagram fishbone. Pada akhirnya upaya penguatan faktor-faktor yang positif dapat dilakukan. Demikian pula faktor-faktor yg negatif segera bisa dicari tindakan perbaikan.
  2. Faktor proses: SPMI melibatkan banyak proses (program / kegiatan) yang harus dijalankan secara terstruktur, sistematis dan produktif. Faktor-faktor penting seperti efektivitas, efisiensi proses, kesesuaian dengan kebijakan, manual dan standar, serta pengelolaan risiko dapat dianalisis dengan menggunakan diagram fishbone.
  3. Faktor lingkungan: Analisis situasi dan kondisi lingkungan sangat penting bagi keberhasilan lembaga pendidikan. Analisis ini sering dikenal dengan istilah “evaluasi diri”. Lingkungan eksternal & internal kampus/ sekolah dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi SPMI. Faktor-faktor ada saja yang paling berpengaruh dan berdampak signifikan perlu diketahui oleh manajemen. Faktor-faktor seperti peraturan dan regulasi, demografi, perubahan budaya, ketersediaan sumber daya, dan kondisi fisik kampus dapat dianalisis dengan menggunakan diagram fishbone.

Sebagai kesimpulan, diagram fishbone dapat memudahkan lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan SPMI. Hal ini dapat membantu institusi untuk mengembangkan visi misi, strategi dan rencana aksi yang lebih tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Stay relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami