Benchmarking Mutu Pendidikan
Tujuan utama dari Benchmarking adalah untuk mengenal dan mengevaluasi proses ataupun produk saat ini sehingga menemukan cara-cara atau “Praktek Terbaik” untuk meningkatkan proses maupun kualitas produk.
Benchmarking dapat dilakukan untuk produk, proses produksi, jasa maupun sistem dalam suatu organisasi/perusahaan.
Benchmarking dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan “Tolok Ukur” atau “Patokan”. Benchmarking adalah proses mengidentifikasikan “Best Practice” terhadap suatu produk/jasa dan proses produksinya hingga produk tersebut dikonsumsi.
Baca juga: SPMI dan Kegagalan Benchmarking
Benchmarking memberikan gambaran yang diperlukan untuk membantu manajemen dalam memahami proses dan produknya baik dengan cara membandingkannya dengan Industri yang sejenis maupun dengan industri-industri yang lain.
Proses Benchmarking adalah proses yang mencoba melihat/mempelajari faktor luar (produk lain, organisasi lain, sistem lain) untuk mengetahui bagaimana pihak lain mencapai tingkat kinerja dan memahami proses-proses kerja yang mereka gunakan.
Benchmarking dapat menjelaskan apa yang terjadi dibalik keberhasilan/ kinerja baik proses ataupun produk yang dibandingkan. Apabila diimplementasikan dengan benar, Benchmarking dapat membantu suatu organisasi/lembaga untuk meningkatkan prestasi/ kinerja organisasinya maupunpun proses-proses didalamnya.
Benchmarking dapat dilakukan kedalam organisasi (secara Internal), yang dilakukan adalah membandingkan kinerja beberapa kelompok atau tim di dalam Organisasi.
Sedangkan Benchmarking eksternal adalah membandingkan kinerja suatu organisasi dengan organisasi lainnya atau antar Industri. Benchmarking dapat pula dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
Baca juga: Pengendalian Proses Statistik
Lembaga pendidikan, baik pendidikan tinggi, sekolah dan madrasah, juga sangat dianjurkan untuk melakukan proses benchmarking. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kegiatan benchmark perlu diselenggarakan sebagai salah satu program Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).
Dalam lingkungan yang semakin disrupsi saat ini, lembaga pendidikan tidak boleh cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dihasilkan selama ini. Lengah sedikit, maka akan ketinggalan dalam memberikan layanan terbaik untuk stakeholdernya.
Dengan mengimplementasikan proses benchmarking, manajemen akan memperoleh bahan-bahan yang valid untuk pengambilan keputusan untuk melakukan continuous improvement.
Pakar Benchmarking, Robert Camp dalam bukunya, mengemukakan Metodologi Benchmarking yang terdiri dari 12 Tahapan, antara lain :
Baca juga: Kunjungan Bisnis & Pendidikan ke Jepang
Untuk memahami lebih dalam tentang metodologi Benchmarking, berikut dapat di unduh/ download ppt materi berikut ini:
Demikian uraian singkat tentang Benchmarking Mutu Pendidikan, semoga bermanfaat dan berkah selalu.
______________________________
IG: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi untuk SPMI”
Total Quality Management (TQM) adalah upaya komprehensip dan berkesinambungan untuk memenuhi / memuaskan kebutuhan Stakeholder.
____________________________
Power Point (PDF):
IG: @mutupendidikan
____________________________
Sekilas perkembangan manajemen mutu:
Untuk informasi yang lebih jelas tentang TQM dan tantangannya di dunia pendidikan, berikut dapat diunduh file power point pada tautan diatas.
Demikian uraian singkat tentang Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi untuk SPMI. semoga bermanfaat.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
_____________________________
mutupendidikan.com
“Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Untuk mewujudkan Budaya Mutu Perguruan Tinggi, ada 5 aspek budaya yang harus dibangun. Kelima aspek budaya mutu tersebut meliputi:
Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus memprioritaskan mutu. Mutu harus menjadi utama dan nomor satu. Kepuasan pelanggan internal dan pelanggan eksternal menjadi prioritas. Standar SPMI disusun dalam rangka untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.
Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus ditujukan pada kepuasan stakeholders. Targetnya agar Stakeholders menjadi senang dan gembira atas layanan yang diberikan organisasi pendidikan.
Setiap orang yang melaksanakan tugas dalam organisasi Perguruan Tinggi harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholdernya yang harus dipuaskan. Stakeholder atau customer ada yang dari eksternal dan ada yang dari internal. Melalui pemetaan proses bisnis, akan diketahui stakeholder mana saja yang harus dipenuhi harapan dan kebutuhannya.
Setiap orang pelaksana didalam organisasi Perguruan Tinggi harus melakukan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa. Pengambilan keputusan dengan data yang valid dan reliabel tentu akan lebih sesuai dengan kondisi di lapangan. Dalam implementasi budaya mutu, dapat mengunakan total quality tools untuk pengambilan keputusan. Penjelasan total quality tools dapat di klik pada tautan dibawah ini.
Baca juga: Mengenal Total Quality Tools
Semua pengambilan keputusan di dalam Organisasi Perguruan Tinggi dilakukan secara partisipatif, bukan otoritatif. Gaya kepemimpinan partisipatif dan demokratif lebih cocok diterapkan dalam lembaga pendidikan. Pimpinan lembaga pendidikan juga harus mampu untuk melakukan program pemberdayaan karyawan. Karyawan yang memperoleh pemberdayaan akan lebih kreatif dan termotivasi untuk bekerja dengan maksimal.
Mampukah kita berkomitmen membangun ke 5 aspek budaya diatas? Tentu hanya waktulah yang akan membuktikan. Lembaga pendidikan harus menerapkan 5 aspek budaya mutu diatas dalam suatu sistem mutu yang dikenal dengan SPMI ( Sistem Penjaminan Mutu Internal).
Demikian sekilas informasi tentang Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi. Semoga bermanfaat.
_________________________
mutupendidikan.com
Follow Instagram: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Bangun Komitmen untuk Perbaikan terus-menerus”
Dr. Edwards Deming, penulis dari Out of the Crisis, dikenal sebagai “ayah” dari gerakan Total Quality Management (TQM). Dr. Deming mengajurkan “mendekati mutu” dengan cara melakukan “kaizen” atau perbaikan terus-menerus.
Tips Sukses SPMI #1:
“Buatlah Komitmen untuk Perbaikan yang Tanpa Akhir”
Kaizen harus menjadi cara sebuah organisasi / lembaga pendidikan melakukan perbaikan. Barangkali merupakan bagian dari alasan Amerika Serikat kehilangan pasar dunia, yakni bahwa ia sudah puas dengan status-quo-nya. Amerika Serikat melihat dirinya pada puncak kapabilitasnya, tanpa ruang untuk perbaikan.
“Keunggulan – Entah dalam Upaya Nasional, perusahaan, Persaingan Atlet, atau Tujuan Pribadi – berasal dari Pengejaran Perbaikan yang Tanpa-Akhir”
Perhatikan beberapa cara bahwa perbaikan terus-menerus (continuous improvement) telah mempengaruhi kehidupan kita: Pada tahun 1950-an, virus polio membunuh dan membuat pincang ribuan anak setiap tahun. Apa yang terjadi ketika virus Corona (Covid 19) di tahun 2020 telah membunuh ribuan nyawa. Apa yang akan terjadi jika para periset medis setelah mencoba salah satu pengobatan, dan menemukan bahwa obat itu tidak berfungsi, lalu berhenti eksperimen? Atau perhatikan program “orang pergi ke bulan”. Jika para insinyur NASA puas dengan kalkulasi yang “cukup baik”, rintangan apa yang dialami para astrounout ketika benar-benar tiba di bulan?
Baca juga: Perilaku Keorganisasian
Mungkin sulit untuk melihat pekerjaan Anda dalam spirit yang besar atau bersaing semacam itu, tetapi pasar global dewasa ini menuntut perbaikan terus menerus. Negara-negara lain mengejek perusahaan-perusahaan Amerika yang mundur pada tahun 1970-an dan membiarkan pasar mereka diambil alih oleh para pesaing, yang berkeinginan untuk melakukan pekerjaan yang sama namun sedikit lebih baik, sedikit lebih efisien, dan dengan lebih banyakperhatian pada pelanggan.
Baca juga: Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI
Dr. Deming berpendapat bahwa “tidak ada hal yang harus ditingkatkan terus seperti halnya mutu…” Kapan pun anda menjangkau satu titik kepuasan dengan produk atau layanan, sudah waktunya untuk mendorong ke perbaikan berikutnya. Bagaimana Pendapat Anda?
Demikian uraian singkat tentang strategi Bangun Komitmen untuk Perbaikan terus-menerus, semoga bermanfaat dan salam mutu.
_____________________________________
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pendampingan & Pelatihan
“Mengenal Diri, Mengenal Tim, Kunci Keberhasilan SPMI”
Tips Sukses SPMI #6:
Untuk mencapai sasaran & keberhasilan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), Lembaga Pendidikan “harus” terus melakukan evaluasi diri untuk mengenal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT Analysis).
Langkah pertama, Anda dapat berlatih untuk mengenal kekuatan diri Anda dan kekuatan tim (unit kerja) Anda. Ingin mencoba?
Baca juga: Kumpulan Artikel dan Power Point MSDM 1
Berikut latihan sederhana yang bisa Anda coba. Dengan latihan ini, Anda diharapkan dapat mengetahui strategi yang tepat untuk mengoptimalkan kekuatan-kekuatan yang Anda miliki dan dimiliki oleh Tim Kerja Anda. Dengan optimalisasi potensi tersebut tentu akan sangat membantu dalam pencapaian standar-standar kinerja (Standar SPMI) lembaga pendidikan. Mari kita coba:
Kenalilah Kekuatan/ Keunggulan/Kelebihan Diri Anda Sendiri. Untuk bahan renungan, Anda dapat mengevaluasi 3 hal berikut ini:
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Setelah Anda mengenal kekuatan/ kelebihan/ keunggulan diri, sekarang silahkan Anda mencoba merumuskan sasaran pekerjaan yang sesuai/sejalan dengan kekuatan/keunggulan diri. Dalam merumuskan sasaran pekerjaan, Anda dapat mengacu pada hal-hal sbb:
Setelah Anda telah menetapkan beberapa kekuatan/kelebihan diri pribadi dan sasaran/target pribadi, kini waktunya untuk berbagi semuanya dengan tim Anda.
Diskusikan, bahaslah kekuatan/kelebihan diri pribadi dengan tim Anda. Ingat ini hanyalah satu kesempatan untuk berbagi informasi dan pengertian, tidak ada definisi yang “lebih baik” atau “lebih buruk”.
Baca juga: Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Terus Menerus
Dapatkah tim Anda mencapai konsensus dengan satu definisi tentang “keunggulan” tim (unit kerja Anda)? definisi (hasil konsesus) tim ini mungkin sangat berbeda dari definisi (target) pribadi Anda, tetapi sebagai individu juga Anda sangat berbeda dari tim Anda, bukankah demikian?
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Seperti sebelumnya, menetapkan Sasaran Tim Kerja adalah langkah berikut. Rumuskan sekurang-kurangnya 3 Sasaran Tim Kerja Anda. Sasaran ini akan menjadi langkah unit kerja dalam menciptakan kegiatan/ program kerja yang sesuai. Dalam menyusun sasaran unit kerja, Anda harus mengacu Standar SPMI dan Job description yang menjadi tugas tim Anda.
Sasaran yang baik hendaknya disusun mengikuti kaidah ABCD, yaitu ada Audience, Behavior, Competence dan Degree. Sasaran yang baik dapat juga mengikuti kaidah KPI (Key Performance Indicator) yang meliputi: Target, Indikator dan mekanisme pengukuran (measure). Dalam bahasa lain, sasaran yang baik harus SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Relevant, Timed).
Demikian uraian tentang Mengenal Diri, Mengenal Tim sebagai Kunci Keberhasilan SPMI, semoga latihan singkat ini bermanfaat… Aamiin Yaa Rabb.
Salam mutu,
admin,
Hubungi Customer Service kami untuk informasi:
Pelatihan & Outbound Training Membangun Budaya Mutu Pendidikan
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan”
______________________________________
______________________________________
SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) Suatu lembaga Pendidikan tidak akan bisa berhasil apabila tidak ada komitmen dari segenap pimpinan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (Kaizen)
Pakar Kaizen asal Amerika Dr. Edwards Deming, penulis dari Out of the Crisis, mengatakan Mutu haruslah menjadi visi dan patokan untuk melakukan perbaikan terus-menerus. Pendekatan Mutu harus menjadi cara sebuah organisasi manapun (termasuk institusi pendidikan) dikelola, dipimpin dalam melakukan usaha bisnis.
Baca juga: Kumpulan Artikel & Power Point MSDM 1
Lembaga pendidikan yang tidak memperdulikan mutu tentu akan berangsur-angsur ditinggalkan stakeholdernya (pemangku kepentingan). Konsumen baik yang internal (dosen, karyawan, tenaga kependidikan) maupun konsumen ekstenal (mahasiswa, orang tua, pengguna lulusan, dunia usaha, dunia industri) tentu akan meninggalkan organisasi pendidikan tersebut apabila kecewa dengan layanan pendidikan yang diberikan.
Perlu direnungkan nasihat bijak berikut ini: “Keunggulan” – Entah dalam Upaya Negara, perusahaan, Perlombaan dalam bidang olah raga/ Atletik, atau Tujuan Pribadi – Tentu berasal dari Pengejaran Perbaikan yang Tanpa-Akhir (terus menerus).
Pimpinan lembaga pendidikan harus membuat komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. Komitmen tersebut perlu dituangkan dalam sebuah dokumen yang disebut “Kebijakan SPMI”. Apabila komitmen dalam kebijakan SPMI tersebut telah disusun dan disahkan, maka perlu disosialisasikan dan dilaksanakan dengan penuh semangat dan motivasi.
Dalam konsep SPMI, Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dituangkan dalam sebuah dokumen SPMI yang dikenal dengan istilah standar SPMI. Didalam standar SPMI berisi pedoman/ indikator/ patokan yang harus dicapai untuk mewujudkan mutu. Keberhasilan SPMI akan tercermin sejauhmana organisasi berhasil melakukan perbaikan terus-menerus melalui perbaikan standar SPMI.
Tentu saja perbaikan standar SPMI tidak akan bisa dicapai tanpa adanya komintmen yang kuat dari jajaran pimpinan lembaga pendidikan. Komitmen tidak saja dibuat untuk sekedar ditulis dalam sebuah kertas, namun perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan.
Dr. Deming menyatakan bahwa “Tidak ada hal yang harus ditingkatkan terus menerus seperti halnya mutu”. Kapan pun kita berhasil menjangkau satu titik kepuasan atas produk atau layanan, saat itulah waktu kita melanjutkan ke perbaikan berikutnya.
Demikian Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan, bermanfaat.
________________________________________
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
“Kiat Mengelola Manajemen Perubahan”
Power Point (PDF):
Sebagian besar organisasi menyerah pada saat bisnis gagal karena ketertinggalan dalam persingan bisnis atau menerima proses perubahan. Hal tersebut merupakan bagian alami kehidupan bisnis yang bertujuan untuk tetap berada sejalur dengan permintaan pelanggan. Materi ini menekankan bahwa rencana manajemen perubahan akan gagal jika tidak didukung oleh sponsor utama, biasanya sponsor tersebut adalah manajemen senior organisasi.
Stakeholder organisasi harus menerima bahwa perubahan seperti itu dilihat sebagai hal yang wajar untuk organisasi tertentu dan para pelanggan akan merespon dengan positif perubahan tersebut. Ada sejumlah alasan terjadinya perubahan, malalui arus kecil akibat ketertinggalan dari yang lainnya atau kebutuhan perubahan yang muncul dalam skala besar melalui evolusi atau revolusi.
Baca juga: Bolehkah dokumen SPMI dirubah?
Meskipun ada basis dukungan manajemen senior, proses perubahan sepertinya memakan waktu dan manajemen harus memikirkan tipe strategi perubahan yang paling sesuai untuk meraih tujuan baru organisasi. Ada sejumlah faktor yang diperlukan karena setiap pendekatan bisa sesuai dengan kondisi yang berbeda. Tentu, jika hal tersebut tidak sesuai dengan tuntutan situasi, orang-orang, kondisi budaya, dan lingkungan bisnis pasti akan menyebabkan masalah dan gagal mendukung perubahan jangka panjang yang diperlukan.
Proses penerapan perubahan perlu diselaraskan dan sesuai dengan organisasi. Odel pendekatan tiga tahap akan digambarkan sebagai berikut:
Ketika terjadi kelancaran dimana strategi yang telah dibuat tetaplah tidak berubah, organisasi umum pasti berubah seiring dengan terbentuknya strategi secara bertahap.Beberapa organisasi tanpa tujuan yang jelas mengalami masa fluktuasi dimana perubahan juga terjadi. Perbahan utama yang terencana juga dapat terjadi tetapi seiring berupa tindakan yang jarang terjadi dan menjadi bagian dari usulan manajemen perubahan yang lebih besar.
REVOLUSI | EVOLUSI |
Business Process Re-Engineering (penyusunan kembali proses bisnis) | Perbaikan yang berelanjutan |
Mulai dari awal | Membangun yang telah ada sebelumnya |
Sangat cepat | Perlahan dan terus menerus |
Inovatif | Pemeliharaan dan perbaikan |
Siklus manajemen kualaitas ‘rencana lakukan tinjau’ pendekatan empat siklus tahap perubahan hidp mengevaluasi sekaligus menerapakan perubahan.tahap perencanaan berkaitan dengan dua model lainnya: model yang pertama yaitu empat jenis perubahan keorganisasian dan model kedua menunjukkan bahwa merencanakan pendekatan pada penolokan teradap perubahan merupakan bagian dari keseluruhan proses.
Manajemen organisasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
Dibawah ini merupakan model lain perubahan dan keamanan yang menekan kemali beberapa faktor umum yang mempunyai peran terhadap keamananyang dirasakan.
Ex: penyederhanaan proses kerja, pengurangan biaya
Hasil untuk mendukung perubahan: Penyampian perubahan, pelatihan kembali
Ex: pembentukan dari awal, Joint venture yang baru
Hasil untuk mendukung perubahan: penyampaian visi dan nilai, menetapkan peran & tanggung jawab yang baru dan mengenali rangkaian keahlian baru
Ex: memasuki pasar baru, berusaha menetepkan tujuan strategi
hasil untuk mendukung perubahan: menciptakan struktur kinerja baru dan mengetahui keahlian yang diperlukan, mengembangkan kurkulum pelatihan dan mengadakan pelatihan
Ex: perubahan haluan organisasi yang tinggi, perampingan
hasil untuk mendukung perubahan: mengenali stakeholder dan menyampaikan yang terjadi
Merencanakan untuk bergerak organisasi “dari yang ada” menuju posisi “yang seharusnya” diinginkan.
Produk penting yang dikembangkan yang memberikan pengetahuan, keahlian, peralatan, kerangka kerja, & dukungan bagi individu & organisasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan sukses
Dukungan perusahaan oleh eksekutif utama, menggambarkan komitmen manajemen organisasi secara keseluruhan dalam usaha perubahan
Kepemilikan & komitmen menuju perubahan dialami oleh semua individu dalam organisasi
Demikian, semoga point-point singkat ini dapat bermanfaat.
_______________________________
mutupendidikan.com
“Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI”
Tips Sukses SPMI #2:
“Hormatilah Komitmen Anda”
Dalam membangun SPMI yang handal, salah satu persyaratan utama adalah komitmen dari segenap jajaran manajemen. Apakah mereka berkomitmen untuk meningkatkan standar SNP secara terus menerus atau tidak? Apakah mereka berkomitmen menjalankan manual PPEPP secara benar dan terus menerus?
Cara Anda menangani komitmen yang Anda buat “bercerita banyak” tentang prioritas Anda. Pepatah lama mengatakan “Kekuasaan didefinisikan sebagai siapa yang membuat siapa menunggu” yang didasarkan pada fakta bahwa seseorang yang terlambat untuk suatu kencan atau janji bertemu (appointment), mengandaikan dia lebih penting daripada orang yang menunggu. Mengapa orang selalu datang terlambat 10 menit setelah waktu yang ditetapkan? Orang yang datang terlambat mengandaikan bahwa apa pun yang mereka lakukan, yang menyebabkan mereka terlambat itu jauh lebih penting daripada apa pun yang dilakukan orang-orang lain, walaupun mereka juga harus menghentikan pekerjaan itu karena harus memenuhi appointment.
Baca juga: Key Performance Indicator (KPI)
Jika Anda sering terlambat untuk sebuah appointment, coba pikirkan, mengapa. Kebanyakan orang yang secara kronis terlambat menyalahkan situasi: “lalu lintasnya macet,” atau “saya lama berbicara di telepon dengan orang dari pembelian itu lagi” namun faktanya mereka terlambat karena tepat waktu bukan merupakan prioritas mereka.
Ada dua jenis komitmen: komitmen yang “jelas” dan komitmen yang “samar-samar”. Komitmen yang jelas adalah janji-janji verbal atau tertulis yang dipahami dan disepakati oleh kedua pijak untuk ditepati, seperti kontrak pekerjaan, undang-undang pemerintah dan ikrar pernikahan.
Komitmen yang samar-samar adalah komitmen budaya dan organisasional yang Anda harapkan untuk “sekedar tau” dan taat. Sebagai contoh, ada perilaku tertentu yang diharapkan karyawan terhadap penyelia, pria terhadap wanita (dan sebaliknya), dan dari anak-anak pada fungsi-fungsi sosial dewasa.
Banyak orang mengalami kesulitan untuk menjaga komitmen yang samar-samar. Dalam banyak contoh standar yang diharapkan ini tidak sejalan dengan nilai-nilai personal mereka. Dalam beberapa masyarakat, orang mungkin memiliki kebebasan untuk tidak menjaga komitmen samar-samar (tapi mereka masih harus menderita konsekuensi sosial).
Komitmen yang jelas adalah cerita lain lagi. Ia merupakan imperatif agar Anda mengetahui dan menjaga komitmen yang didefinisikan secara jelas, yang Anda buat untuk organisasi Anda dan untuk anggota tim Anda. Jika Anda tidak membuat komitmen dalam kepercayaan yang baik, lebih baik untuk tidak membuatnya sejak awal daripada kemudian melanggarnya.
Baca juga: Tolong menolong, Kerjasama & Bersinergi dalam SPMI
Perhatikan komitmen jelas (clear commitments) Anda. Apakah Anda melakukan apa yang Anda komit karena menghargai waktu dan usaha dari orang lain pada tim Anda? Atau apakah Anda memiliki agenda pribadi yang membuat Anda terus-menerus secara konstan meminta maaf, karena terlambat datang pada waktunya atau tidak menyelesaikan bagian proyek Anda?
Gunakan proses tiga langkah untuk membantu menjamin pemahaman dan kerjasama dalam memenuhi komitmen.
Demikian uraian singkat tentang Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI, semoga bermanfaat.
__________________________________
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pendampingan & Pelatihan
“Budaya SPMI & Sikap Kerja Produktif”
Tips Sukses SPMI #8:
Bolehkah karyawan dalam organisasi melakukan kesalahan dalam kegiatannya? Tentu hal ini menarik untuk dikaji. Kita tahu bahwa semua orang tentu pernah membuat kesalahan, hal ini merupakan kewajaran. Fenomena yang sering dijumpai adalah banyak karyawan yang takut membuat kesalahan. Mereka takut menjadi gunjingan teman-temannya, mereka takut mendapat hukuman, mereka takut diberhentikan sebagai pegawai. Sehatkah ini?
Adakah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam kehidupannya? Tentu saja tidak. Setiap orang sejak kecil melakukan kesalahan dan terus berproses sampai mereka dewasa. Mereka belajar dari kesalahan tersebut.
Dalam organisasi, tentu saja proses itu terus berlangsung. Pimpinan Institusi Pendidikan, perlu memberi toleransi pada bawahan untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan. Pegawai sulit akan bisa berkembang apabila tidak ada ruang gerak untuk mencoba, berkreasi dan belajar. Pegawai akan sulit untuk bisa berkembang apabila mereka dirasuki perasaan takut melakukan kesalahan.
Apabila organisasi ingin budaya mutu & Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) berjalan baik, tentu prinsip-prinsip Total Quality Management perlu terus-menerus dikembangkan.
Keluarlah dari ketakutan. Banyak karyawan takut untuk mengajukan pertanyaan, bahkan ketika mereka tidak memahami apa pekerjaan mereka, atau apa yang benar, atau apa yang salah. Mereka takut bertanya karena tidak ada ruang komunikasi yang nyaman bagi mereka.
Apa akibatnya, karyawan akan terus melakukan segala sesuatu dengan cara yang salah, atau mereka menjadi pasif tidak melakukannya sama sekali. Kerugian ekonomi dan produktifitas dari ketakutan ini sangat besar. Organisasi tidak dapat berkembang dengan baik, sinergi tidak diperoleh, biaya pengelolaan SDM menjadi besar.
DAFTAR PERIKSA APAKAH ANDA SIAP PENGAKUAN KESALAHAN
Demikian, semoga uraian singkat tentang Budaya SPMI & Sikap Kerja Produktif, ini bermanfaat.
Salam hormat,
admin,
mutupendidikan.com
Workshop, Training, Pelatihan & Pendampingan
Hubungi Customer Service Kami untuk info:
Tips Sukses SPMI #5:
“Pimpinlah! bila diperlukan seorang Pemimpin…”
Implemantasi SPMI memerlukan figure pemimpin yang dapat memandu kelompok (unit kerja) dengan baik. Lembaga Pendidikan (Perguruan Tinggi/ Sekolah/ Madrasah) diharapkan dapat melaksanakan SPMI dengan baik sehingga mempu menjadi lembaga pendidikan yang terakreditasi unggul.
Apakah siap bila mendengar bahwa Anda mendapat tugas/amanah baru menjadi bagian dari tim di unit kerja baru? Apakah Anda menyadari bahwa konsensus akan menjadi metode pengambilan keputusan, dan selanjurnya bahwa “kepemimpinan” adalah proritas tinggi dalam Manajemen SPMI? Siapkah Anda memimpin tim Anda?
Mengapa dibutuhkan pemimpin, bukankah setiap orang dalam tim itu memiliki suara yang sama dan semua keputusan akan diambil sebagai kelompok? Jawabannya terletak dalam definisi kata “pemimpin”. Seorang pemimpin pada standar TQM adalah orang yang “memandu kelompok”. Ini tidak berarti “mengatur kerjaan kelompok” atau “mendikte kelompok”.
Seorang pemimpin dapat menjadi seorang anggota kelompok yang memiliki pengalaman pribadi atau keahlian teknis dalam bidangnya. Sebagai contoh, andaikan tim Anda diputuskan untuk mempublikasikan satu laporan berkala dua-bulanan, untuk mengkomunikasikan apa yang terjadi dalam departemen Anda kepada anggota lain dari institusi Anda. Salah satu dari anggota tim Anda cakap dalam dekstop publishing dan berharap ada “peran kepemimpinan” yang memandu dalam membuat laporan berkala itu agar siap dicetak. Anggota tim lain memiliki ide-ide dan akan membantu membuat laporan berkala itu siap, tetapi orang yang mempunyai keahlian akan “memandu” kelompok melalui keputusan-keputusan yang perlu dilakukan menyangkut tata letak, dan selanjutnya barangkali akan bertanggung jawab untuk mengawasi bahwa itu sudah dilakukan dengan benar.
Inisiatif dan kesiapan untuk memimpin sangat diperlukan dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal). SPMI tidak akan dapat berjalan baik bila tidak didukung Leadership yang kokoh. Ketrampilan untuk memandu anggota tim lain untuk bersama-sama mencapai target-target standar Dikti yang telah ditetapkan.
Ketrampilan Kepemimpinan dapat dilatih dan dikembangkan. Seorang pemimpin yang baik diharapkan memiliki lima karakteristik penting yakni:
Demikan, semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat…Aamiin Yaa Rabb.
Salam Mutu,
Admin
Mutupendidikan.com
Hubungi Customer Service Kami untuk:
Pelatihan/ workshop Kepemimpinan & Budaya Mutu SPMI
Layanan Informasi