• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Tips Sukses SPMI

Mutu dan proses Benchmarking Lembaga Pendidikan

Benchmarking Mutu Pendidikan

Benchmarking Mutu Pendidikan

Tujuan utama dari Benchmarking adalah untuk mengenal dan mengevaluasi proses ataupun produk saat ini sehingga menemukan cara-cara atau  “Praktek Terbaik” untuk meningkatkan proses maupun kualitas produk.

Benchmarking dapat dilakukan untuk produk,  proses produksi, jasa maupun sistem dalam suatu organisasi/perusahaan.

Benchmarking dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan “Tolok Ukur” atau “Patokan”. Benchmarking adalah proses mengidentifikasikan “Best Practice” terhadap suatu produk/jasa dan proses produksinya hingga produk tersebut dikonsumsi.

Baca juga: SPMI dan Kegagalan Benchmarking

Benchmarking memberikan gambaran yang diperlukan untuk membantu manajemen dalam memahami proses dan produknya baik dengan cara membandingkannya dengan Industri yang sejenis maupun dengan industri-industri yang lain.

Proses Benchmarking

Proses Benchmarking adalah proses yang mencoba melihat/mempelajari faktor luar (produk lain, organisasi lain, sistem lain) untuk mengetahui bagaimana pihak lain mencapai tingkat kinerja dan memahami proses-proses kerja yang mereka gunakan.

Benchmarking dapat menjelaskan apa yang terjadi dibalik keberhasilan/ kinerja baik proses ataupun produk yang dibandingkan. Apabila diimplementasikan dengan benar, Benchmarking dapat membantu suatu organisasi/lembaga untuk meningkatkan prestasi/ kinerja organisasinya maupunpun proses-proses didalamnya.

Jenis Benchmarking

Benchmarking dapat dilakukan kedalam organisasi (secara Internal), yang dilakukan adalah membandingkan kinerja beberapa kelompok atau tim di dalam Organisasi.

Sedangkan Benchmarking eksternal adalah membandingkan kinerja suatu organisasi dengan organisasi lainnya atau antar Industri. Benchmarking dapat pula dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :

  • Strategic Benchmarking, adalah Benchmarking yang mencoba mengamati bagaimana orang atau organisasi lain mengungguli persaingannya.
  • Product Benchmarking, adalah yaitu Benchmarking yang membandingkan produk atau layanan pesaing dengan produk sendiri untuk mengetahui letak kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) produknya.
  • Process Benchmarking, adalah Benchmarking yang membandingkan proses-proses kerja.
  • Functional Benchmarking, adalah Benchmarking yang melakukan perbandingan pada Fungsional kerja tertentu untuk meningkatkan operasional pada fungsional tersebut.
  • Financial Benchmarking, adalah Benchmarking yang membandingkan kekuatan finansial untuk mengetahui daya saingnya.
  • Performance Benchmarking, adalah Benchmarking yang membandingkan kinerja pada produk atau jasa.

Tahapan Benchmarking:

  • Memahami secara detail proses produksi atau produk saat ini.
  • Menganalisis/ mempelajari proses produksi atau produk lainnya yang berkinerja baik.
  • Membandingkan proses produksi atau produk sendiri dengan proses produksi atau produk yang berkinerja baik.
  • Menerapkan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk memcontoh/ mendekati proses produksi ataupun produk yang berkinerja baik tersebut.

Baca juga: Pengendalian Proses Statistik

Benchmarking Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan, baik pendidikan tinggi, sekolah dan madrasah, juga sangat dianjurkan untuk melakukan proses benchmarking. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kegiatan benchmark perlu diselenggarakan sebagai salah satu program Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).

Dalam lingkungan yang semakin disrupsi saat ini, lembaga pendidikan tidak boleh cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dihasilkan selama ini. Lengah sedikit, maka akan ketinggalan dalam memberikan layanan terbaik untuk stakeholdernya.

Dengan mengimplementasikan proses benchmarking, manajemen akan memperoleh bahan-bahan yang valid untuk pengambilan keputusan untuk melakukan continuous improvement.

Pakar Benchmarking, Robert Camp dalam bukunya, mengemukakan Metodologi Benchmarking yang terdiri dari 12 Tahapan, antara lain :

  1. Memilih Subyek Benchmarking, misal benchmarking tentang:
    • Proses belajar mengajar di PT lain.
    • Proses Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.
    • Proses Penerimaan Mahasiswa baru
    • Proses Layanan Perpustakaan
    • Proses layanan Perpustakaan online
    • Kuliah jarak jauh (distance learning)
    • Proses pengelolaan keuangan
    • Proses kerjasama luar negeri dll
  2. Menentukan Proses-proses yang akan di teliti
  3. Mengidentifikasikan Mitra/partner yang berpotensi untuk dibandingkan
  4. Mengidentifikasikan sumber-sumber data
  5. Mengumpulkan data-data
  6. Menentukan kesenjangannya yang terjadi
  7. Menetapkan perbedaan proses
  8. Target kinerja yang diharapkan
  9. Melakukan Komunikasi dengan berbagi pihak terkait
  10. Penetapkan Tujuan
  11. Menerapkan/ implementasi
  12. Meninjau ulang dan penyesuaian ulang

Baca juga: Kunjungan Bisnis & Pendidikan ke Jepang

Pertanyaan Diskusi:
  1. Sejauh mana lembaga pendidikan perlu melakukan kegiatan Benchmarking?
  2. Proses-Proses apa saja yang menurut saudara perlu dilakukan bencmarking?
  3. Apa saja kendala yang mungkin dihadapi ketika melakukan Benchmarking lembaga pendidikan?

Untuk memahami lebih dalam tentang metodologi Benchmarking, berikut dapat di unduh/ download ppt materi berikut ini:

Klik Link dibawah ini:

Demikian uraian singkat tentang Benchmarking Mutu Pendidikan, semoga bermanfaat dan berkah selalu.

______________________________

IG: @mutupendidikan

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

TQM SPMI & Budaya Mutu

Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi

“Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi untuk SPMI”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Total Quality Management (TQM) adalah upaya komprehensip dan berkesinambungan untuk memenuhi / memuaskan kebutuhan Stakeholder.

____________________________

Power Point (PDF):

TQM, Sejarah & Pendidikan

IG: @mutupendidikan

____________________________

Karakteristik dari Total Quality Management
  • Fokus pada pemenuhan kebutuhan pelanggan
  • Target bersama jelas bagi semua
  • Keputusan berbasis pendekatan ilmiah
  • Komitmen untuk keberhasilan jangka panjang
  • Melibatkan semua unsur organisasi
  • Cek ricek secara bersinambung
  • Melaksanakan diklat & Lokakarya rutin
  • Kebebasan yg terkendali untuk ide baru, transparan.
Sejarah Perkembangan TQM

Sekilas perkembangan manajemen mutu:

  • Pertengahan 1970 kualitas produk Jepang mulai berkembang & mengalahkan produk Amerika.
  • Tahun 1980-an pangsa pasar produk Amerika menurun tajam
  • Pilihan generasi muda Amerika lebih pada program studi MBA, sementara sebagian besar mahasiswa Prodi Teknik di Amerika berasal dari mahasiswa asing.
  • Amerika lebih fokus mengiklankan produknya, sementara pesaingnya lebih fokus pada perbaikan kualitas produk.
  • Fakta yang terjadi dilapangan: Kunci memenangkan persaingan adalah kualitas.
Pengalaman Jepang
  • Selesai PD II Produk Jepang kalah kualitas, namun harga produk Jepang lebih murah dibandingkan dg produk Amerika.
  • Amerika berusaha menekan harga, dan Jepang menyadari bahwa kunci persaingan sesungguhnya adalah kualitas.
  • Dunia barat fokus pada penekanan biaya produksi, Jepang fokus menaikkan mutu.
  • Fokus Jepang pada perbaikan sdm, proses, dan fasilitas. Kegiatan inti; pelatihan, pendidikan, penterjemahan buku, melibatkan semua tenaga kerja dalam perbaikan kualitas.
Falsafah TQM
  1. Sebagian besar teori dan teknik manajemennya berasal dari ilmu ilmu sosial; teknik manajemen keuangan (ekonomi), pemasaran (psikologi), desain organisasi (sosiologi), dan dasar teoritis TQM sendiri adalah statistika yaitu sampling dan analisis varian.
  2. Sumber pengembangan dan inovasinya sebagian besar dihasilkan oleh para pemikir yg berasal dari pekerja industri/ pemerintah sedangkan manajemen lain bersumber dari sekolah bisnis dan konsultan manajemen.
  3. Sebagian besar perkembangan ilmu dalam bidang manajemen keuangan, pemasaran, strategik, dan desain organisasi berasal dari AS kemudian menyebar keberbagai penjuru dunia. Adapun TQM memang berasal dari AS tetapi lebih banyak dikembangkan di Jepang terus ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi perkembangan ilmu TQM merupakan kombinasi keterampilan tehnik dan analisis Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, dan tradisi serta integritas Eropah dan Asia.
  4. Penyebaran/desiminasi manajemen lainnya bersifat top-down, sementara TQM bersifat bottom-up. Bahkan penggerak utamanya adalah para manajer departemen/divisi.
Mengapa TQM bisa gagal ?
  • TQM menuntut perbaikan pada sistem nilai dan budaya yg telah dianut bertahun tahun dari sistem manajemen yang lama.
  • TQM bukan obat mujarab melainkan suatu pendekatan baru yg membutuhkan komitmen jangka panjang, kebulatan tekat bersama, dan didukung oleh upaya upaya pelatihan yg khusus.
  • Intinya, komitmen yg kuat dan konsistensi.
Pertanyaan diskusi?
  1. Apakah prinsip-prinsip TQM dapat diterapkan pada lembaga pendidikan?
  2. Apakah ada kesamaan SPMI (sistem Penjaminan Mutu Internal) dengan manajemen TQM?
  3. Apakah kesalahan umum penerapan TQM pada lembaga pendidikan?

Untuk informasi yang lebih jelas tentang TQM dan tantangannya di dunia pendidikan, berikut dapat diunduh file power point pada tautan diatas.

Demikian uraian singkat tentang Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi untuk SPMI. semoga bermanfaat.

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

_____________________________

mutupendidikan.com

Explore: Training & Development

Budaya Mutu Perguruan Tinggi Unggul

Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi

“Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Untuk mewujudkan Budaya Mutu Perguruan Tinggi, ada 5 aspek budaya yang harus dibangun. Kelima aspek budaya mutu tersebut meliputi:

1. Quality first

Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus memprioritaskan mutu. Mutu harus menjadi utama dan nomor satu. Kepuasan pelanggan internal dan pelanggan eksternal menjadi prioritas. Standar SPMI disusun dalam rangka untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.

2. Stakeholder- in

Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus ditujukan pada kepuasan stakeholders. Targetnya agar Stakeholders menjadi senang dan gembira atas layanan yang diberikan organisasi pendidikan.

3. The next process is our stakeholders

Setiap orang yang melaksanakan tugas dalam organisasi Perguruan Tinggi harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholdernya yang harus dipuaskan. Stakeholder atau customer ada yang dari eksternal dan ada yang dari internal. Melalui pemetaan proses bisnis, akan diketahui stakeholder mana saja yang harus dipenuhi harapan dan kebutuhannya.

4. Speak with data

Setiap orang pelaksana didalam organisasi Perguruan Tinggi harus melakukan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa. Pengambilan keputusan dengan data yang valid dan reliabel tentu akan lebih sesuai dengan kondisi di lapangan. Dalam implementasi budaya mutu, dapat mengunakan total quality tools untuk pengambilan keputusan. Penjelasan total quality tools dapat di klik pada tautan dibawah ini.

Baca juga: Mengenal Total Quality Tools

5. Upstream management

Semua pengambilan keputusan di dalam Organisasi Perguruan Tinggi dilakukan secara partisipatif, bukan otoritatif. Gaya kepemimpinan partisipatif dan demokratif lebih cocok diterapkan dalam lembaga pendidikan. Pimpinan lembaga pendidikan juga harus mampu untuk melakukan program pemberdayaan karyawan. Karyawan yang memperoleh pemberdayaan akan lebih kreatif dan termotivasi untuk bekerja dengan maksimal.

Baca juga: Pemberdayaan Karyawan & Sistem Manajemen Mutu

Mampukah kita berkomitmen membangun ke 5 aspek budaya diatas? Tentu hanya waktulah yang akan membuktikan. Lembaga pendidikan harus menerapkan 5 aspek budaya mutu diatas dalam suatu sistem mutu yang dikenal dengan SPMI ( Sistem Penjaminan Mutu Internal).

Demikian sekilas informasi tentang Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi. Semoga bermanfaat.

_________________________

mutupendidikan.com

Follow Instagram: @mutupendidikan

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

SPMI dan Komitmen Perbaikan terus-menerus

Komitmen Perbaikan terus-menerus

“Bangun Komitmen untuk Perbaikan terus-menerus”

Dr. Edwards Deming, penulis dari Out of the Crisis, dikenal sebagai “ayah” dari gerakan Total Quality Management (TQM). Dr. Deming mengajurkan “mendekati mutu” dengan cara melakukan “kaizen” atau perbaikan terus-menerus.

Tips Sukses SPMI #1:
“Buatlah Komitmen untuk Perbaikan yang Tanpa Akhir”

Kaizen harus menjadi cara sebuah organisasi / lembaga pendidikan melakukan perbaikan. Barangkali merupakan bagian dari alasan Amerika Serikat kehilangan pasar dunia, yakni bahwa ia sudah puas dengan status-quo-nya. Amerika Serikat melihat dirinya pada puncak kapabilitasnya, tanpa ruang untuk perbaikan.

“Keunggulan – Entah dalam Upaya Nasional, perusahaan, Persaingan Atlet, atau Tujuan Pribadi – berasal dari Pengejaran Perbaikan yang Tanpa-Akhir”

Perhatikan beberapa cara bahwa perbaikan terus-menerus (continuous improvement) telah mempengaruhi kehidupan kita: Pada tahun 1950-an, virus polio membunuh dan membuat pincang ribuan anak setiap tahun. Apa yang terjadi ketika virus Corona (Covid 19) di tahun 2020 telah membunuh ribuan nyawa. Apa yang akan terjadi jika para periset medis setelah mencoba salah satu pengobatan, dan menemukan bahwa obat itu tidak berfungsi, lalu berhenti eksperimen? Atau perhatikan program “orang pergi ke bulan”. Jika para insinyur NASA puas dengan kalkulasi yang “cukup baik”, rintangan apa yang dialami para astrounout ketika benar-benar tiba di bulan?

Baca juga: Perilaku Keorganisasian

Mungkin sulit untuk melihat pekerjaan Anda dalam spirit yang besar atau bersaing semacam itu, tetapi pasar global dewasa ini menuntut perbaikan terus menerus. Negara-negara lain mengejek perusahaan-perusahaan Amerika yang mundur pada tahun 1970-an dan membiarkan pasar mereka diambil alih oleh para pesaing, yang berkeinginan untuk melakukan pekerjaan yang sama namun sedikit lebih baik, sedikit lebih efisien, dan dengan lebih banyakperhatian pada pelanggan.

Baca juga: Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI

Dr. Deming berpendapat bahwa “tidak ada hal yang harus ditingkatkan terus seperti halnya mutu…” Kapan pun anda menjangkau satu titik kepuasan dengan produk atau layanan, sudah waktunya untuk mendorong ke perbaikan berikutnya. Bagaimana Pendapat Anda?

DAFTAR PERIKSA KOMITMEN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN:
  1. Sejauhmana komitmen berpengaruh pada perbaikan mutu pendidikan?
  2. Kapan kali terakhir Anda memperbaiki Standar SPMI atau layanan Pendidikan?
  3. Apa yang menghambat Anda melakukan perbaikan di lembaga Pendidikan?

Demikian uraian singkat tentang strategi Bangun Komitmen untuk Perbaikan terus-menerus, semoga bermanfaat dan salam mutu.

_____________________________________

mutupendidikan.com

Kunjungi: Pendampingan & Pelatihan

Kiat sukses keberhasilan SPMI

Mengenal Diri, Mengenal Tim, Kunci Keberhasilan SPMI

“Mengenal Diri, Mengenal Tim, Kunci Keberhasilan SPMI”


Tips Sukses SPMI #6:

“Temukan Kekuatan dahsyat dalam Diri & dalam Tim Anda…”

Untuk mencapai sasaran & keberhasilan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), Lembaga Pendidikan “harus” terus melakukan evaluasi diri untuk mengenal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT Analysis).

Langkah pertama, Anda dapat berlatih untuk mengenal kekuatan diri Anda dan kekuatan tim (unit kerja) Anda. Ingin mencoba?

Baca juga: Kumpulan Artikel dan Power Point MSDM 1

Berikut latihan sederhana yang bisa Anda coba. Dengan latihan ini, Anda diharapkan dapat mengetahui strategi yang tepat untuk mengoptimalkan kekuatan-kekuatan yang Anda miliki dan dimiliki oleh Tim Kerja Anda. Dengan optimalisasi potensi tersebut tentu akan sangat membantu dalam pencapaian standar-standar kinerja (Standar SPMI) lembaga pendidikan. Mari kita coba:

MENEMUKAN KEKUATAN DIRI ANDA

Kenalilah Kekuatan/ Keunggulan/Kelebihan Diri Anda Sendiri. Untuk bahan renungan, Anda dapat mengevaluasi 3 hal berikut ini:

  • Hasil (Outcome) dari pekerjaan Anda
  • Cara Anda mendekati/menyelesaikan masalah
  • Umpan balik yang Anda dapatkan dari pelanggan internal dan eksternal Anda.
Uraikan disini kekuatan/ Kelebihan Diri Pribadi  Sbb:

_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Setelah Anda mengenal kekuatan/ kelebihan/ keunggulan diri, sekarang silahkan Anda mencoba merumuskan sasaran pekerjaan yang sesuai/sejalan dengan kekuatan/keunggulan diri. Dalam merumuskan sasaran pekerjaan, Anda dapat mengacu pada hal-hal sbb:

  • Apakah Anda akan membutuhkan bantuan atau sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran pekerjaan Anda?
  • Kapan Anda ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut?
  • Bagaimana cara mengukur pencapaian prestasi Anda?
Menetapkan Sasaran/target Pribadi:
  1. _____________________________________________________________________
  2. _____________________________________________________________________
  3. _____________________________________________________________________

Setelah Anda telah menetapkan beberapa kekuatan/kelebihan diri pribadi dan sasaran/target pribadi, kini waktunya untuk berbagi semuanya dengan tim Anda.

MENEMUKAN KEKUATAN/ KELEBIHAN/ KEUNGGULAN TIM ANDA

Diskusikan, bahaslah kekuatan/kelebihan diri pribadi dengan tim Anda. Ingat ini hanyalah satu kesempatan untuk berbagi informasi dan pengertian, tidak ada definisi yang “lebih baik” atau “lebih buruk”.

Baca juga: Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Terus Menerus

Dapatkah tim Anda mencapai konsensus dengan satu definisi tentang “keunggulan” tim (unit kerja Anda)? definisi (hasil konsesus) tim ini mungkin sangat berbeda dari definisi (target) pribadi Anda, tetapi sebagai individu juga Anda sangat berbeda dari tim Anda, bukankah demikian?

Uraikan disini Kekuatan/ Kelebihan Tim Kerja Anda:

_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Seperti sebelumnya, menetapkan Sasaran Tim Kerja adalah langkah berikut. Rumuskan sekurang-kurangnya 3 Sasaran Tim Kerja Anda. Sasaran ini akan menjadi langkah unit kerja dalam menciptakan kegiatan/ program kerja yang sesuai. Dalam menyusun sasaran unit kerja, Anda harus mengacu Standar SPMI dan Job description yang menjadi tugas tim Anda.

Sasaran yang baik hendaknya disusun mengikuti kaidah ABCD, yaitu ada Audience, Behavior, Competence dan Degree. Sasaran yang baik dapat juga mengikuti kaidah KPI (Key Performance Indicator) yang meliputi: Target, Indikator dan mekanisme pengukuran (measure). Dalam bahasa lain, sasaran yang baik harus SMART (Spesific, Measurable, Attainable, Relevant, Timed).

Uraikan disini, Sasaran Tim  Kerja Anda (Unit Kerja) :
  1. ____________________________________________________________________
  2. ____________________________________________________________________
  3. ____________________________________________________________________
  4. ____________________________________________________________________
  5. ____________________________________________________________________
  6. ____________________________________________________________________

Demikian uraian tentang Mengenal Diri, Mengenal Tim sebagai Kunci Keberhasilan SPMI, semoga latihan singkat ini bermanfaat… Aamiin Yaa Rabb.

Salam mutu,

admin,


Hubungi Customer Service kami untuk informasi:

Pelatihan & Outbound Training Membangun Budaya Mutu Pendidikan


mutupendidikan.com

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

Komitmen membangun SPMI Pendidikan

Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan

“Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan”

______________________________________

TIPS SPMI1#
Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan

______________________________________

SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) Suatu lembaga Pendidikan tidak akan bisa berhasil apabila tidak ada komitmen dari segenap pimpinan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (Kaizen)

Pakar Kaizen asal Amerika Dr. Edwards Deming, penulis dari Out of the Crisis, mengatakan Mutu haruslah menjadi visi dan patokan untuk melakukan perbaikan terus-menerus. Pendekatan Mutu harus menjadi cara sebuah organisasi manapun (termasuk institusi pendidikan)  dikelola, dipimpin dalam melakukan usaha bisnis.

Baca juga: Kumpulan Artikel & Power Point MSDM 1

Lembaga pendidikan yang tidak memperdulikan mutu tentu akan berangsur-angsur ditinggalkan stakeholdernya (pemangku kepentingan). Konsumen baik yang internal (dosen, karyawan, tenaga kependidikan) maupun konsumen ekstenal (mahasiswa, orang tua, pengguna lulusan, dunia usaha, dunia industri) tentu akan meninggalkan organisasi pendidikan tersebut apabila kecewa dengan layanan pendidikan yang diberikan.

Perlu direnungkan nasihat bijak berikut ini: “Keunggulan” – Entah dalam Upaya Negara, perusahaan, Perlombaan dalam bidang olah raga/ Atletik, atau Tujuan Pribadi – Tentu berasal dari Pengejaran Perbaikan yang Tanpa-Akhir (terus menerus).

Pimpinan lembaga pendidikan harus membuat komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. Komitmen tersebut perlu dituangkan dalam sebuah dokumen yang disebut “Kebijakan SPMI”. Apabila komitmen dalam kebijakan SPMI tersebut telah disusun dan disahkan, maka perlu disosialisasikan dan dilaksanakan dengan penuh semangat dan motivasi.

Dalam konsep SPMI, Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dituangkan dalam sebuah dokumen SPMI yang dikenal dengan istilah standar SPMI. Didalam standar SPMI berisi pedoman/ indikator/ patokan yang harus dicapai untuk mewujudkan mutu. Keberhasilan SPMI akan tercermin sejauhmana organisasi berhasil melakukan perbaikan terus-menerus melalui perbaikan standar SPMI.

Tentu saja perbaikan standar SPMI tidak akan bisa dicapai tanpa adanya komintmen yang kuat dari jajaran pimpinan lembaga pendidikan. Komitmen tidak saja dibuat untuk sekedar ditulis dalam sebuah kertas, namun perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Baca juga: Bangun Komitmen untuk Perbaikan terus-menerus

Dr. Deming menyatakan bahwa “Tidak ada hal yang harus ditingkatkan terus menerus seperti halnya mutu”. Kapan pun kita berhasil menjangkau satu titik kepuasan atas produk atau layanan, saat itulah waktu kita melanjutkan ke perbaikan berikutnya.

Demikian Tips SPMI 1# Bangunlah Komitmen untuk Perbaikan Berkelanjutan, bermanfaat.

________________________________________

mutupendidikan.com

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

SPMI dan Manajemen Perubahan

Manajemen Perubahan

“Kiat Mengelola Manajemen Perubahan”


Power Point (PDF):

Manajemen Perubahan bagian 1, Manajemen Perubahan bagian 2


Lingkungan Organisasi selalu berubah, baik lingkungan internal maupun eksternal. Bagaimana organisasi menyikapi hal ini? Berikut Tips Manajemen Perubahan dan kiat-kiatnya:

Sebagian besar organisasi menyerah pada saat bisnis gagal karena ketertinggalan dalam persingan bisnis atau menerima proses perubahan. Hal tersebut merupakan bagian alami kehidupan bisnis yang bertujuan untuk tetap berada sejalur dengan permintaan pelanggan. Materi ini menekankan bahwa rencana manajemen perubahan akan gagal jika tidak didukung oleh sponsor utama, biasanya sponsor tersebut adalah manajemen senior organisasi.

Stakeholder organisasi harus menerima bahwa perubahan seperti itu dilihat sebagai hal yang wajar untuk organisasi tertentu dan para pelanggan akan merespon dengan positif perubahan tersebut. Ada sejumlah alasan terjadinya perubahan, malalui arus kecil akibat ketertinggalan dari yang lainnya atau kebutuhan perubahan yang muncul dalam skala besar melalui evolusi atau revolusi.

Baca juga: Bolehkah dokumen SPMI dirubah?

Meskipun ada basis dukungan manajemen senior, proses perubahan sepertinya memakan waktu dan manajemen harus memikirkan tipe strategi perubahan yang paling sesuai untuk meraih tujuan baru organisasi. Ada sejumlah faktor yang diperlukan karena setiap pendekatan bisa sesuai dengan kondisi yang berbeda. Tentu, jika hal tersebut tidak sesuai dengan tuntutan situasi, orang-orang, kondisi budaya, dan lingkungan bisnis pasti akan menyebabkan masalah dan gagal mendukung perubahan jangka panjang yang diperlukan.

Proses penerapan perubahan perlu diselaraskan dan sesuai dengan organisasi. Odel pendekatan tiga tahap akan digambarkan sebagai berikut:

  1. Tahap 1: Pre-Positioning Organisasi. Fase pertama fokus pada persiapan melalui komunikasi dengan staff dan stakeholder. Tahap penting ini bertujuan mempersiapkan organisasi terhadap perubahan, memperoleh komitmen dari mereka yang terlibat dan mengatasi risiko yang akan terjadi.
  2. Tahap 2: Penerapan Rencana Manajemen Perubahan. Tahap ini berfokus pada penerapan perubahan dengan pertimbangan rencana yang telah disetujui dan mempertimbangkan tujuan bisnis. Selama tahap ini, biasanya perjanjian manajemen senior baru akan diusulkan dan struktur organisasi baru akan diterapkan
  3. Tahap 3: Dukungan Tanpa Henti dan Tahap Konsolidasi. Disini fokus terhadap dukungan tanpa henti dan peningkatan ketika perubahan ditanamkan di dalam perusahaan dianggap sebagai “cara untuk melakukan bisnis.” Pada tahap ini menghasilkan perubahan kebudayaan jangka panjang dan semakin sulit seperti ditunjukan di dalam
Pola perubahan stategi

Ketika terjadi kelancaran dimana strategi yang telah dibuat tetaplah tidak berubah, organisasi umum pasti berubah seiring dengan terbentuknya strategi secara bertahap.Beberapa organisasi tanpa tujuan yang jelas mengalami masa fluktuasi dimana perubahan juga terjadi. Perbahan utama yang terencana juga dapat terjadi tetapi seiring berupa tindakan yang jarang terjadi dan menjadi bagian dari usulan manajemen perubahan yang lebih besar.

Dua Ujung Ekstrim Pengelolaan Perubahan
  • Pendekatan untuk melakukan perubahan terdapat dua tahap ekstrim perubahan utama (Revolusi) dan ekstrim yang halus perubahan kenaikan (Evolusi)
REVOLUSIEVOLUSI
Business Process Re-Engineering (penyusunan kembali proses bisnis)Perbaikan yang berelanjutan
Mulai dari awalMembangun yang telah ada sebelumnya
Sangat cepatPerlahan dan terus menerus
InovatifPemeliharaan dan perbaikan
Empat pilihan perubahan individu
  1. Mengubah diri Anda sendiri
  2. Mengubah situasi
  3. Meninggalkan situasi
  4. Tidak melakukan apa-apa
Merencanakan perubahan keorganisasian

Siklus manajemen kualaitas ‘rencana lakukan tinjau’ pendekatan empat siklus tahap perubahan hidp mengevaluasi sekaligus menerapakan perubahan.tahap perencanaan berkaitan dengan dua model lainnya: model yang pertama yaitu empat jenis perubahan keorganisasian dan model kedua menunjukkan bahwa merencanakan pendekatan pada penolokan teradap perubahan merupakan bagian dari keseluruhan proses.

Pertimbangan Strategi Perubahan

Manajemen organisasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

  • Tingkat tantangan yang diharapkan
  • Dasar kekuatan dari pencetus perubahan
  • Sifat dasar budaya organisasi dan kemungkinan respon terhadap perubahan
Enam Pendekatan Menghadapi Penolakan
  1. Pendidikan & Komunikasi
  2. Partisipasi
  3. Fasilitas & Dukungan
  4. Negosiasi
  5. Manipulasi
  6. Pemaksaan & penggunaan wewenang
Kesalahan Menghadapi Perubahan & Konflik
  1. Tidak membuat kewaspadaan yang cukup kuat
  2. Tidak membentuk koalisi panduan yang kuat
  3. Kurangnya visi
  4. Kurangnya komunikasi visi
  5. Tidak menghilangkan rintangan untuk visi yang baru
  6. Tidak merencanakan & menciptakan keberhasilan jangka pendek
  7. Mengumumkan kemenangan terlalu cepat
  8. Tidak mengenalkan & mengkoordinasi perubahan dalam kebudayaan organisasi
Kesiapan Menghadapi Perubahan

Dibawah ini merupakan model lain perubahan dan keamanan yang menekan kemali beberapa faktor umum yang mempunyai peran terhadap keamananyang dirasakan.

Empat Jenis “Perjalanan” Perubahan
  1. Penyesuaian

Ex: penyederhanaan proses kerja, pengurangan biaya
Hasil untuk mendukung perubahan: Penyampian perubahan, pelatihan kembali

  1. Pembangunan

Ex: pembentukan dari awal, Joint venture yang baru
Hasil untuk mendukung perubahan: penyampaian visi dan nilai, menetapkan peran & tanggung jawab yang baru dan mengenali rangkaian keahlian baru

  1. Perubahan

Ex: memasuki pasar baru, berusaha menetepkan tujuan strategi
hasil untuk mendukung perubahan: menciptakan struktur kinerja baru dan mengetahui keahlian yang diperlukan, mengembangkan kurkulum pelatihan dan mengadakan pelatihan

  1. Krisis

Ex: perubahan haluan organisasi yang tinggi, perampingan
hasil untuk mendukung perubahan: mengenali stakeholder dan menyampaikan yang terjadi

Empat Komponen Utama Perubahan
  1. Manajemen Program

Merencanakan untuk bergerak organisasi “dari yang ada” menuju posisi “yang seharusnya” diinginkan.

  1. Proyek enablement

Produk penting yang dikembangkan yang memberikan pengetahuan, keahlian, peralatan, kerangka kerja, & dukungan bagi individu & organisasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan sukses

  1. Kepemimpinan eksekutif

Dukungan perusahaan oleh eksekutif utama, menggambarkan komitmen manajemen organisasi secara keseluruhan dalam usaha perubahan

  1. Kepemilikan bisnis

Kepemilikan & komitmen menuju perubahan dialami oleh semua individu dalam organisasi

Demikian, semoga point-point singkat ini dapat bermanfaat.

_______________________________

mutupendidikan.com

Pelatihan & Pendampingan

Komitmen PPEPP dalam SPMI

Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI

“Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI”


Tips Sukses SPMI #2:

“Hormatilah Komitmen Anda”


Dalam membangun SPMI yang handal, salah satu persyaratan utama adalah komitmen dari segenap jajaran manajemen. Apakah mereka berkomitmen untuk meningkatkan standar SNP secara terus menerus atau tidak? Apakah mereka berkomitmen menjalankan manual PPEPP secara benar dan terus menerus?

Cara Anda menangani komitmen yang Anda buat “bercerita banyak” tentang prioritas Anda. Pepatah lama mengatakan “Kekuasaan didefinisikan sebagai siapa yang membuat siapa menunggu” yang didasarkan pada fakta bahwa seseorang yang terlambat untuk suatu kencan atau janji bertemu (appointment), mengandaikan dia lebih penting daripada orang yang menunggu. Mengapa orang selalu datang terlambat 10 menit setelah waktu yang ditetapkan? Orang yang datang terlambat mengandaikan bahwa apa pun yang mereka lakukan, yang menyebabkan mereka terlambat itu jauh lebih penting daripada apa pun yang dilakukan orang-orang lain, walaupun mereka juga harus menghentikan pekerjaan itu karena harus memenuhi appointment.

Baca juga: Key Performance Indicator (KPI)

Jika Anda sering terlambat untuk sebuah appointment, coba pikirkan, mengapa. Kebanyakan orang yang secara kronis terlambat menyalahkan situasi: “lalu lintasnya macet,” atau “saya lama berbicara di telepon dengan orang dari pembelian itu lagi” namun faktanya mereka terlambat karena tepat waktu bukan merupakan prioritas mereka.

Ada dua jenis komitmen: komitmen yang “jelas dan komitmen yang “samar-samar”. Komitmen yang jelas adalah janji-janji verbal atau tertulis yang dipahami dan disepakati oleh kedua pijak untuk ditepati, seperti kontrak pekerjaan, undang-undang pemerintah dan ikrar pernikahan.

Komitmen yang samar-samar adalah komitmen budaya dan organisasional yang Anda harapkan untuk “sekedar tau” dan taat. Sebagai contoh, ada perilaku tertentu yang diharapkan karyawan terhadap penyelia, pria terhadap wanita (dan sebaliknya), dan dari anak-anak pada fungsi-fungsi sosial dewasa.

Banyak orang mengalami kesulitan untuk menjaga komitmen yang samar-samar. Dalam banyak contoh standar yang diharapkan ini tidak sejalan dengan nilai-nilai personal mereka. Dalam beberapa masyarakat, orang mungkin memiliki kebebasan untuk tidak menjaga komitmen samar-samar (tapi mereka masih harus menderita konsekuensi sosial).

Komitmen yang jelas adalah cerita lain lagi. Ia merupakan imperatif agar Anda mengetahui dan menjaga komitmen yang didefinisikan secara jelas, yang Anda buat untuk organisasi Anda dan untuk anggota tim Anda. Jika Anda tidak membuat komitmen dalam kepercayaan yang baik, lebih baik untuk tidak membuatnya sejak awal daripada kemudian melanggarnya.

Baca juga: Tolong menolong, Kerjasama & Bersinergi dalam SPMI

Perhatikan komitmen jelas (clear commitments) Anda. Apakah Anda melakukan apa yang Anda komit karena menghargai waktu dan usaha dari orang lain pada tim Anda? Atau apakah Anda memiliki agenda pribadi yang membuat Anda terus-menerus secara konstan meminta maaf, karena terlambat datang pada waktunya atau tidak menyelesaikan bagian proyek Anda?

DAFTAR PERIKSA KOMITMEN ANDA:
  1. Jika Anda punya kesulitan untuk menjaga kesepakatan Anda yang didefinisikan secara jelas, apa yang dapat Anda lakukan untuk mengubahnya?
  2. Bagaimana dengan orang lain pada tima Anda? Daftarkan komitmen-komitmen jelas (clear commitments) yang sering dilanggar oleh salah satu atau lebih anggota Anda.

Gunakan proses tiga langkah untuk membantu menjamin pemahaman dan kerjasama dalam memenuhi komitmen.

  1. Buatlah semua komitmen menjadi jelas – tuliskan.
  2. Mintalah setiap anggota tim untuk menyepakati komitmen secara pribadi, mintalah tanda tangan.
  3. Tindak lanjuti satu komitmen yang dilanggar dengan mengakuinya dan meminta orang yang bertanggung jawab untuk menemukan cara menghindari agar tidak terjadi lagi, dan sajikan pilihan itu bagi tim. (Perhatikan bahwa ini bukan salah satu aktivitas untuk membebankan kesalahan tapi fokusnya adalah pada menyelesaikan masalah).

Demikian uraian singkat tentang Pentingnya Komitmen Pimpinan bagi Keberhasilan SPMI, semoga bermanfaat.

__________________________________

mutupendidikan.com

Kunjungi: Pendampingan & Pelatihan

Budaya Mutu, SPMI dan Sikap Kerja

Budaya SPMI & Sikap Kerja Produktif

“Budaya SPMI & Sikap Kerja Produktif”


Tips Sukses SPMI #8:

“Akuilah Kesalahan Anda…”

Bolehkah karyawan dalam organisasi melakukan kesalahan dalam kegiatannya? Tentu hal ini menarik untuk dikaji. Kita tahu bahwa semua orang tentu pernah membuat kesalahan, hal ini merupakan kewajaran. Fenomena yang sering dijumpai adalah banyak karyawan yang takut membuat kesalahan. Mereka takut menjadi gunjingan teman-temannya, mereka takut mendapat hukuman, mereka takut diberhentikan sebagai pegawai. Sehatkah ini?

Adakah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam kehidupannya? Tentu saja tidak. Setiap orang sejak kecil melakukan kesalahan dan terus berproses sampai mereka dewasa. Mereka belajar dari kesalahan tersebut.

Dalam organisasi, tentu saja proses itu terus berlangsung. Pimpinan Institusi Pendidikan, perlu memberi toleransi pada bawahan untuk melakukan kesalahan dalam  pekerjaan. Pegawai sulit akan bisa berkembang apabila tidak ada ruang gerak untuk mencoba, berkreasi dan belajar. Pegawai akan sulit untuk bisa berkembang apabila mereka dirasuki perasaan takut melakukan kesalahan.

Baca juga: Employee Engagement dalam Organisasi Pendidikan

Apabila organisasi ingin budaya mutu & Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) berjalan baik, tentu prinsip-prinsip Total Quality Management perlu terus-menerus dikembangkan.

Salah satu dari 14 point Deming:

Keluarlah dari ketakutan. Banyak karyawan takut untuk mengajukan pertanyaan, bahkan ketika mereka tidak memahami apa pekerjaan mereka, atau apa yang benar, atau apa yang salah. Mereka takut bertanya karena tidak ada ruang komunikasi yang nyaman bagi mereka.

Apa akibatnya, karyawan akan terus melakukan segala sesuatu dengan cara yang salah, atau mereka menjadi pasif tidak melakukannya sama sekali. Kerugian ekonomi dan produktifitas dari ketakutan ini sangat besar. Organisasi tidak dapat berkembang dengan baik, sinergi tidak diperoleh, biaya pengelolaan SDM menjadi besar.

“Untuk memastikan mutu dan produktivitas yang lebih baik, karyawan harus merasa nyaman dan aman”.

DAFTAR PERIKSA APAKAH ANDA SIAP PENGAKUAN KESALAHAN

  • Apakah Anda pernah merasa perlu “menutupi” satu kesalahan yang Anda lakukan pada pekerjaan Anda, karena takut akan konsekuensinya?
  • Bagaimana mengubahnya?
  • Sebutkan beberapa manfaat yang di dapatkan, karena Anda mampu mengakui kesalahan?

Demikian, semoga uraian singkat tentang Budaya SPMI & Sikap Kerja Produktif, ini bermanfaat.

Salam hormat,

admin,

mutupendidikan.com

Workshop, Training, Pelatihan & Pendampingan


Hubungi Customer Service Kami untuk info:

“Pelatihan Memangun Budaya Mutu & SPMI”

Kepemimpinan, budaya mutu & manajemen SPMI

Kepemimpinan, budaya mutu & manajemen SPMI


Tips Sukses SPMI #5:

“Pimpinlah! bila diperlukan seorang Pemimpin…”


Implemantasi SPMI memerlukan figure pemimpin yang dapat memandu kelompok (unit kerja) dengan baik. Lembaga Pendidikan (Perguruan Tinggi/ Sekolah/ Madrasah) diharapkan dapat melaksanakan SPMI dengan baik sehingga mempu menjadi lembaga pendidikan yang terakreditasi unggul.

Apakah siap bila mendengar bahwa Anda mendapat tugas/amanah baru menjadi bagian dari tim di unit kerja baru? Apakah Anda menyadari bahwa konsensus akan menjadi metode pengambilan keputusan, dan selanjurnya bahwa “kepemimpinan” adalah proritas tinggi dalam Manajemen SPMI? Siapkah Anda memimpin tim Anda?

Mengapa dibutuhkan pemimpin, bukankah setiap orang dalam tim itu memiliki suara yang sama dan semua keputusan akan diambil sebagai kelompok? Jawabannya terletak dalam definisi kata “pemimpin”. Seorang pemimpin pada standar TQM adalah orang yang “memandu kelompok”. Ini tidak berarti “mengatur kerjaan kelompok” atau “mendikte kelompok”.

Seorang pemimpin dapat menjadi seorang anggota kelompok yang memiliki pengalaman pribadi atau keahlian teknis dalam bidangnya. Sebagai contoh, andaikan tim Anda diputuskan untuk mempublikasikan satu laporan berkala dua-bulanan, untuk mengkomunikasikan apa yang terjadi dalam departemen Anda kepada anggota lain dari institusi Anda. Salah satu dari anggota tim Anda cakap dalam dekstop publishing dan berharap ada “peran kepemimpinan yang memandu dalam membuat laporan berkala itu agar siap dicetak. Anggota tim lain memiliki ide-ide dan akan membantu membuat laporan berkala itu siap, tetapi orang yang mempunyai keahlian akan “memandu” kelompok melalui keputusan-keputusan yang perlu dilakukan menyangkut tata letak, dan selanjutnya barangkali akan bertanggung jawab untuk mengawasi bahwa itu sudah dilakukan dengan benar.

Inisiatif dan kesiapan untuk memimpin sangat diperlukan dalam pelaksanaan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal). SPMI tidak akan dapat berjalan baik bila tidak didukung Leadership yang kokoh. Ketrampilan untuk memandu anggota tim lain untuk bersama-sama mencapai target-target standar Dikti yang telah ditetapkan.

Ketrampilan Kepemimpinan dapat dilatih dan dikembangkan. Seorang pemimpin yang baik diharapkan memiliki lima karakteristik penting yakni:

  1. Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik, pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat. Mampu mengkomunikasikan target dan standar-standar SPMI dengan baik dan benar.
  2. Memiliki pengaruh positif, pemimpin yang baik memiliki pengaruh dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Mampu menggerakkan dan memberi motivasi agar mampu melampaui target dan standar pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan.
  3. Memiliki tanggung jawab seimbang, keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Memahami manual PPEPP dalam mengembangkan dan meningkatkan Standar SPMI.
  4. Model peranan yang positif, peranan disini adalah tanggung jawab, perilaku, atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Menjadi role model dalam kelompoknya. Menjadi teladan dan panutan.
  5. Memiliki kemampuan untuk meyakinkan (mempersuasi) orang lain, pemimpin sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut. Menetapkan metode dan cara-cara yang tepat dalam mencapai target standar mutu yang telah ditetapkan.

Praktek Latihan:

APAKAH ANDA SIAP MEMIMPIN?
  • Pikirkan tentang keahlian atau pengalaman yang Anda bawa ke dalam tim. Tuliskan satu atau dua bidang atau situasi di mana Anda dapat memimpin.
  • Bagaimana tim Anda menyeleksi orang untuk mengandaikan peran kepemimpinan pada satu proyek?

Demikan, semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat…Aamiin Yaa Rabb.

Salam Mutu,

Admin

Mutupendidikan.com


Hubungi Customer Service Kami untuk:

Pelatihan/ workshop Kepemimpinan & Budaya Mutu SPMI


 

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami