• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Author Archive admin

Mutu dan proses Benchmarking Lembaga Pendidikan

Benchmarking Mutu Pendidikan

Benchmarking Mutu Pendidikan

Tujuan utama dari Benchmarking adalah untuk mengenal dan mengevaluasi proses ataupun produk saat ini sehingga menemukan cara-cara atau  “Praktek Terbaik” untuk meningkatkan proses maupun kualitas produk.

Benchmarking dapat dilakukan untuk produk,  proses produksi, jasa maupun sistem dalam suatu organisasi/perusahaan.

Benchmarking dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan “Tolok Ukur” atau “Patokan”. Benchmarking adalah proses mengidentifikasikan “Best Practice” terhadap suatu produk/jasa dan proses produksinya hingga produk tersebut dikonsumsi.

Baca juga: SPMI dan Kegagalan Benchmarking

Benchmarking memberikan gambaran yang diperlukan untuk membantu manajemen dalam memahami proses dan produknya baik dengan cara membandingkannya dengan Industri yang sejenis maupun dengan industri-industri yang lain.

Proses Benchmarking

Proses Benchmarking adalah proses yang mencoba melihat/mempelajari faktor luar (produk lain, organisasi lain, sistem lain) untuk mengetahui bagaimana pihak lain mencapai tingkat kinerja dan memahami proses-proses kerja yang mereka gunakan.

Benchmarking dapat menjelaskan apa yang terjadi dibalik keberhasilan/ kinerja baik proses ataupun produk yang dibandingkan. Apabila diimplementasikan dengan benar, Benchmarking dapat membantu suatu organisasi/lembaga untuk meningkatkan prestasi/ kinerja organisasinya maupunpun proses-proses didalamnya.

Jenis Benchmarking

Benchmarking dapat dilakukan kedalam organisasi (secara Internal), yang dilakukan adalah membandingkan kinerja beberapa kelompok atau tim di dalam Organisasi.

Sedangkan Benchmarking eksternal adalah membandingkan kinerja suatu organisasi dengan organisasi lainnya atau antar Industri. Benchmarking dapat pula dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :

  • Strategic Benchmarking, adalah Benchmarking yang mencoba mengamati bagaimana orang atau organisasi lain mengungguli persaingannya.
  • Product Benchmarking, adalah yaitu Benchmarking yang membandingkan produk atau layanan pesaing dengan produk sendiri untuk mengetahui letak kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) produknya.
  • Process Benchmarking, adalah Benchmarking yang membandingkan proses-proses kerja.
  • Functional Benchmarking, adalah Benchmarking yang melakukan perbandingan pada Fungsional kerja tertentu untuk meningkatkan operasional pada fungsional tersebut.
  • Financial Benchmarking, adalah Benchmarking yang membandingkan kekuatan finansial untuk mengetahui daya saingnya.
  • Performance Benchmarking, adalah Benchmarking yang membandingkan kinerja pada produk atau jasa.

Tahapan Benchmarking:

  • Memahami secara detail proses produksi atau produk saat ini.
  • Menganalisis/ mempelajari proses produksi atau produk lainnya yang berkinerja baik.
  • Membandingkan proses produksi atau produk sendiri dengan proses produksi atau produk yang berkinerja baik.
  • Menerapkan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk memcontoh/ mendekati proses produksi ataupun produk yang berkinerja baik tersebut.

Baca juga: Pengendalian Proses Statistik

Benchmarking Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan, baik pendidikan tinggi, sekolah dan madrasah, juga sangat dianjurkan untuk melakukan proses benchmarking. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kegiatan benchmark perlu diselenggarakan sebagai salah satu program Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).

Dalam lingkungan yang semakin disrupsi saat ini, lembaga pendidikan tidak boleh cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dihasilkan selama ini. Lengah sedikit, maka akan ketinggalan dalam memberikan layanan terbaik untuk stakeholdernya.

Dengan mengimplementasikan proses benchmarking, manajemen akan memperoleh bahan-bahan yang valid untuk pengambilan keputusan untuk melakukan continuous improvement.

Pakar Benchmarking, Robert Camp dalam bukunya, mengemukakan Metodologi Benchmarking yang terdiri dari 12 Tahapan, antara lain :

  1. Memilih Subyek Benchmarking, misal benchmarking tentang:
    • Proses belajar mengajar di PT lain.
    • Proses Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.
    • Proses Penerimaan Mahasiswa baru
    • Proses Layanan Perpustakaan
    • Proses layanan Perpustakaan online
    • Kuliah jarak jauh (distance learning)
    • Proses pengelolaan keuangan
    • Proses kerjasama luar negeri dll
  2. Menentukan Proses-proses yang akan di teliti
  3. Mengidentifikasikan Mitra/partner yang berpotensi untuk dibandingkan
  4. Mengidentifikasikan sumber-sumber data
  5. Mengumpulkan data-data
  6. Menentukan kesenjangannya yang terjadi
  7. Menetapkan perbedaan proses
  8. Target kinerja yang diharapkan
  9. Melakukan Komunikasi dengan berbagi pihak terkait
  10. Penetapkan Tujuan
  11. Menerapkan/ implementasi
  12. Meninjau ulang dan penyesuaian ulang

Baca juga: Kunjungan Bisnis & Pendidikan ke Jepang

Pertanyaan Diskusi:
  1. Sejauh mana lembaga pendidikan perlu melakukan kegiatan Benchmarking?
  2. Proses-Proses apa saja yang menurut saudara perlu dilakukan bencmarking?
  3. Apa saja kendala yang mungkin dihadapi ketika melakukan Benchmarking lembaga pendidikan?

Untuk memahami lebih dalam tentang metodologi Benchmarking, berikut dapat di unduh/ download ppt materi berikut ini:

Klik Link dibawah ini:

Demikian uraian singkat tentang Benchmarking Mutu Pendidikan, semoga bermanfaat dan berkah selalu.

______________________________

IG: @mutupendidikan

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

Mutu Pendidikan dan Manajemen konflik

SPMI & Manajemen Konflik

“Mengelola SPMI & Manajemen Konflik”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

mutupendidikan.com – Setiap lembaga pendidikan selalu memiliki tujuan, proses-proses dan sumber daya. Dalam mengelola 3 hal tersebut seringkali manajemen dihadapkan dengan situasi konflik yang menuntut untuk diselesaikan secara konstruktif, baik itu konflik antar individu, antar kelompok, maupun antar organisasi.


Power Point (PDF):

Mengelola SPMI & Manajemen Konflik

IG: @mutupendidikan


SPMI & Manajemen Konflik

Lembaga pendidikan yang mengembangkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) tentu saja berpotensi menghadapi situasi konflik yang tidak nyaman.

Contoh Konflik SPMI
  • Konflik dalam penetapan Visi & Misi Organisasi
  • Konflik dalam penetapan standar SPMI
  • Konflik dapam pencapaian indikator Standar SPMI
  • Konflik dalam implementasi manual PPEPP
  • Konflik dalam menetapkan status temuan Audit Mutu Internal
  • Konflik dalam pelaksanaan SOP & Instruksi kerja
  • Konflik dalam mencari akar masalah disaat Tinjauan Manajemen
  • Konflik dalam pengelolaan formulir & arsip SPMI dll.

Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah harus mengembangkan teknik-teknik manajemen konflik yang fungsional sehingga konflik tersebut dapat diselesaikan secara kondusif dan mampu mendorong pencapaian sasaran organisasi dengan baik.

Robbins (2006:545) menyatakan konflik sebagai proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi keperdulian pihak pertama.

Manajemen Konflik merupakan hal yang sangat penting dalam implementasi SPMI. Jika konflik dikelola secara sistematis dapat berdampak positif yaitu, memperkuat hubungan kerja sama, meningkatkan kepercayaan dan harga diri, mempertinggi kreativitas dan produktivitas, dan meningkatkan kepuasan kerja.

Baca Juga: Politik & Konflik Organisasi

Tujuan manajemen konflik adalah untuk mencapai kinerja yang optimal dengan cara memelihara konflik tetap fungsional dan meminimalkan akibat konflik yang merugikan. Mengingat kegagalan dalam mengelola konflik dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi, maka pemilihan teknik pengendalian konflik perlu menjadi perhatian pimpinan organisasi.

Manajemen Konflik

Mengelola konflik berarti kita harus meyakini bahwa konflik memiliki peran dalam rangka pencapaian sasaran secara efektif & efisien. Mengelola konflik perlu skala prioritas, agar tidak menimbulkan kekacauan dalam koordinasi & integrasi antar fungsi/divisi dalam organisasi

3 Hal pokok dalam konflik

3 hal pokok yang perlu di perhatikan dalam manajemen konflik adalah:

  1. KONFLIK berkaitan dengan PERILAKU terbuka, bisa muncul karena adanya ketidaksetujuan antar individu & kelompok yang dibiarkan memuncak.
  2. KONFLIK muncul karena ada 2 PERSEPSI yang berbeda
  3. ADANYA PERILAKU yg dilakukan secara sadar oleh salah satu pihak UNTUK MENGHALANGI tujuan fihak lain
4 strategi penyelesaian konflik

4 Strategi yang dapat dilakukan dalam mengelola konflik adalah Menghindar, Memperhalus, Memaksa dan Berkolaborasi. Pengertian masing-masing adalah sebagai berikut:

  1. Menghindar (Denial) : menarik diri secara fisik dan mental dari konflik yang terjadi
  2. Memperhalus (smoothing) : mengakomodasikan kepentingan pihak lain
  3. Memaksa (fight) : menggunakan taktik kekuasaan untuk memenangkan konflik
  4. Kolaborasi : menghadapi konflik secara langsung dan menyelesaikannya dengan cara memuaskan semua pihak.

Untuk penjelasan bahan dalam bentuk Power Point (PDF) silahkan diunduh file slideshare diatas.

Pertanyaan Penutup
  1. Bagaimana dampak kegagalan manajemen konflik terhadap program implementasi SPMI?
  2. Bagaimana peran Rektor / Kepala Sekolah dalam mengelola Konflik dalam organisasi pendidikan?

Demikian, semoga materi singkat ini bermanfaat.

_______________________________

mutupendidikan.com

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

Pelatihan komunikasi dan Membangun Budaya Mutu

Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu

“Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Keberhasilan implementasi SPMI pada lembaga pendidikan di Perguruan Tinggi, Madrasah dan sekolah-sekolah tentu saja terletak pada keberhasilan “proses komunikasi” yang terjadi dalam organisasi, baik dalam bentuk komunikasi antar individu, antar kelompok maupun antar organisasi.

Kegagalan pencapaian standar SPMI, sangat besar dipengaruhi karena kegagalan lembaga dalam membangun proses komunikasi yang efektif.

______________________

Power Point (PDF):

Komunikasi & Keberhasilan SPMI

IG: @mutupendidikan

______________________

Komunikasi merupakan pondasi penting dari “rumah” Total Quality Management / SPMI, Dengan ketrampilan komunikasi, koordinasi antar individu dalam organisasi akan berjalan dengan baik dan  sinergi untuk mencapai sasaran SPMI/ TQM akan dapat dicapai.

Dalam lembaga pendidikan yang menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), ketrampilan komunikasi tentu merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan.

Dalam mewujudkan indikator standar SPMI tentu memerlukan ketrampilan dalam melaksanakan manual PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, Peningkatan). Pelaksanaan PPEPP, tentu tidak dapat berjalan optimal tanpa didukung ketrampilan komunikasi yang efektif.

Pengertian Komunikasi

Proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain

Pengertian Budaya Mutu

Budaya mutu adalah sistem nilai organisasi yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk keberlangsungan perbaikan mutu yang berkesinambungan. Budaya mutu terdiri dari nilai-nilai, tradisi, prosedur dan harapan tentang promosi mutu.

SPMI & Peran Komunikasi

Inti keberhasilan SPMI terletak pada komunikasi yang efektif. Komunikasi berperan menjadi urat nadi merekat dalam “rumah” SPMI

Pendekatan Komunikasi TQM / SPMI
  • Open communications
  • Empowerment
  • Prevention
  • External focus on customer
  • Continuous improvement
  • Co-operative relations
  • Solving problems at their roots
Sasaran Komunikasi
  • Pemahaman Penerima Informasi
  • Respon dari Penerima Informasi
  • Terjalin hubungan yang baik antar pihak-pihak
  • “Goodwill” organisasi
Bentuk Komunikasi Organisasi
  • Komunikasi Internal
    • Komunikasi Vertikal
    • Komunikasi Horisontal
    • Komunikasi jaringan (network)
    • Komunikasi formal
    • Komunikasi informal
    • Komunikasi Serial
  • Komunikasi Eksternal
Pentingnya Komunikasi Antar Pribadi
  1. Komunikasi dengan Mata
  2. Sikap dan Gerak-gerik
  3. Ekspresi muka
  4. Pakaian/Penampilan
  5. Suara/Variasi vokal
  6. Bahasa/bukan kata-kata
  7. Keterlibatan Pendengar
  8. Humor
  9. Diri sendiri yang alamiah
Pertanyaan Penutup:
  1. Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) akan berjalan baik bila ditunjung dengan iklim komunikasi yang kondusif. Setujukah Anda dengan pernyataan diatas?
  2. Apakah SPMI dan Sistem Komunikasi di Lembaga Anda telah berjalan dengan baik?
  3. Langkap-langkah apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses komunikasi?

Baca juga: TQM & Komunikasi yang Efektif

Bagaimana bentuk detail proses komunikasi dalam organisasi? Bagaimana memahami unsur-unsur penting proses komunikasi beserta upaya peningkatannya? Untuk lebih jelasnya silahkan di unduh file power point (PDF) pada tautan diatas.

Demikian uraian singkat tentang Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu, semoga bermanfaat.

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

______________________

mutupendidikan.com

Explore: Training & Development

TQM SPMI & Budaya Mutu

Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi

“Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi untuk SPMI”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Total Quality Management (TQM) adalah upaya komprehensip dan berkesinambungan untuk memenuhi / memuaskan kebutuhan Stakeholder.

____________________________

Power Point (PDF):

TQM, Sejarah & Pendidikan

IG: @mutupendidikan

____________________________

Karakteristik dari Total Quality Management
  • Fokus pada pemenuhan kebutuhan pelanggan
  • Target bersama jelas bagi semua
  • Keputusan berbasis pendekatan ilmiah
  • Komitmen untuk keberhasilan jangka panjang
  • Melibatkan semua unsur organisasi
  • Cek ricek secara bersinambung
  • Melaksanakan diklat & Lokakarya rutin
  • Kebebasan yg terkendali untuk ide baru, transparan.
Sejarah Perkembangan TQM

Sekilas perkembangan manajemen mutu:

  • Pertengahan 1970 kualitas produk Jepang mulai berkembang & mengalahkan produk Amerika.
  • Tahun 1980-an pangsa pasar produk Amerika menurun tajam
  • Pilihan generasi muda Amerika lebih pada program studi MBA, sementara sebagian besar mahasiswa Prodi Teknik di Amerika berasal dari mahasiswa asing.
  • Amerika lebih fokus mengiklankan produknya, sementara pesaingnya lebih fokus pada perbaikan kualitas produk.
  • Fakta yang terjadi dilapangan: Kunci memenangkan persaingan adalah kualitas.
Pengalaman Jepang
  • Selesai PD II Produk Jepang kalah kualitas, namun harga produk Jepang lebih murah dibandingkan dg produk Amerika.
  • Amerika berusaha menekan harga, dan Jepang menyadari bahwa kunci persaingan sesungguhnya adalah kualitas.
  • Dunia barat fokus pada penekanan biaya produksi, Jepang fokus menaikkan mutu.
  • Fokus Jepang pada perbaikan sdm, proses, dan fasilitas. Kegiatan inti; pelatihan, pendidikan, penterjemahan buku, melibatkan semua tenaga kerja dalam perbaikan kualitas.
Falsafah TQM
  1. Sebagian besar teori dan teknik manajemennya berasal dari ilmu ilmu sosial; teknik manajemen keuangan (ekonomi), pemasaran (psikologi), desain organisasi (sosiologi), dan dasar teoritis TQM sendiri adalah statistika yaitu sampling dan analisis varian.
  2. Sumber pengembangan dan inovasinya sebagian besar dihasilkan oleh para pemikir yg berasal dari pekerja industri/ pemerintah sedangkan manajemen lain bersumber dari sekolah bisnis dan konsultan manajemen.
  3. Sebagian besar perkembangan ilmu dalam bidang manajemen keuangan, pemasaran, strategik, dan desain organisasi berasal dari AS kemudian menyebar keberbagai penjuru dunia. Adapun TQM memang berasal dari AS tetapi lebih banyak dikembangkan di Jepang terus ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi perkembangan ilmu TQM merupakan kombinasi keterampilan tehnik dan analisis Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, dan tradisi serta integritas Eropah dan Asia.
  4. Penyebaran/desiminasi manajemen lainnya bersifat top-down, sementara TQM bersifat bottom-up. Bahkan penggerak utamanya adalah para manajer departemen/divisi.
Mengapa TQM bisa gagal ?
  • TQM menuntut perbaikan pada sistem nilai dan budaya yg telah dianut bertahun tahun dari sistem manajemen yang lama.
  • TQM bukan obat mujarab melainkan suatu pendekatan baru yg membutuhkan komitmen jangka panjang, kebulatan tekat bersama, dan didukung oleh upaya upaya pelatihan yg khusus.
  • Intinya, komitmen yg kuat dan konsistensi.
Pertanyaan diskusi?
  1. Apakah prinsip-prinsip TQM dapat diterapkan pada lembaga pendidikan?
  2. Apakah ada kesamaan SPMI (sistem Penjaminan Mutu Internal) dengan manajemen TQM?
  3. Apakah kesalahan umum penerapan TQM pada lembaga pendidikan?

Untuk informasi yang lebih jelas tentang TQM dan tantangannya di dunia pendidikan, berikut dapat diunduh file power point pada tautan diatas.

Demikian uraian singkat tentang Sejarah TQM, Budaya Mutu & Implementasi untuk SPMI. semoga bermanfaat.

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

_____________________________

mutupendidikan.com

Explore: Training & Development

Komunikasi

TQM & Komunikasi yang Efektif

“TQM & Komunikasi yang Efektif”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sejak usia bayi, manusia telah diberi Allah S.W.T. kemampuan alami untuk berkomunikasi. Bayi berkomunikasi melalui beberapa cara seperti tangisan, celoteh serta ekspresi wajah.

Komunikasi merupakan “bakat” manusia yang dimiliki secara alami, itulah sebabnya banyak kalangan yang menganggap komunikasi adalah sesuatu yang semua orang bisa melakukan dan tidak perlu dipelajari.

______________________________________

Power Point (PDF):

Komunikasi Yang Efektif

______________________________________

Namun fakta menjelaskan, komunikasi merupakan proses yang sangat kompleks. Banyak hal yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu komunikasi. Hal ini terjadi karena komunikasi tidak melibatkan satu individu, namun juga melibatkan individu-individu lain dengan sifat dan latar belakang situasi yang berbeda beda.

Satu hal yang sering membuat banyak orang berselisih paham (konflik) adalah karena kurangnya ketrampilan komunikasi (communication skills).

Komunikasi sering kali menjadi hal yang dianggap remeh, padahal kesalahan dalam komunikasi dapat menimbulkan problem/konflik yang mengganggu dalam hubungan dua orang atau lebih.

Pemahaman konsep komunikasi yang paling sederhana adalah proses penyampaian pesan (message) dari komunikator kepada penerima pesan (komunikan). Proses ini dapat menghasilkan umpan balik (feedback) dari komunikan sehingga komunikasi dapat berlangsung secara dua arah (two way) antara komunikator dan komunikan.

Setiap individu dapat berkomunikasi dengan gaya dan caranya masing-masing, tetapi tidak semua individu mampu berkomunikasi secara efektif (tepat guna).

Nah, sekarang apa yang dimaksud dengan komunikasi yang efektif? Komunikasi yang efektif (tetap guna) dapat diartikan sebagai komunikasi yang dapat menghasilkan perubahan sikap pada orang lain. Perubahan sikap ini (attitude change),  biasanya terlihat pada saat proses komunikasi berlangsung, maupun pada saat setelah proses komunikasi berlangsung (pasca komunikasi).

Komunikasi yang efektif biasanya memiliki tujuan (goals) untuk memudahkan orang lain dalam memahami isi atau pesan yang disampaikan oleh komunikator (pemberi pesan).

Komunikasi yang efektif juga bertujuan agar  informasi/pesan yang disampaikan dapat menghasilkan umpan balik (feedback) dari si penerima pesan (komunikan). Karena faktor-faktor itulah, maka proses komunikasi yang efektif harus dilakukan dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak ambigu / dapat dipahami oleh orang lain.

Demikian juga dalam lembaga pendidikan yang mengembangkan Total Quality Management (TQM). Implementasi TQM diwujudkan dalam bentuk Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).  Organisasi pendidikan yang menerapkan SPMI, wajib pula memperbaiki kualitas komunikasi dalam organisasi mereka. Semua saluran komunikasi organisasi arus terkelola dengan baik.

Agar Implementasi SPMI dapat berjalan baik, komunikasi organisasi yang perlu diperbaiki dapat berbentuk komunikasi atasan dan bawahan (komunikasi vertikal), komunikasi antar sejawat (komunikasi horizontal) dan komunikasi diagonal/silang.

Baca juga: Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu

Demikian uraian singkat tentang TQM & Komunikasi yang Efektif. Penjelasan dalam bentuk Power Point (PDF) dapat diunduh pada tautan diatas. Semoga bermanfaat.

_____________________________________

mutupendidikan.com

Follow Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Budaya Mutu Perguruan Tinggi Unggul

Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi

“Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Untuk mewujudkan Budaya Mutu Perguruan Tinggi, ada 5 aspek budaya yang harus dibangun. Kelima aspek budaya mutu tersebut meliputi:

1. Quality first

Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus memprioritaskan mutu. Mutu harus menjadi utama dan nomor satu. Kepuasan pelanggan internal dan pelanggan eksternal menjadi prioritas. Standar SPMI disusun dalam rangka untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.

2. Stakeholder- in

Semua pikiran dan tindakan dari semua elemen-elemen didalam organisasi Perguruan Tinggi harus ditujukan pada kepuasan stakeholders. Targetnya agar Stakeholders menjadi senang dan gembira atas layanan yang diberikan organisasi pendidikan.

3. The next process is our stakeholders

Setiap orang yang melaksanakan tugas dalam organisasi Perguruan Tinggi harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholdernya yang harus dipuaskan. Stakeholder atau customer ada yang dari eksternal dan ada yang dari internal. Melalui pemetaan proses bisnis, akan diketahui stakeholder mana saja yang harus dipenuhi harapan dan kebutuhannya.

4. Speak with data

Setiap orang pelaksana didalam organisasi Perguruan Tinggi harus melakukan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa. Pengambilan keputusan dengan data yang valid dan reliabel tentu akan lebih sesuai dengan kondisi di lapangan. Dalam implementasi budaya mutu, dapat mengunakan total quality tools untuk pengambilan keputusan. Penjelasan total quality tools dapat di klik pada tautan dibawah ini.

Baca juga: Mengenal Total Quality Tools

5. Upstream management

Semua pengambilan keputusan di dalam Organisasi Perguruan Tinggi dilakukan secara partisipatif, bukan otoritatif. Gaya kepemimpinan partisipatif dan demokratif lebih cocok diterapkan dalam lembaga pendidikan. Pimpinan lembaga pendidikan juga harus mampu untuk melakukan program pemberdayaan karyawan. Karyawan yang memperoleh pemberdayaan akan lebih kreatif dan termotivasi untuk bekerja dengan maksimal.

Baca juga: Pemberdayaan Karyawan & Sistem Manajemen Mutu

Mampukah kita berkomitmen membangun ke 5 aspek budaya diatas? Tentu hanya waktulah yang akan membuktikan. Lembaga pendidikan harus menerapkan 5 aspek budaya mutu diatas dalam suatu sistem mutu yang dikenal dengan SPMI ( Sistem Penjaminan Mutu Internal).

Demikian sekilas informasi tentang Membangun Budaya Mutu Pendidikan Tinggi. Semoga bermanfaat.

_________________________

mutupendidikan.com

Follow Instagram: @mutupendidikan

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

Tes Psikologi bagi Layanan BK

Tes Psikologi bagi Layanan BK

“Manfaat Tes Psikologi bagi Layanan BK”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

_______________________________

Follow Instagram: @mutupendidikan

_______________________________

Selamat pagi dan salam mutu pendidikan…

Dalam kesempatan ini, tim mutupendidikan.com akan sedikit menguraikan  beberapa fungsi dan manfaat tes psikologis bagi layanan bimbingan & konseling (BK). Manfaat-manfaat psikotes tersebut diantaranya:

Untuk Mengetahui kecerdasan

Setiap siswa tentu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu agar bisa terlihat seberapa besar kecerdasan yangdimiliki oleh siswa-siswi tersebut, dapat dilakukan tes yang nantinya akan terlihat dari hasil perhitungan yang dilakukan tim psikolog.

Untuk Mengetahui Bakat

Setiap siswa tentu memiliki bakat dan minat yangberbeda-beda. Untuk melihat dan mengetahui bakat apa saja yang dimiliki oleh siswa, biasanya diketahui melalui tes-tes psikologi yang dilakukan. Dengan mengetahui minat dan bakat siswa sejak dini, para guru akan mudah mengarahkan pada kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan “passion” masing-masing siswa.

Tautan Penting: Klasifikasi jenis-jenis psikotes

Untuk mengetahui kepribadian

Tes kepribadian umumnya memiliki tujuan untuk  dapat melihat  kecenderungan kepribadian seseorang. Metode tes psikologi yang digunakan bisa dalam bentuk tes proyektif dan sejenisnya. Dalam tes tersebut dapat dilihat kecenderungan ciri-ciri karakter/ kepribadian yang dimiliki oleh siswa tersebut. Informasi yang valid tentang kepribadian siswa dapat membantu guru untuk memberikan pola bimbingan yang sesuai bagi para siswa.

Untuk penjurusan

Tes Psikologi juga dapat dipergunakan untuk proses penjurusan siswa. Tes yang dilakukan untuk membantu penjurusan bahasa, IPA ataukah IPS bagi setiap siswa. Dengan proses tes yang valid dan reliable, diharapkan setiap siswa akan mendapatkan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.

Untuk seleksi calon anak didik.

Sebelum seorang anak didik masuk diterima ke dalam institusi sekolah atau universitas, sekolah-sekolah tertentu, sering melakukan tes psikologi. Tujuan tes psikologi ini, agar lembaga pendidikan yang bersangkutan dapat menampung siswa-siswi yang sesuai standar kriteria calon siswa.

Untuk pemilihan program studi

Pada beberapa kampus atau sekolah sering dilakukan tes psikologi untuk penjurusan atau pemilihan program studi.  Tujuannya agar siswa / mahasiswa tersebut cocok masuk ke dalam sebuah program studi /jurusan sesuai kriteria tertentu.  Salah dalam memilih jurusan atau program studi tentu akan sangat merugikan siswa, orang tua maupun sekolah/ universitas yang bersangkutan.

Tautan penting: Mengenal jenis-jenis psikotes 

Demikian penjelasan singkat terkait apa saja fungsi tes psikologi bagi kegiatan layanan BK.

Salam sukses, salam dahsyat dan semoga bermanfaat.

______________________________

Layanan Tes Psikologi

______________________________

mutupendidikan.com

Explore: Training & Development

Syarat syarat tes psikologi yang baik

Kriteria Tes Psikologi Yang Baik

“Mengetahui Kriteria Tes Psikologi Yang Baik”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Lembaga pendidikan baik itu perguruan tinggi, sekolah dan madrasah, menggunakan layanan tes psikologi atau psikotes untuk tujuan membantu mengenal segenap potensi, minat, bakat yang dimiliki siswa. Namun apakah serangkai tes yang telah dilakukan tersebut telah dikatakan baik?

Tes psikologi sebagai alat pembanding atau pengukur agar dapat berfungsi dengan baik haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Berikut syarat-syarat yang harus ada dalam kegiatan Psikotes:

  1. Harus mudah digunakan: Syarat tes yang baik harus mudah menggunakannya, walaupun semua syarat yang ada dibawah ini terpenuhi dengan baik, akan tetapi tes apabila penggunaannya sulit dan tidak mudah, maka tes tersebut tetap mempunyai kelemahan. Alat tes dikatakan baik dan bernilai sangat tergantung pada kegunaannya.
  2. Harus terstandar: Standarisasi suatu tes bertujuan agar setiap testi mendapat perlakuan yang benar-benar sama. Mengapa demikian? karena skor/ nilai yang diperoleh hanya mempunyai arti apabila telah dibandingkan satu sama lain. Ada 4 hal penting yang perlu distandarisasikan, meliputi materi tes, metode penyelenggaran tes, scoring hasil tes dan interpretasi hasil.
  3. Harus komprehensif: Artinya tes tersebut dapat sekaligus menyelidiki banyak hal misalnya untuk menyelidiki prestasi individu dalam bahan ujian tertentu, maka tes yang komprehensif akan mampu mengungkapkan pengetahuan testi mengenai hal yang dipelajari, juga hal-hal yang mencegah dorongan berspekulasi.
  4. Harus memenuhi syarat validitas: “Valid” memiliki makna cocok atau sesuai. Suatu tes dapat dikatakan valid, apabila tes tersebut benar-benar mampu mengukur atau memberi gambaran tentang sesuatu yang diukur. Misalnya jika tes itu tes intelegensi individu, maka harus mampu mengukur intelegensi seseorang dan bukan memberikan keterangan tentang minat dan bakat individu yang bersangkutan.
  5. Harus memenuhi syarat reliabel: Reliabel artinya handal atau dapat dipercaya. Suatu tes dapat dipercaya apabila hasil yang diperoleh konstan atau tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti walaupun diadakan tes lebih dari satu kali. Reliabilitas menyangkut persoalan stabilitas dari hasil yang dicapai oleh tes tersebut. Ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap stabilitas hasil sesuatu tes yaitu: testi, tester dan alat pengukur itu sendiri.
  6. Harus objektif: Tes psikologi dikatakan objektif apabila pendapat atau pertimbangan tester tidak ikut berpengaruh dalam hasil testing. Tidak ada bias dalam menetapkan score.
  7. Harus diskriminatif: Suatu tes dapat dikatakan diskriminatif apabila mampu menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan yang kecil dari sifat-sifat tertentu dari individu individu yang berbeda-beda.

Baca juga: 6 Manfaat Tes Psikologi bagi Layanan BK

Demikian uraian singkat tentang Kriteria Tes Psikologi Yang Baik. Semoga bermanfaat.

_____________________________________

Layanan Tes Psikologi

_____________________________________

mutupendidikan.com

Explore: Training & Development

Tes Psikologi untuk minat dan bakat

Tes Psikologi untuk Minat & Bakat

“Mengenal Tes Psikologi untuk Minat & Bakat”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Tes minat & bakat adalah salah satu bagian dari psikotes yang kerap kali dilakukan oleh berbagai Institusi pendidikan. Institusi pendidikan, menggunakan tes ini untuk mengenal dan mengembangkan keseluruhan potensi minat dan bakat siswa. Sesuai dengan sebutannya, tes minat & tes bakat ini bertujuan utama untuk mengungkap/ menelusuri bakat dan juga minat siswa. Tes ini juga dapat melihat beberapa kecenderungan kepribadian dan juga melihat potensi inteligensi siswa.

Berikut akan diuraikan mengapa tes minat & tes bakat itu penting untuk mahasiswa maupun siswa siswi sekolah:

Mengenal diri sendiri (Understanding Self)

Tes minat dan tes bakat membantu siswa siswi sekolah untuk mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Seringkali dijumpai siswa siswi sekolah belum mengenal dengan baik siapa dirinya, apa kelebihannya, apa kelemahannya, apa hobinya, dan apa yang menarik dari dirinya.

Mengenal & Mengembangkan bakat Siswa

Di sekolah-sekolah umumnya terdapat berbagai program ekstra kurikuler. Program ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengasah bakat setiap siswa-siswi di Sekolah. Namun kendalanya, seringkali siswa siswi bingung atau tidak tahu ekskul apa yang cocok untuk diikuti. Celakanya siswa-siswi memilih ekskul bukan berdasarkan bakat yang ada, tetapi karena pengaruh ikut-ikutan teman-teman kelompoknya.  

Disinilah fungsi utama tes minat dan bakat. Melalui tes minat & tes bakat, akan terlihat pola kecenderungan bakat siswa, dan dapat menjadi bahan pertimbangan atau rekomendasi kegiatan ekskul yang sesuai untuk siswa-siswi tersebut.

Membantu Siswa mendapatkan jurusan yang tepat

Dengan tes minat & tes bakat, akan terlihat secara umum seorang siswa memiliki arah peminatan tertentu. Dengan informasi ini, pihak sekolah akan lebih mudah mengelompokkan peminatan siswa-siswi, seperti misalnya apakah siswa-siswi akan diarahkan masuk ke jurusan IPA, IPS, atau jurusan lainnya.

Baca juga: 8 Manfaat Psikotes dalam bidang pendidikan

Memotivasi & Membangun masa depan

Siswa sekolah adalah generasi penerus bangsa masa depan, untuk itu harus dibina dan juga dididik agar bisa menjadi penerus & pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Tes minat dan bakat ini dapat membantu siswa siswi untuk melihat kemampuan dan bakat yang mereka miliki. Kedepan hasil tes minat bakat ini dapat menjadi acuan bagi siswa siswi untuk memilih perguruan tinggi dan jurusan yang tetap sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Demikan beberapa manfaat penting tes psikologi minat dan bakat siswa. Melalui tes minat dan bakat, pihak sekolah, orangtua, dan siswa siswi  akan memiliki pemahaman yang lebih baik dan juga mendalam mengenai minat dan juga bakat yang mereka dimiliki.

Demikian, semoga penjelasan singkat ini dapat bermanfaat.

___________________________________

Layanan Tes Psikologi

___________________________________

mutupendidikan.com

Explore: Training & Development

8 Manfaat Psikotes dalam Bidang Pendidikan

8 Manfaat Psikotes dalam Bidang Pendidikan

“Mengenal 8 Manfaat Psikotes dalam Bidang Pendidikan”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Berbagai manfaat tes psikologi /psikotes memang telah terbukti dirasakan oleh berbagai klien. Psikotes/ tes psikologi bertujuan untuk mengetahui kebiasaan & perilaku siswa / mahasiswa terutama pada saat menghadapi berbagai situasi. Melalui psikotes tertentu, siswa bisa diketahui gambaran karakteristiknya. Walaupun belum bisa secara utuh menggambarkan karakter seseorang, namun tes psikologi sangat membantu untuk memberikan informasi yang penting dan menonjol dari siswa.

_______________________________

Follow Instagram: @mutupendidikan

_______________________________

Dibawah  ini akan diuraikan beberapa manfaat tes psikologi yang bisa menjadi bahan informasi penting, khususnya untuk membantu tim Perguruan Tinggi/ Sekolah dalam memperlancar jalannya proses pendidikan  dan proses belajar mengajar.

Beberapa Manfaat Psikotes (Tes Psikologi):
  1. Memahami Gambaran Umum Karakteristik Siswa. Karakteristik siswa dapat digambarkan dengan menggunakan tes psikologi. Ini juga merupakan salah satu kelebihan tersendiri dari tes psikologi. Gambaran umum seseorang bisa diketahui melalui tes psikologi tertentu dengan mengacu teori-teori psikologi kepribadian.
  2. Memahami Gambaran Umum Kebiasaan Siswa. Psikotes dapat pula digunakan untuk mengetahui gambaran umum kebiasaan siswa. Psikologi itu sendiri sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku seseorang, maka kemudian kebiasaan siswa bisa diidentifikasi melalui beberapa macam tes psikologi. Dengan psikotes dapat pula melihat bagaimana reaksi siswa saat menghadapi permasalahan tertentu.
  3. Mengukur Kemampuan & Potensi Siswa. Potensi dan kemampuan siswa dapat diukur melalui tes psikologi. Dengan tes tertentu dapat diketahui di bagian mana saja siswa lebih unggul dan memiliki potensi. Melalui tes psikologi, siswa dapat diukur minat dan bakat masing-masing.
  4. Menilai Motivasi Siswa. Motivasi siswa pada obyek dan pekerjaan tertentu dapat diukur melalui tes psikologi. Tingkat kemauan siswa yang cenderung berubah-ubah atau stabil dapat disimpulkan melalui beberapa macam tes psikologi.
  5. Manfaat untuk Persiapan Konseling. Sebagai Konselor tentu memerlukan informasi tentang karakteristik siswa. Tes psikologi digunakan untuk mendapatkan data-data tersebut. Hasil dari psikotes akan ditelaah oleh konselor sebagai persiapan dari konseling.
  6. Pemeriksaan Diagnosa Kejiwaan. Psikotes merupakan salah satu bentuk pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada siswa yang mengalami masalah kejiwaan. Beragam tes psikologi diagnostik, dapat dipilih yang paling sesuai. Ini akan sangat berguna sekali terutama untuk menentukan diagnosa kejiwaan yang paling sesuai.
  7. Bermanfaat dalam Persiapan Konsultasi. Konsultasi dilakukan untuk membantu siswa menemukan pemecahan masalah. Psikotes dapat membantu untuk mengetahui jenis konsultasi yang tepat yang akan diberikan kepada klien (siswa).
  8. Membantu Menyusun Metode Konseling. Dengan diketahuinya masalah-masalah yang ada, maka akan dapat dirancang strategi konseling yang tepat. Tes psikologi diberikan sesuai dengan kasus atau permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga strategi konseling yang digunakan dapat tepat sasaran.

Demikian informasi singkat tentang manfaat tes psikologi bagi dunia pendidikan. Penggunaan tes psikologi yang tepat akan dapat membantu proses pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi.

Baca juga: Tujuan Penggunaan Tes Psikologi

Demikian uraian singkat tentang 8 Manfaat Psikotes dalam Bidang Pendidikan. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.

__________________________________

Layanan Tes Psikologi

__________________________________

mutupendidikan.com

Explore: Training & Development

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami