• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Tips Sukses SPMI

Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen

Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen

Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen

Tinjauan Manajemen (TM) adalah suatu proses evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas pelaksanaan sistem manajemen mutu, dengan cara melakukan kajian dan pembahasan secara berkala dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.

Proses TM atau management review yang ada selama ini, ada yang berhasil dan ada pula yang kurang efektif. Ke depan agar proses TM semakin produktif perlu ada upaya untuk meningkatkan efektivitasnya melalui berbagai upaya perbaikan.

Lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi, sekolah dan madrasah yang menerapkan SPMI (sistem penjaminan mutu internal) juga dianjurkan mengadakan TM secara periodik. Dengan kegiatan TM yang efektif, InsyaAllah lembaga pendidikan akan dapat melakukan tindakan perbaikan secara terus menerus (kaizen).

Berikut adalah beberapa tips untuk memastikan keberhasilan TM lembaga pendidikan:

  1. Menyusun Rencana Yang Efektif: Pastikan lembaga dapat menyusun rencana TM yang baik. Tetapkan 5 W + 1 H yaitu what, why, when, who, where dan how. Rencana TM yang baik akan membantu memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam proses & akan mengetahui persis apa yang harus dilakukan selama tinjauan manajemen.
  2. Siapkan Data: Dalam TM, keberadaan data yang akurat sangat penting. Pastikan semua data dan informasi terkait kinerja organisasi & proses-proses pendidikan tersedia dan siap untuk dipelajari. Pastikan untuk memeriksa dokumen SPMI, kinerja proses bisnis, dan pengukuran kinerja lainnya untuk memastikan bahwa informasi yang tepat & akurat tersedia untuk keputusan manajemen. Dokumen SPMI dapat berupa Kebijakan SPMI, manual PPEPP, Standar SPMI dan formulir-formulir. 
  3. Keterlibatan Pihak-Pihak Terkait: TM adalah upaya bersama untuk melakukan perbaikan, jadi pastikan untuk melibatkan semua orang yang terkait dengan proses-proses dalam lembaga pendidikan. Tujuannya untuk memastikan bahwa semua sudut pandang telah dipertimbangkan selama proses tinjauan manajemen. Contoh dalam universitas, pihak yang berkepentingan adalah rektor, dekan, kaprodi dan semua unit kerja.
  4. Gunakan Ukuran Kinerja yang Tepat: Ukuran kinerja yang tepat untuk TM dapat bervariasi tergantung pada tujuan dan tujuan organisasi. Misalnya lembaga pendidikan tinggi dapat menggunakan KPI (key performance indicators) atau dapat menggunakan model ABCD (audience, behavior, competence & degree).
  5. Keputusan Berdasarkan Data: Pastikan bahwa keputusan yang diambil selama kegiatan TM didasarkan pada data-data yang akurat dan tepat. Hindari mengambil keputusan berdasarkan intuisi semata, & pastikan bahwa keputusan yang diambil didukung oleh fakta dan informasi yang tersedia. Gunakan tools untuk membantu proses pengambilan keputusan, misalnya fishbone diagram, mindmapping, bertanya why sebanyak 5 kali, dll.
  6. Realisasi Tindak Lanjut: Setelah kegiatan TM selesai, pastikan untuk melakukan follow-up pada rekomendasi dan keputusan yang diambil. Pastikan bahwa langkah-langkah yang diambil, akan berhasil mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Jadi, upaya kaizen (perbaikan terus menerus) tidak boleh berhenti, harus dilakukan follow-up secepatnya.

Demikian uraian singkat tentang Tips Keberhasilan Tinjauan Manajemen, semoga bermanfaat, Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Keunggulan Bersaing 1

SPMI dan Keunggulan Bersaing

SPMI dan Keunggulan Bersaing

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Keunggulan Bersaing

Keunggulan bersaing atau keunggulan kompetitif adalah kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya suatu organisasi untuk memiliki kinerja (performance) yang lebih tinggi dibandingkan organisasi lain pada industri atau pasar yang sama.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dapat menjadi alat (tools) yang sangat efektif dalam membangun keunggulan bersaing bagi lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah atau Madrasah). 

Dengan mengintegrasikan SPMI dalam semua aspek kegiatan, lembaga dapat memperoleh manfaat untuk menjadi lebih unggul dalam lingkup kompetisinya. 

Tips Membangun Keunggulan Bersaing

Berikut adalah beberapa cara SPMI dapat membantu untuk berlomba-lomba, membangun keunggulan bersaing:

Merespon Perubahan

Di era digital saat ini, perubahan terjadi sangat pesat. Lingkungan pendidikan terus berubah, terutama dengan perkembangan teknologi dan tuntutan pasar yang semakin dinamis. 

Dengan SPMI, lembaga pendidikan dapat lebih responsif terhadap perubahan tersebut dan dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan tuntutan stakeholder yang berubah.

Tentu saja dokumen SPMI perlu juga terus dimutakhirkan (update) akan tetap relevan dengan perubahan diatas.

Perolehan Akreditasi

Lembaga pendidikan harus memenuhi standar akreditasi tertentu untuk mempertahankan kredibilitas dan kepercayaan, misalnya akreditasi dari BAN-PT atau BAN-SM. 

Dengan mengimplementasikan SPMI, lembaga pendidikan harus dapat memastikan bahwa mereka memenuhi persyaratan akreditasi dan berada pada jalur yang benar untuk meningkatkan peringkat akreditasi mereka.

Memfasilitasi Perbaikan Berkelanjutan

Semangat/ budaya Kaizen harus terus dibangun dalam lembaga pendidikan. SPMI melibatkan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act), perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan. 

Pendekatan PDCA memungkinkan lembaga pendidikan untuk terus meningkatkan proses dan kinerjanya, mencari inovasi, dan menjawab kebutuhan yang berkembang dari lingkungan eksternal.

Pada lembaga pendidikan tinggi, proses PDCA diimplementasikan dalam bentuk manual PPEPP. Manual ini terdiri dari, Penetapan Standar, Pelaksanaan Standar, Evaluasi Standar, Pengendalian Standar dan Peningkatan Standar.

Memastikan Kepuasan Stakeholder

 SPMI membantu lembaga pendidikan mengenal, memahami kebutuhan dan harapan stakeholder, seperti orang tua wali, mahasiswa, dosen, dan staf karyawan. 

Dengan fokus pada kepuasan stakeholder, lembaga dapat meningkatkan kesetiaan (loyalitas) dan meningkatkan daya tarik bagi calon siswa/ mahasiswa baru (maba).

Menjamin Peningkatan Mutu

SPMI dilaksanakan untuk meningkatkan mutu seluruh aspek kegiatan lembaga, termasuk proses akademik, perpustakaan, administrasi, pelayanan, dan lain sebagainya. 

Dengan meningkatkan mutu, lembaga dapat menyediakan pengalaman yang lebih memuaskan bagi mahasiswa, karyawan, dan stakeholder lainnya. Upaya ini pada gilirannya akan meningkatkan daya tarik dan reputasi lembaga pendidikan.

Evaluasi Diri

 Dengan SPMI, lembaga pendidikan akan dapat mengukur performance dan capaian mereka secara objektif. Kegiatan Evaluasi Diri, memungkinkan lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), Peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

Evaluasi diri dapat melacak capaian dalam mencapai rencana strategis (Renstra), dan mengambil langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan kinerja lembaga.

Memilih Prioritas

SPMI membantu lembaga dalam memilih prioritas yang harus dicapai. SPMI membantu menetapkan alokasi sumber daya dengan bijak. Memilih prioritas dengan benar, membantu lembaga untuk fokus pada area-area yang paling krusial untuk segera dibenahi dan ditingkatkan.

Penutup

Sebagai penutup, dengan mengintegrasikan SPMI dalam budaya lembaga pendidikan dapat meningkatkan efisiensi, kualitas, dan daya saing secara keseluruhan. 

Keunggulan bersaing akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang dan akan membantu lembaga tetap relevan dalam lingkungan yang kompetitif.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Keunggulan Bersaing, semoga bermanfaat, Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Cara Membuat Standar SPMI

Cara Membuat Standar SPMI

Cara Membuat Standar SPMI

Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) Standar SPMI Perguruan Tinggi adalah dokumen berisi berbagai kriteria, ukuran, patokan, atau spesifikasi yang disebut Standar Pendidikan Tinggi atau Standar Dikti dari setiap aspek pendidikan tinggi di suatu Perguruan Tinggi untuk mewujudkan visi dan misinya. 

Dokumen Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) berfungsi sebagai: 

  1. alat ukur dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan Perguruan Tinggi; 
  2. indikator untuk menunjukkan tingkat (level) mutu Perguruan Tinggi; 
  3. tolok ukur capaian oleh semua pihak di Perguruan Tinggi, sehingga menjadi faktor pendorong untuk bekerja dengan (atau bahkan melebihi) standar; 
  4. bukti otentik kepatuhan Perguruan Tinggi terhadap peraturan perundang undangan tentang Standar Dikti; dan 
  5. bukti kepada masyarakat bahwa Perguruan Tinggi tersebut telah secara sungguh-sungguh menyelenggarakan pendidikan tinggi berdasarkan standar.

Membuat standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) yang baik untuk perguruan tinggi adalah langkah penting dalam menjaga mutu pendidikan dan mengawal pelayanan yang diberikan. 

Ada 2 metode yang dianjurkan untuk membuat standar SPMI Perguruan Tinggi, yang pertama dengan metode ABCD (audience, behavior, competence dan degree), sedangkan metode yang kedua dengan model KPI (Key Performance Indicators).  

Dalam artikel kali ini, akan diulas pembuatan standar dengan metode KPI. Adapun contoh yang akan dibahas adalah dalam kasus di perguruan tinggi.

Cara Membuat Standar SPMI

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda jalankan agar dapat membuat standar SPMI yang efektif dan efisien:

Visi-Misi dan Renstra Perguruan Tinggi

Pastikan bahwa Standar SPMI yang Anda rancang selaras dengan visi-misi dan renstra (rencana strategis) perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam menentukan KPI yang relevan dengan pencapaian tujuan tersebut.

Misalnya ketika merancang standar kerjasama, standar perpustakaan, standar kompetensi lulusan atau standar-standar lainnya maka visi-misi dan renstra perguruan tinggi harus menjadi sumber inspirasi yang akan memberi arah penyusunan standar SPMI.

Identifikasi Aspek Penting

Identifikasi aspek-aspek penting dalam operasional perguruan tinggi yang perlu diukur dan ditingkatkan. Ini bisa termasuk kualitas pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, layanan mahasiswa, dan lain-lain.

Pengelola perguruan tinggi dapat mengembangkan standar sesuai tuntutan internal dan eksternal. Untuk eksternal tentu wajib mempertimbangkan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Tentukan KPI yang Relevan

Pilih KPI yang sesuai dengan masing-masing aspek. Misalnya, untuk kualitas pengajaran, Anda dapat menggunakan KPI seperti tingkat kehadiran dosen, hasil evaluasi mahasiswa terhadap dosen, dan sebagainya.

Dalam mengembangkan KPI, Perguruan Tinggi dapat menetapkan target capaian/tahun untuk masing-masing standar, menetapkan indikator keberhasilan dan metode pengukuran yang sesuai.

Pastikan KPI SMART

Pastikan bahwa setiap KPI yang dipilih memenuhi kriteria SMART: Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, dan ada ukuran Waktu. Contohnya, “Meningkatkan tingkat kehadiran dosen dalam kelas menjadi 95% pada akhir semester ini.”

KPI Standar SPMI Perguruan Tinggi
Penyusunan KPI untuk standar SPMI
Tetapkan Target KPI

Tentukan target kinerja yang diinginkan untuk setiap KPI. Target ini harus sesuai dengan tujuan perguruan tinggi dan realistis dalam konteks sumber daya yang tersedia.

Target harus ambisius dan menantang, namun juga harus realistis. Sebaiknya yang menetapkan target adalah atasan / pimpinan, agar sesuai dengan pencapaian Renstra Perguruan Tinggi.

Kaitkan KPI dengan Rencana Strategis (Renstra)

Pastikan bahwa setiap KPI memiliki kaitan dengan rencana strategis perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam mengukur sejauh mana pencapaian KPI berkontribusi pada pencapaian tujuan secara keseluruhan.

Bila KPI dibuat untuk kurun waktu 1 tahun, maka dalam waktu 5 tahun kedepan KPI harus dipastikan dapat mencapai tujuan yang disusun dalam renstra (rencana 5 tahun).

Buat Sistem Monitoring Pencapaian Standar

Buat sistem untuk mengumpulkan, merekam, dan memantau  capaian KPI secara teratur. Proses ini dapat memanfaatkan perangkat lunak atau alat pelacakan yang sesuai.

Dengan adanya sistem informasi manajemen secara digital, maka pimpinan akan mudah memantau progres implementasi dari standar yang telah disusun.

Menetapkan Penanggung Jawab

Agar proses implementasi Standar berjalan baik, tetapkan siapa yang bertanggung jawab atas pengumpulan data, pemantauan KPI, dan analisis data. Jelaskan peran dan tanggung jawab masing-masing individu atau tim (Job Description).

Evaluasi dan Analisis

Dalam SPMI (sistem penjaminan mutu internal) Perguruan Tinggi, ada mekanisme PPEPP, melalui manual yang ke 3 yaitu Evaluasi, dapat dilakukan secara periodik.

Evaluasi data KPI untuk mengidentifikasi tren dan perubahan. Lakukan analisis untuk menentukan apakah target tercapai dan jika tidak, identifikasi penyebab dan solusinya.

Implementasi Perbaikan

Jika KPI tidak mencapai target yang ditetapkan, identifikasi tindakan perbaikan yang diperlukan. Lakukan perbaikan dan rencanakan langkah-langkah untuk mencapai target di masa mendatang.

Review dan Revisi Dokumen Standar (Update)

Secara berkala tinjau dan revisi standar SPMI, termasuk KPI yang digunakan. Pastikan bahwa KPI yang dipilih tetap relevan dengan perubahan kebijakan, kebutuhan perguruan tinggi, dan tujuan pendidikan.

Komunikasi Hasil Pencapaian Standar SPMI

Bagikan hasil KPI kepada semua pemangku kepentingan, termasuk dosen, mahasiswa, staf, dan pihak luar. Ini dapat dilakukan melalui laporan, presentasi, atau rapat.

Dukungan Manajemen Puncak

Pastikan dukungan penuh dari manajemen perguruan tinggi dalam implementasi dan pengembangan SPMI. Manajemen perlu memprioritaskan pendidikan berkualitas dan perbaikan berkelanjutan.

Peningkatan Berkelanjutan (Kaizen)

Jadikan SPMI sebagai bagian dari budaya perguruan tinggi. Teruslah mengembangkan SPMI dan meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan (Kaizen).

Budaya SPMI adalah pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang sesuai dengan standar SPMI

Penutup

Ingatlah bahwa setiap perguruan tinggi memiliki kebutuhan dan konteks yang berbeda, setiap perguruan tinggi memiliki strategi dan positioning yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda buat sesuai dengan karakteristik unik perguruan tinggi Anda dan tujuan yang ingin dicapai.

Demikian uraian singkat tentang Cara Membuat Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Kegagalan Tinjauan Manajemen

Kegagalan Tinjauan Manajemen

Kegagalan Tinjauan Manajemen

Tinjauan manajemen (TM) atau sering disebut RTM (rapat tinjauan manajemen)  adalah proses penting dalam pengelolaan organisasi. TM melibatkan evaluasi kinerja organisasi secara keseluruhan, termasuk pencapaian tujuan /standar, efektivitas operasional, efisiensi, dan kesesuaian dengan persyaratan hukum dan peraturan. 

Baca juga: SPMI dan Tinjauan Manajemen

Kegagalan TM dapat mengakibatkan berbagai masalah yang merugikan organisasi, termasuk kerugian finansial, penurunan produktivitas, kegagalan mutu, dan bahkan pelanggaran aturan hukum.

Lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah) yang menerapkan SPMI (sistem penjaminan mutu internal) juga perlu melakukan kegiatan TM. Dengan TM yang terkelola dengan baik, upaya perbaikan berkesinambungan (kaizen), akan dapat mudah dicapai.

Sebaliknya bila TM diadakan kurang tepat sasaran, diadakan asal asalan, maka kegiatan yang sekedar “formalitas” tersebut akan mubazir, gagal dan tidak ada nilai tambah.

Kegagalan Tinjauan Manajemen

Berikut beberapa contoh kegagalan Tinjauan Manajemen di Lembaga Pendidikan:

  1. Tinjauan Manajemen Tidak Diadakan Teratur: Bila TM tidak dilakukan secara teratur, maka problem yang terjadi di dalam Lembaga Pendidikan tidak akan terdeteksi dan diatasi tepat waktu. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kinerja Lembaga, upaya pencapaian standar pendidikan menjadi kurang efektif.
  2. Tidak Adanya Partisipasi: Tinjauan Manajemen harus melibatkan seluruh pihak yang terlibat dalam Lembaga Pendidikan, seperti Rektor, Dekan, Kaprodi dan Semua Kepala Unit Kerja. Jika ada pihak yang tidak terlibat dalam TM, maka masalah yang terjadi di dalam lembaga akan berlarut larut dan tidak diatasi secara tepat waktu.
  3. Rencana Aksi Tidak Jelas: TM harus mampu menghasilkan rencana aksi yang jelas dan terukur. Rencana aksi disusun untuk mengatasi masalah-masalah yang teridentifikasi. Jika TM tidak dapat menyusun rencana aksi yang jelas, maka masalah lembaga tidak akan teratasi dengan efektif. 
  4. Tindak Lanjut Rencana Aksi: Rencana aksi yang telah dibuat harus dapat ditindak lanjuti dengan konkret. Perlu ada komitmen yang kuat dari semua unsur untuk bersinergi melakukan tindakan koreksi, korektif dan preventif. Masalah harus dapat diselesaikan dengan cepat, dan dipastikan tidak terulang lagi dikemudian hari.
  5. Tidak Ada Evaluasi: Setelah dilakukan tindak lanjut, TM harus melakukan evaluasi terhadap hasil dari tindak lanjut tersebut. Bila tidak ada evaluasi terhadap tindak lanjut, maka tidak akan ada pembelajaran dari pengalaman & masalah yang sama dapat terulang lagi di kemudian hari.

Kesimpulan, kegagalan TM dapat memiliki dampak negatif yang serius pada lembaga Pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan TM secara periodik dan memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam proses tersebut. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah rangkaian kebijakan, standar dan prosedur yang dirancang untuk memastikan mutu dan kinerja suatu institusi pendidikan. Berikut adalah beberapa tips untuk menyusun dokumen SPMI:

  1. Pahami Filosofi, Tujuan & Lingkup SPMI: Sebelum menyusun dokumen SPMI, pastikan bahwa Anda memahami filosofi, tujuan & lingkup SPMI yang diterapkan di institusi pendidikan Anda. Pemahaman yang mendalam, akan membantu Anda memastikan bahwa dokumen yang disusun sesuai dengan tujuan dan kebutuhan SPMI. Filosofi yang penting dipahami, SPMI ini untuk memberi tools bagaimana langkah-langkah untuk melakukan kegiatan perbaikan yang terus menerus (Kaizen).
  2. Identifikasi Dokumen: Buat list dokumen apa saja yang diperlukan untuk SPMI Anda. Ini bisa termasuk kebijakan, manual, standar, prosedur, formulir, pedoman, dan dokumentasi lainnya. Pastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut lengkap dan meliputi seluruh aspek SPMI yang diterapkan.
  3. Tetapkan Format Dokumen: Setelah mengidentifikasi dokumen apa saja yang diperlukan, selanjutnya perlu menetapkan format untuk setiap dokumen. Pastikan bahwa format yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan SPMI, dan sesuai dengan format yang diterapkan oleh institusi Anda. Pastikan format dokumen menarik untuk dibaca, pemilihan template yang tepat, ukuran font dan desain warna yang menarik.
  4. Melibatkan Pihak Terkait: Selama proses penyusunan dokumen SPMI, pastikan bahwa semua pihak-pihak terkait terlibat. Termasuk didalamnya manajemen, staf akademik dan administratif, mahasiswa, & pengawas. Libatkan stakeholder dalam pembahasan dan validasi dokumen. Stakeholder akan bermanfaat untuk memastikan bahwa dokumen tersebut representatif & akurat.
  5. Pentingnya Manajemen Dokumen: Sistem manajemen dokumen berguna untuk memastikan bahwa dokumen SPMI tersedia, update & dapat diakses oleh pihak terkait. Pastikan bahwa dokumen tersedia dalam format file elektronik dan fisik (hardcopy), dan mudah diakses.
  6. Evaluasi & Revisi: Dokumen yang baik harus update sesuai dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Evaluasi dokumen SPMI perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa dokumen tetap sesuai dengan kebutuhan SPMI. Lakukan revisi bila dokumen sudah tidak cocok. Dokumen diperbarui sesuai dengan perubahan visi-misi, kebijakan dan prosedur institusi. Dokumen harus terus diperbaiki untuk  disempurnakan, benar benar handal untuk menjadi acuan kerja.

Demikian uraian singkat tentang Tips Menyusun Dokumen SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Standar SPMI dan Manajemen Risiko

Standar SPMI dan Manajemen Risiko

Standar SPMI: Implementasi Manajemen Risiko

Penerapan manajemen risiko dalam pembuatan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi merupakah hal yang sangat penting. Manajemen resiko dapat membantu untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi standar SPMI. 

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya (Wikipedia)

Manajemen risiko adalah usaha untuk mengelola risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak risiko bisa diminimalisasi.

Implementasi Manajemen Risiko?

Bagaimana bentuk implementasi manajemen risiko dalam pembuatan Standar SPMI? Berikut Tips yang dapat Anda gunakan:

Identifikasi Risiko Perguruan Tinggi

Identifikasi risiko-risiko yang dapat muncul dalam proses pembuatan, implementasi, dan pemantauan standar SPMI pada Perguruan Tinggi. 

Contoh risiko ini misalnya kurangnya dukungan dari pihak top manajemen, ketidaksesuaian standar SPMI dengan tuntutan kondisi eksternal, atau rendahnya kesadaran, motivasi dan partisipasi dari anggota staf perguruan tinggi.

Analisis Risiko Perguruan Tinggi

Pentingnya melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya risiko (likelihood) atas semua risiko-risiko yang telah diidentifikasi serta dampaknya (impact). Hal ini nanti akan membantu dalam memprioritaskan risiko mana yang perlu ditangani terlebih dahulu.

Matriks manajemen risiko dapat berguna untuk melakukan proses analisis risiko. Risiko yang berkategori tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih serius.

Misal tentang pengelolaan sarana parkir kendaraan mahasiswa, bila dirasa memiliki resiko yang tinggi, tentu memerlukan prioritas untuk dicari tindakan solusi yang tepat.

Matrik manajemen risiko
Matriks Resiko
Strategi Pengelolaan Risiko

Untuk setiap risiko yang telah diidentifikasi, tentukan strategi yang tepat. Ini bisa melibatkan pengurangan risiko, transfer risiko, penerimaan risiko, atau penghindaran risiko.

Setiap strategi yang telah dipilih tentu akan berpengaruh pada isi standar. Isi standar bisa dirubah untuk mengantisipasi ancaman dan peluang dari setiap resiko yang ditemukan. 

Bila sering terjadi kehilangan kendaraan mahasiswa di lahan parkir kampus, apa yang perlu dilakukan? Misalnya, lembaga dapat menambahkan klausul pemasangan CCTV didalam standar sarana parkir mahasiswa.

Pengukuran Kinerja

Tetapkan indikator kinerja dan target yang terkait dengan pengelolaan risiko. Ini akan membantu Anda dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diimplementasikan.

Integrasi Risiko ke dalam Standar SPMI

Saat menyusun standar SPMI, pastikan bahwa risiko-risiko yang diidentifikasi diperhitungkan dan diakomodasi dalam standar. 

Misalnya, jika risiko adalah kurangnya dukungan dari manajemen puncak, standar dapat mencakup komponen yang mendorong keterlibatan manajemen puncak. 

Sistem Monitoring Manajemen Risiko

Tetapkan sistem pemantauan untuk memantau kemajuan dalam pengelolaan risiko. Ini dapat berupa pemantauan berkala, pelaporan, atau analisis hasil.

Pelibatan Stakeholder

Melibatkan anggota staf, dosen, mahasiswa, dan pihak lain yang relevan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko. Berbagai pandangan dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko yang beragam.

Pengembangan Rencana Kontinjensi

Untuk risiko-risiko yang memiliki dampak yang signifikan, persiapkan rencana kontinjensi yang menguraikan tindakan yang akan diambil jika risiko tersebut terjadi.

Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan

Selalu lakukan evaluasi terhadap efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diterapkan. Jika ada perubahan dalam lingkungan atau risiko-risiko baru muncul, lakukan perbaikan berkelanjutan pada pendekatan pengelolaan risiko. Ingat gelombang tsunami perubahan lingkungan VUCA demikian dahsyat memporak porandakan kemapanan yang ada.

Baca juga: Menjaga Relevansi Standar SPMI

Penutup

Penerapan manajemen risiko akan membantu perguruan tinggi dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang mungkin terjadi. Ini juga akan meningkatkan peluang keberhasilan implementasi SPMI dan pencapaian tujuan mutu pendidikan.

Demikian uraian singkat tentang Standar SPMI dan Manajemen Risiko, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Menjaga Relevansi Standar SPMI

Menjaga Relevansi Standar SPMI

Menjaga Relevansi Standar SPMI

Dalam penyusunan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi atau dikdasmen, prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) adalah hal yang sangat penting.

Standar SPMI sangat berguna untuk memandu arah kegiatan atau program kerja organisasi, oleh karena itu, Pimpinan perguruan tinggi harus memastikan standar SPMI yang dimiliki memiliki target dan indikator yang SMART (key performance indicator).

Standar SPMI yang baik memiliki indikator dan target yang jelas (specific), dapat diukur (measurable), dan sesuai dengan konteks lembaga (relevant).

Dalam lingkungan yang VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), perubahan terjadi secara cepat dan tidak terduga. Standar SPMI yang baik, harus tetap dijaga relevansi dengan perubahan lingkungan yang terjadi.

Konsep Relevant

“Relevan” mengacu pada salah satu kriteria yang harus dipenuhi apakah target atau indikator yang ditetapkan dalam standar benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan visi-misi organisasi.

Standar SPMI yang “relevan” adalah target-target yang benar-benar mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan kata lain, target tersebut harus memiliki dampak yang positif dalam mendukung visi, misi, dan strategi organisasi.

Adaptasi Perubahan VUCA

Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan agar standar SPMI tetap relevan:

Fleksibilitas dan Adaptabilitas

Dalam lingkungan VUCA, perubahan dapat terjadi dengan cepat. Misalnya perubahan ekonomi dan daya beli masyarakat, perubahan teknologi informasi seperti munculnya AI (kecerdasan buatan) dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda bangun, tetapkan fleksibel dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan perubahan, prioritas, dan kebutuhan institusi.

Baca juga: SPMI dan VUCA

Inovasi Perguruan Tinggi

Promosikan budaya inovasi dan pembelajaran berkelanjutan di lembaga. Ini akan membantu lembaga terus mengembangkan standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.

Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI

Standar SPMI Perguruan Tinggi harus disusun agar semangat inovasi dapat berjalan baik. Budaya mutu (pola pikir, pola sikap dan pola perilaku) harus dibangun melalui standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.

Inovasi SPMI Perguruan Tinggi
Apakah lembaga pendidikan tinggi sudah inovatif?

Bagaimana bentuk kebutuhan SDM di tahun 2030? Tentu saja perguruan tinggi harus mampu menyesuaikan /mengembangkan standar SPMI dengan tuntutan kompetensi SDM di masa yang akan datang.

Kriteria Standar yang Dinamis

Standar SPMI harus diupayakan tidak kaku, pertimbangkan untuk menggunakan kriteria yang lebih dinamis (fleksibel). Ini bisa berarti menggunakan indikator kualitatif dan kuantitatif yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Oleh karena itu dianjurkan lebih sering untuk meninjau ulang setiap standar yang ada, satu kali dalam satu tahun semua standar di review dan di update.

Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Dalam lingkungan VUCA, monev, analisis data dan pemantauan berkala menjadi semakin penting. Tetapkan jadwal untuk memeriksa dan mengukur hasil standar SPMI secara rutin. Jika diperlukan, reevaluasi dan perbarui target serta indikator sesuai dengan hasil analisis.

Partisipasi Stakeholder Pendidikan Tinggi

Libatkan pemangku kepentingan, termasuk staf, mahasiswa, dan pemangku kepentingan eksternal, dalam penyusunan dan peninjauan ulang standar-standar SPMI. 

Langkah ini dapat membantu menjaga relevansi dan mengakomodasi berbagai pandangan. Misalnya dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) baik secara offline maupun online.

Manajemen Resiko 

Identifikasi semua risiko dan semua peluang dalam lingkungan VUCA, serta bagaimana standar SPMI dapat membantu mengatasi atau memanfaatkan kondisi tersebut. Ini akan membantu dalam menentukan prioritas dan fokus.

Adaptasi Berdasarkan Hasil 

Bila kondisi berubah atau hasil yang diharapkan tidak tercapai, bersikap terbuka untuk melakukan penyesuaian dan perubahan pada standar SPMI. Lingkungan VUCA membutuhkan fleksibilitas dan adaptabilitas.

Lembaga pendidikan dapat menerapkan program manajemen perubahan (change management).

Open Communication

Komunikasikan perubahan atau penyesuaian standar SPMI secara terbuka (komunikasi internal) kepada seluruh komunitas lembaga. Hal ini akan membantu membangun pemahaman dan dukungan terhadap perubahan yang diterapkan.

Program pelatihan komunikasi dalam SPMI dapat dibaca pada link berikut ini:

Baca juga: Kelas Online SPMI dan Komunikasi Internal

Penutup

Dalam lingkungan yang sangat bergejolak (VUCA), fleksibilitas, adaptabilitas, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi kunci. 

Tetaplah fokus pada tujuan dan nilai-nilai inti lembaga, sambil mengakomodasi dinamika yang ada, akan membantu lembaga tetap relevan dan responsif terhadap tantangan yang dihadapi.

Demikian uraian singkat tentang Menjaga Relevansi Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Standar SPMI tidak SMART

Jika Standar SPMI tidak SMART

Apa Resiko Jika Standar SPMI tidak SMART?

Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) Standar SPMI Perguruan Tinggi adalah dokumen berisi berbagai kriteria, ukuran, patokan, atau spesifikasi yang disebut Standar Pendidikan Tinggi atau Standar Dikti dari setiap aspek pendidikan tinggi di suatu Perguruan Tinggi untuk mewujudkan visi dan misinya. 

Dokumen Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) berfungsi sebagai: 

  1. Alat ukur dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan Perguruan Tinggi; 
  2. Indikator untuk menunjukkan tingkat (level) mutu Perguruan Tinggi; 
  3. Tolok ukur capaian oleh semua pihak di Perguruan Tinggi, sehingga menjadi faktor pendorong untuk bekerja dengan (atau bahkan melebihi) standar; 
  4. Bukti otentik kepatuhan Perguruan Tinggi terhadap peraturan perundang undangan tentang Standar Dikti; dan 
  5. Bukti kepada masyarakat bahwa Perguruan Tinggi tersebut telah secara sungguh-sungguh menyelenggarakan pendidikan tinggi berdasarkan standar.

Jika Standar SPMI tidak SMART?

Jika standar SPMI yang disusun tidak memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound), maka ada beberapa resiko potensial yang dapat muncul:

Standar SPMI tidak Spesifik

Standar yang tidak spesifik dan terukur dapat mengakibatkan ketidakjelasan dalam tujuan yang ingin dicapai. Tanpa kejelasan ini, sulit bagi individu atau tim untuk memahami apa yang sebenarnya diharapkan.

Contoh Standar: “Mencetak lulusan yang memiliki kompetensi”. Standar ini tidak spesifik, kompetensi dibidang apa?

Standar SPMI Tidak Dapat Diukur

Jika tidak ada cara yang jelas untuk mengukur pencapaian standar SPMI, sulit untuk mengetahui sejauh mana standar tersebut telah tercapai. Kekurangan ukuran yang objektif dapat mengaburkan hasil dan kemajuan.

Ungkapan bijak mengatakan: “ Sesuatu yang tidak bisa diukur, tidak bisa di dikelola” (Peter Drucker)

Tidak Realistis atau Tidak Dapat Dicapai

 Jika tujuan yang ditetapkan tidak realistis (terlalu ambisius) atau tidak dapat dicapai dalam waktu dan sumber daya yang tersedia, ini dapat mengurangi motivasi dan mengarah pada frustrasi.

Contoh Standar yang tidak realistis: “Menjadi Perguruan Tinggi Kelas Dunia (word class)”, padahal di tingkat nasional masih belum memiliki akreditasi yang unggul.

Ikutilah Pelatihan SPMI dan Audit Mutu Internal
Standar SPMI harus SMART
Standar SPMI tidak Relevan

Standar SPMI yang tidak relevan dengan visi, misi dan tujuan organisasi atau lingkungan kerja dapat mengalihkan perhatian dari hal-hal yang lebih penting. Ini juga dapat mengurangi motivasi dalam mengupayakan pencapaian tujuan tersebut.

Contoh standar SPMI yang tidak relevan: “Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Seni lukis abstrak”, padahal standar akan digunakan untuk Perguruan tinggi program studi teknik informatika.

Tidak ada Ukuran Waktu (Timed)

Tanpa ada batas waktu yang ditetapkan, Standar SPMI dapat mengambang dan terabaikan. Penetapan batas waktu membantu dalam mengatur prioritas dan memberikan motivasi untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu tertentu.

Contoh standar yang tidak ada ukuran waktu: “Meningkatkan koleksi buku ekonomi manajemen sebanyak 200 judul baru”. Dalam standar ini tidak dijelaskan “kapan” standar ini akan dicapai!

Penutup

Sebagai penutup, penting sekali untuk memastikan bahwa standar SPMI yang disusun, telah memenuhi kriteria SMART. Hal ini agar target dan indikator yang ditetapkan memiliki arti yang jelas, dapat diukur, dapat dicapai, relevan dengan visi misi organisasi, dan memiliki batas waktu yang ditetapkan. 

Demikian, semoga uraian singkat tentang Apa Resiko Jika Standar SPMI tidak SMART, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Pentingnya Integritas dalam SPMI

Integritas adalah bagian penting dari keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI adalah suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dan menciptakan kepuasan stakeholder melalui partisipasi aktif dari semua anggota organisasi. 

Dalam implementasi dan keberhasilan SPMI, integritas dianggap sebagai salah satu nilai individu yang sangat penting. Pelaksana SPMI yang memiliki integritas yang tinggi dianggap dapat berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan dan memastikan kepuasan stakeholder. 

Pelaksana SPMI yang menjunjung tinggi integritas akan menempatkan kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sebagai prinsip / nilai utama dalam bekerja, sehingga dapat meminimalkan terjadinya praktik kerja yang tidak etis.

Integritas pelaksana SPMI tentu dapat membangun citra dan reputasi yang baik bagi Institusi Pendidikan. Stakeholder lebih cenderung untuk mempercayai Institusi Pendidikan yang memiliki integritas yang tinggi dan mereka akan merasa lebih nyaman dalam menggunakan layanan yang diberikan.

Membangun Integritas

Berikut adalah beberapa metode /cara yang dapat membantu membangun integritas:

  1. Sikap Bertanggung Jawab: Integritas melibatkan sikap bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang telah diambil. Tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan. Individu yang memiliki integritas senantiasa bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil.
  2. Senantiasa Berperilaku Jujur: Kejujuran (honesty) adalah perilaku yang sangat penting dalam membangun integritas. Berbicara jujur, berkata benar dan memenuhi komitmen yang telah diucapkan akan memperkuat kepercayaan (trust) dan menjaga reputasi yang baik.
  3. Tegas dalam Konflik Kepentingan: Integritas juga melibatkan sikap tegas dalam konflik kepentingan yang dapat mengorbankan integritas seseorang. Pastikan bahwa keputusan (decision making) dan tindakan yang diambil telah didasarkan pada kepentingan yang jelas dan adil.
  4. Yakin Allah Melihat: Banyak individu berpikir bahwa tidak mengapa melakukan hal-hal yang salah selama tidak ada yang melihat. Namun, melakukan hal-hal yang benar/ jujur bahkan ketika tidak ada yang melihat adalah tindakan yang penting untuk membangun integritas. Sebagai seseorang yang beragama juga telah ditanamkan keyakinan bahwa Allah Ta’ala melihat semua perilaku manusia.
  5. Menjadi Teladan: Integritas juga perlu dilakukan dengan menjadi teladan /contoh yang baik bagi orang lain. Jangan hanya mengucapkan/ mengajarkan integritas, tetapi aktif memberi contoh secara konsisten dalam tindakan & keputusan-keputusan yang diambil.
  6. Hindari Ketidakadilan: Jangan pernah mencari kesempatan atau mengambil keuntungan yang tidak adil / melakukan praktik-praktik yang merugikan orang lain. Bila keuntungan yang diperoleh didasarkan pada pengorbanan integritas, maka itu tidak bisa dikatakan sebagai keuntungan yang baik. Mutu Pendidikan akan dapat dibangun dengan baik dengan sukses bersama, bukan dengan mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi yang tidak adil.
  7. Keterbukaan Komunikasi: Integritas juga melibatkan komunikasi yang terbuka, jelas dan jujur. Manajemen harus memperkuat pola komunikasi jelas, jujur dan terbuka. Selain itu juga penting membangun budaya sikap komunikasi yang asertif. Komunikasi asertif bermakna komunikasi yang positif, tegas namun tidak menyakiti perasaan orang lain.

Baca juga: Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Kesimpulan, membangun integritas memerlukan komitmen, waktu serta kesabaran. Dengan menerapkan 7 (tujuh) tips diatas, InsyaAllah sikap integritas dapat dibangun dan ditumbuhkan dalam organisasi.

Demikian uraian singkat tentang  Pentingnya Integritas dalam SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

SPMI dan Gantt Chart

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Gantt Chart

Gantt chart merupakan alat bantu visual yang sering dipakai untuk menggambarkan jadwal proyek dalam bentuk diagram batang horizontal. Dalam kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan jadwal tugas-tugas yang diperlukan dalam proses perbaikan mutu (kaizen).

SPMI dan Gantt Chart

Dalam SPMI, Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Gantt chart juga dapat diterapkan dalam mengelola waktu & sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan.

Contoh penggunaan Gantt chart dalam SPMI adalah ketika melakukan proses perbaikan mutu di sebuah lembaga pendidikan. Gantt chart dapat dipakai untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan, seperti melakukan analisis root cause, perbaikan standar SPMI, manual PPEPP, mengembangkan rencana tindakan koreksi, dan melaksanakan tindakan perbaikan. 

Contoh Gantt Chart
Contoh Gantt Chart

Gantt chart dapat membantu dalam mengelola waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas / pekerjaan, menetapkan target penyelesaian serta mengidentifikasi ketergantungan antara tugas / pekerjaan yang berbeda.

Dalam SPMI, penting untuk memastikan bahwa tugas/pekerjaan yang diperlukan untuk meningkatkan mutu dilaksanakan dengan tepat waktu. Gantt chart dapat membantu (secara visual) dalam mengelola waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-pekerjaan tersebut, sehingga memastikan bahwa proses perbaikan mutu berjalan dengan efektif & efisien.

Pembuatan Gantt Chart

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart:

  1. Identifikasi tugas/ pekerjaan: Tentukan semua tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan proyek atau kegiatan tertentu. Tuliskan tugas-tugas ini dalam daftar yang terurut. Misalnya: Proyek pemutakhiran dokumen SPMI Perguruan Tinggi.
  2. Tentukan Durasi: Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas/ pekerjaan. Durasi tugas/ pekerjaan dapat ditentukan dalam satuan waktu, seperti jam, hari, pekan, atau bulan. Misal: penyusunan standar Tata Kelola ditetapkan selesai dalam 2 pekan.
  3. Ketergantungan Antara Tugas/ Pekerjaan: Tentukan tugas/ pekerjaan mana yang harus diselesaikan sebelum tugas/ pekerjaan lain dapat dimulai. Ketergantungan dapat ditunjukkan dengan diagram panah, di mana panah menunjukkan urutan tugas. Misal untuk membuat standar X, perlu dibuat dulu manual penetapan standar X.
  4. Tetapkan Tanggal Kegiatan: Tetapkan tanggal mulai kegiatan dan tentukan tanggal selesai untuk setiap tugas/ pekerjaan berdasarkan durasi tugas dan ketergantungan antara tugas. Misal: Penyelesaian Perbaikan Dokumen Kebijakan SPMI dimulai pada tanggal 1 Maret.
  5. Buat Gantt Chart: Buatlah diagram Gantt chart dengan menggunakan perangkat lunak atau tools pembuatan Gantt chart lainnya. Tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan ditunjukkan dalam bar horizontal di sepanjang sumbu waktu. Tanggal mulai dan selesai tugas/ pekerjaan ditandai dengan titik awal dan titik akhir pada bar. Ketergantungan antara tugas ditunjukkan dengan panah. Latihan: Anda dapat berlatih membuat gantt chart penyusunan rencana audit mutu internal.
  6. Tambahkan Informasi Pelengkap: Tambahkan informasi pelengkap ke dalam Gantt chart yang telah dibuat, seperti siapa pelaksana (PIC), deadline, milestone, atau informasi lainnya yang diperlukan.
  7. Update Gantt Chart: Penting untuk update Gantt chart secara berkala. Hal ini untuk memantau kemajuan program, proyek atau kegiatan. Pastikan untuk menyesuaikan ulang tanggal mulai dan selesai tugas/pekerjaan jika terjadi perubahan jadwal.

Itulah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart. Menarik bukan? Untuk keberhasilan SPMI, pastikan untuk memperhatikan detail tugas/ pekerjaan dan ketergantungan antara tugas saat membuat Gantt chart.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Gantt Chart, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami