" Your Path to Quality Education "
“Mencermati 12 Kendala Pelaksanaan Audit Mutu Internal”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Kegiatan Audit Mutu Internal adalah kegiatan penting yang wajib dilakukan oleh institusi Pendidikan yang menjalaskan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) atau yang mengadopsi SMM ISO 21001.
Tujuan audit mutu internal (AMI) adalah untuk menilai seberapa efektif penerapan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) atau penerapan sistem manajemen mutu lainnya seperti ISO 21001 :2018
Baca juga: Problem Audit Mutu Internal
Pelaksanaan AMI akan menunjang proses perbaikan yang berkelanjutan di lingkungan Institusi Pendidikan. Hasil Audit Mutu Internal, diharapkan akan memberbaiki pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Dalam siklus SPMI dikenal istilah PPEPP, yang meliputi Penetapan Standar, Pelaksanaan Standar, Evaluasi Pelaksanaan Standar, Pengendalian Pelaksanaan Standar & Peningkatan Standar.
Baca juga: Manajemen Kualitas
Pelaksanaan AMI, merupakan salah satu proses dalam kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Standar SPMI. Dalam prakteknya banyak kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan audit mutu internal. Berikut adalah beberapa kendala yang sering dijumpai.
Demikian, sekilas informasi tentang permasalahan AMI di lapangan, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
________________________________
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Kunjungi: Pendampingan & Pelatihan
“Pembuatan Laporan Audit Mutu Internal untuk keberhasilan SPMI”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Pembuatan laporan Audit sangat penting sekali, karena dokumen ini akan menjadi acuan untuk kegiatan kajiulang manajemen (management review) dan sebagai arsip penting yang akan digunakan sebagai referensi dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu laporan Audit harus dibuat baku, lengkap dan profesional, baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy.
Tanpa laporan audit yang baik, pelaksanaan SPMI akan berjalan kurang efektif. Laporan Audit yang baik akan memudahkan masing-masing level manajemen untuk melakukan tindakan koreksi, korektif dan preventif.
Tahukan anda perbedaan tindakan koreksi, korektif dan preventif?
Laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Fakta-fakta yang disajikan tersebut berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada segenap Tim Auditor.
Apa saja yang perlu dituangkan dalam laporan audit dan kepada siapa laporan audit akan didistribusikan?
Laporan Audit Mutu Internal, minimal berisi:
Setelah laporan selesai disusun, tentu harus didistribusikan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Diantaranya:
Baca juga: Klasifikasi Audit Mutu Internal
Untuk uraian dalam bentuk PowerPoint (PDF), silahkan diunduh dalam SlideShare berikut ini :
Demikian semoga bermanfaat.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
_____________________
mutupendidikan.com
Explore: Training & Development
“Contoh Kode Etik Auditor Mutu Internal (AMI)”
Lembaga Pendidikan Seperti Perguruan Tinggi, Sekolah & Madrasah perlu merumuskan kode etik auditor (KEA) yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan Audit Mutu Internal (AMI)
Tujuan perumusan KEA ini untuk mendorong budaya etis di kalangan profesi auditor mutu internal. Kode etik ini diperlukan oleh profesi auditor mutu internal untuk menumbuhkan kepercayaan terhadap tim auditor yang akan melaksanakan tugas audit.
________________________
________________________
Auditor harus menerapkan dan memegang teguh asas-asas berikut.
“I don’t think of myself as a role model for others, but I like to live my life by my own integrity…”
Baca juga: Memahami Kompentensi Auditor
Baca juga: 12 Kendala Pelaksanaan Audit
Demikian uraian singkat ini kami sampaikan, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
______________________
mutupendidikan.com
Explore: Training & Development
IG: @mutupendidikan
Referensi: Kode Etik Auditor Universitas Gajah Mada
“SPMI & Analisis Akar Masalah”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Root Cause Analysis (RCA / Analisis Akar Masalah) adalah metode yang cukup sederhana dan mudah dilakukan. Metode ini berguna untuk membantu tim Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI) atau Gugus Kendali Mutu (GKM) lembaga Pendidikan. Dengan RCA dapat membantu menemukan jawaban mengapa masalah yang spesifik bisa timbul. RCA dapat dilakukan dalam 5 tahap/ langkah berikut:
Masalah apa yang sedang terjadi pada saat ini? Apakah ada standar SPMI yang tidak terpenuh? Apakah ada keluhan dan stakeholder? (Masalah Siswa, Kurikulum, Kompetensi, Sarpras, dll)
Jelaskan pula simptom/ gejala yang spesifik, yang menandakan adanya masalah tersebut!
Apakah memiliki bukti yang menyatakan bahwa masalah memang benar ada? (Referensi, Bukti Obyektif dll). Sudah berapa lama masalah tersebut muncul? Impact/ kerugian apa yang dirasakan lembaga Pendidikan dengan adanya masalah tersebut?
Baca juga: Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Dalam tahap ini, tim SPMI atau GKM perlu melakukan analisa mendalam tentang faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya masalah. Agar Root Cause Analysis (RCA) dapat berjalan efektif, perlu kumpulkan perwakilan departemen yang terlibat (tenaga pendidik an kependidikan). Pilih tim yang memahami situasi dan kondisi. Wakil tersebut dapat menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan organisasi.
Tim GKM dapat menggunakan metode “CATWOE”, yang merupakan singkatan dari:
Dalam tahap ini, lakukan identifikasi sebanyak mungkin penyebab masalah yang bisa diperoleh. Dalam beberapa kasus, ada kecenderungan mengidentifikasi satu atau dua faktor kausal, lalu berhenti dan merasa sudah selesai. Padahal satu atau dua itu belum cukup/ belum lengkap untuk menemukan akar masalah yang tersembunyi.
RCA diaplikasikan bukan hanya untuk menghilangkan satu dua masalah yang nampak. RCA dapat membantu menggali lebih dalam dan menghilangkan akar dari keseluruhan masalah.
Berikut beberapa tips praktis untuk melakukan RCA :
Gunakan tool/ metode yang sama dengan yang digunakan dalam langkah 3 untuk mencari akar dari setiap faktor. Tools tersebut dirancang untuk mendorong anda dan tim menggali lebih dalam di setiap level penyebab dan efeknya.
Dengan menerapkan 5 langkah diatas, InsyaAllah kita akan mudah mengetahui penyebab timbulnya masalah. Kemudian dicarikan solusi yang tepat, apakah itu tindakan koreksi, korektif atau preventif. Kalau dijalankan dengan semangat dan komitmen yang tepat, InsyaAllah pelaksanan SPMI akan berjalan sangat baik.
Demikian sekilas informasi tentang SPMI & Analisis Akar Masalah. Semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
“Kendala Budaya Mutu Pendidikan”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Membangun budaya mutu yang kuat tentu saja tidak mudah, perlu ada strategi dan pola kepemimpinan yang kuat. Tidak sedikit dijumpai, lembaga pendidikan memiliki budaya mutu yang kokoh dan ada pula yang lemah dalam membangun budaya mutu.
Mengapa budaya mutu di masing-masing organisasi berbeda-beda? Dalam kehidupan organisasi (misal pendidikan) faktor pendukung dan penghambat budaya mutu menjadi sesuatu yang alamiah. Hal ini lahir disebabkan adanya pro dan kontra dari masing-masing kepentingan.
Power Point (PDF):
Instagram: @mutupendidikan
Berikut akan diuraikan beberapa permasalahan dan kendala dalam membangun budaya mutu organisasi pendidikan, baik di perguruan tinggi, mapun di sekolah dasar dan sekolah menengah.
Pengambilan keputusan lewat forum yudisium berarti lebih menitikberatkan pada aspek “kebijakan rapat pimpinan” untuk memutuskan siapa saja yang berhak untuk lulus, diterima atau dimuluskan dalam suatu seleksi. Rapat yudisium beresiko pada budaya mutu, bila keputusan tidak berdasarkan standar yang telah disusun.
Tradisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) juga sering menjadi penghambat peningkatan mutu pendidikan. Pemilihan pejabat (rektor/dekan/kepa sekolah), penerimaan guru / dosen, tenaga kependidikan tidak melalui ujian secara selektif melalui uji kompetensi, wawancara maupun tes psikologi. Demikian pula untuk menerimaan mahasiswa / siswa baru, dapat beresiko terjadinya KKN.
Pemasungan kreativitas SDM di lembaga pendidikan, kerap terjadi pada pihak-pihak akibat gejolak perpolitikan yang tidak sehat. Misal: Seorang dosen tidak mendapatkan proyek penelitian karena ia bukan tim sukses dalam pemilihan rektor.
Budaya “Aji mumpung” beresiko untuk merusak budaya mutu pendidikan. Aji Mumpung berasal dari bahasa jawa yakni menghandalkan sesuatu yang melekat pada dirinya. Misal Bapaknya menjabat sebagai pemimpin pada suatu lembaga pendidikan, anak-anaknya termasuk kerabat dengan mudah memanfaatkan untuk kepentingan pribadi seperti rekruitmen, tender proyek dll.
Baca juga: Penilaian Kinerja Dosen berbasis Peningkatan Mutu Akademik
Bekerja yang sarat dengan budaya trasaksional. Semua diukur dengan materi atau umbalan, ada gula ada semut, ada imbalan ada kerja. Sistim imbalan memang penting, namun kalau semua diukur secara transaksional, iklim budaya mutu yang mendorong layanan yang berkualitas tidak akan bisa maksimal. Perlu budaya memberi (giving), saling menolong, nilai-nilai berbagi, nilai-nilai pelayanan dll.
Perpustakaan dalam sebuah institusi pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) berposisi sebagai jantung kehidupan ilmiah yang harus terus dikembangkan. Pengembang perpustakaan harus secara menyeluruh dari aspek SDM, gedung, koleksi, sarpras dll. Semua itu tentu memerlukan perhatian dan dukungan seluruh stakeholder.
Baca juga: SPMI, Motivasi Kerja & Budaya Mutu
Dalam organisasi manapun, sikap Egois, Pesimis, Sentimen & Materialitis dapat terjadi pada beberapa orang karyawan. Demikian pula pada institusi pendidikan, pudaya negatif diatas, dapat terjadi antar pegawai maupun antar guru / dosen.
Misalnya tuntutan seorang dosen harus mampu menciptakan penemuan ilmiah sekaligus harus menyampaikan dalam forum ilmiah tampaknya tidak terlepas dari peran dan perangkat teknologi. Pembelajaran saat ini lebih bersifat Learning by doing yang mengedepankan action dari setiap peserta didiknya. Guru merasa nyaman saja bila tidak dapat berpartisipasi aktif dengan program online learning (LMS).
Pengambilan keputusan diupayakan melalui sumber data yang lengkap serta analisa yang tepat. Namun realita yang terjadi, sering kali lembaga pendidikan terkadang miskin data dan dokumen. Dari data yang tidak lengkap tersebut, pengambilan keputusan menjadi tidak akurat.
Basis-Basis Kebohongan untuk manipulasi dokumen akreditasi, misal:
Misal: Menyulap ruang kantor, ruang dosen, laboratorium, perpustakaan, ruang kelas dan sarana fisik lainnya yang statusnya milik jurusan lain diakui menjadi milik prodi.
Orientasi pelaksanaan kegiatan ini sekedar menghabiskan anggaran agar dianggap sukses dalam penyerapan anggaran sekaligus dana yang telah dianggarkan tidak dikembalikan kepada Negara (Institusi Pendidikan Negeri). Disamping pihak pengelola/ manajemen tetap memperoleh keuntungan pribadi atas terlaksananya kegiatan tersebut. Apakah kegiatan ini dapat dipastikan efektif dan efisien?
Demikian, semoga penjelasan singkat ini bermanfaat…Aamiin.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
“SPMI & Training Need Analysis bagi Lembaga Pendidikan”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Instagram: @mutupendidikan
Setiap institusi pendidikan yang menjalankan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), tentu memerlukan SDM yang handal & berkinerja tinggi. SDM lembaga pendidikan harus memiliki keunggulan dalam segi kemampuan, karakter, dan pemikiran. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus secara berkesinambungan mengadakan training atau pelatihan bagi segenap pegawainya (dosen/ guru/ tenaga kependidikan).
Untuk merencanakan tujuan pelatihan tersebut, tentu saja harus didahului dengan kegiatan yang dikenal dengan istilah “Training Need Analysis” (TNA). Dengan TNA yang tepat, InsyaAllah pelaksanaan Pelatihan Pelatihan akan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Mengelola Training Need Analysis
Suatu kegiatan investasi untuk mewujudkan SDM yang mapan dari segi pemikiran, sikap, dan keterampilan. Kegiatan training harus tepat sasaran, sehingga mampu memenuhi kebutuhan lembaga pendidikan.
Manfaat Pelatihan:
Proses analisis yang di lakukan manajemen lembaga pendidikan untuk mengetahui faktor apa saja yang harus di perbaiki ataupun ditingkatkan didalam organisasi agar dapat meningkatkan kinerja lembaga pendidikan.
Dalam pelaksanaan TNA, terdapat beberapa pendekatan analisis yang harus diperhatikan, pendekatan tersebut meliputi:
Pelaksanaan Training Need Analysis (TNA) dapat direalisasikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi lembaga pendidikan.
Penetapkan peserta merupakan hal yang sangat krusial karena peserta akan sangat menentukan format pelatihan. Setelah peserta ditetapkan akan memudahkan dalam pemilihan trainer yang tepat. Dengan demikian proses pembelajaran dapat sesuai dengan sasaran.
Komitmen dari pimpinan lembaga pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi para peserta pelatihan. Dengan adanya dukungan yang tepat, memudahkan implementasi apa yang telah mereka pelajari dalam pelatihan.
Biaya pelatihan merupakan Investasi yang harus dikeluarkan oleh lembaga pendidikan ketika memutuskan program pelatihan. Kegiatan pelatihan harus dapat meningkatkan kinerja, meningkatkan produktifitas dan efisiensi lembaga pendidikan.
Demikian poin-poin singkat terkait materi Training Need Analysis, untuk lebih jelas, silahkan di unduh slide ppt (pdf) diatas.
Semoga artikel singkat ini dapat bermanfaat, salam sukses selalu.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
mutupendidikan.com
Informasi Pelatihan :
Kata kunci untuk penelusuran: training need analysis, analisis kebutuhan pelatihan, motivasi, pelatihan pegawai, training sdm, pelatihan manajemen, workshop pegawai, manajemen sumber daya manusia, spmi
“Employee Engagement & Budaya Mutu”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Instagram: @mutupendidikan
Dapatkah SPMI & Budaya Mutu Pendidikan dicapai bila “Employee Engagement” masih belum optimal?
Istilah employee engagement diperkenalkan oleh Kahn (1990), beliau menjelaskan bahwa employee engagement sebagai keterikatan anggota organisasi dengan organisasi itu sendiri. Keterikatan disini bukan hanya secara fisik & kognitif tetapi juga secara emosional.
Silahkan diunduh:
(Employee Engagement, SPMI dan Budaya Mutu)
Employee Engagement merupakan bentuk fisik, kognitif, dan emosi yang “penuh dan positif” yang diberikan karyawan lembaga pendidikan (dosen/guru/ tenaga pendidikan) terhadap pekerjaan dan organisasi.
Beberapa pertanyaan:
Kumpulan perasaan, kepercayaan, dan pemikiran yang dipegang tentang bagaimana cara berperilaku mengenai pekerjaan dan organisasi.
Pekerjaan yang menjadi identitas dari pegawai lembaga pendidikan. Job Involvement secara psikologis terdiri dari aspek kogntif dan belief (aspek fisik dan emosi).
Sikap setia dan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh pegawai (pimpinan dan bawahan) yang telah memutuskan untuk bergabung dalam suatu keanggotaan tertentu.
Semoga ringkasan point-point singkat ini bermanfaat.
mutupendidikan.com
Informasi Pelatihan :
Kata kunci untuk penelusuran: employee engagement, komitmen pegawai, motivasi karyawan, pelatihan pegawai, training sdm, pelatihan manajemen, workshop pegawai, manajemen sumber daya manusia, mutu pendidikan, spmi, standar spmi
“Keterbatasan Penggunaan Tes Psikologi”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Lembaga pendidikan saat ini telah begitu banyak yang menggunakan metode psikotes atau tes psikologi sebagai tool atau alat bantu dalam mengenal aspek-aspek psikologi siswa yang menjadi testi. Perlu diketahui disini, yang namanya alat tes psikologi bukan merupakan sesuai yang sempurna (bebas keterbatasan). Kita perlu menyadari kelemahan/keterbatasan tersebut dalam rangka untuk mengambil langka-langkah antisipatif dan untuk mengurangi keterbatasan tersebut dengan menggunakan tes lain sebagai pembanding.
Berikut akan diuraikan secara singkat, beberapa ketebatasan alat tes psikologi:
Tidak dipungkiri, tentu saja ada individu-individu (testi) di sekolah yang menunjukkan reaksi yang berbeda kepada tester. Hal ini dapat dilihat individu yang pada saat mengerjakan tes mengalami stres, takut atau nervous. Tanggapan emosional masing-masing individu terhadap situasi testing dapat berbeda-beda. Ada testi yang merasakan tes sebagai suatu ancaman terhadap konsep-dirinya, sehingga takut dan defensive, lalu mengubah perilaku-perilakunya yang tentu saja dapat berdampak pada validitas hasil tes.
Kemampuan alat tes tentu terbatas, hanya mengungkap aspek tertentu dari perilaku individu. Misal alat tes “X”, meskipun dapat mengidentifikasi kemungkinan keberhasilan akademik, tetapi tidak dapat mengetahui indikasi motivasi individu untuk mencapai sukses.
Secara umum diharapkan agar tes itu dilaksanakan dalam ruangan yang tenang, sejuk dengan penerangan yang cukup memadai, meja yang rata, dan terhindar dari kegaduhan, kebisingan atau gangguan-gangguan lainnya. Apabila kondisi diatas tidak dapat terpenuhi tentu saja akan berdampak pada ketepatan hasil akhir yang akan diperoleh.
Demikian informasi singkat terkait faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan hasil tes. Dengan mengetahui keterbatasan tersebut, pihak sekolah dan psikolog perlu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan psikotes. Ketentuan, persyaratan dan aturan tes harus di jalankan dengan benar sesuai prosedur.
Demikian uraian tentang Keterbatasan Penggunaan Tes Psikologi, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
>>> Informasi Tes Psikologi untuk Mutu Pendidikan <<<
Instagram: @mutupendidikan
Kata kunci untuk memudahkan pencarian blog ini: keterbatasan tes psikologi, prosedur psikotes, kendala tes psikologi, tantangan tes psikologi, lembaga psikotes indonesia, kantor layanan psikotes, lembaga konsultasi psikologi, biro konsultasi psikologi, kelemahan tes psikologi, kelemahan psikotes, psikotes indonesia jakarta surabaya, lembaga konsultasi psikologi bandung yogyakarta dan semarang.
,
“Pelatihan SPMI Sinkronus & Asinkronus”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Saat ini Mutu Pendidikan telah menyelenggarakan pelatihan SPMI dengan pendekatan daring (online). Dengan metode ini, diharapkan pelatihan SPMI menjadi lebih mudah dan praktis tanpa harus bertemu secara tatap muka. Disaat pandemi seperti saat ini, kegiatan tatap muka secara langsung masih belum dianjurkan, belajar secara daring merupakan pilihan alternatif.
Dalam penyelenggarakan pelatihan SPMI daring seperti saat ini, tim narasumber menggunakan kombinasikan 2 metode belajar/ pendekatan, yakni metode sinkronus dan asinkronus. Apa keunggulan dan kelemahan masing-masing? Berikut akan diuraikan satu persatu.
Untuk membantu memfasilitasi kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya sinkronus maupun asinkronus, Lembaga Mutu Pendidikan menyediakan layanan LMS ( Learning management System) yang handal. Dimana layanan LMS ini menyediakan berbagai fitur untuk mendukung proses belajar mengajar baik secara sinkronus ataupun asinkronus. Fasilitas tersebut seperti; forum, Chatting, diskusi, latihan, tugas, video, webinar seperti zoom, dan lain sebagainya.
Demikian sekilah info tentang layanan Pelatihan SPMI Sinkronus & Asinkronus. Bila ingin mengunjungi kegiatan pelatihan SPMI online ini, silahkan klik pada tautan berikut ini:
Demikian, semoga uraian singkat ini bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
Instagram: @mutupendidikan
“Manual PPEPP dalam SPMI”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Big Picture MODEL PDCA ini insyaAllah akan sangat membantu. Dengan mengikuti alur dalam model ini, kita akan mudah untuk mengembangkan SPMI melalui proses Kaizen. Model ini dapat pula diterapkan tidak hanya di Perguruan tinggi, dapat pula di implementasikan di SMA, SMP maupun Pendidikan SD.
Agar proses Kaizen (perbaikan terus menerus) dapat berjalan dengan baik, konsep Sistem Manajemen Mutu mengenalkan empat fungsi penting TQM (Total Quality Mangement) yang dikenal dengan PDCA:
Prosen kaizen dalam SPMI Perguruan Tinggi menggunakan manual SPMI yang dikenal dengan istilah PPEPP. Sedangkan untuk Dikdasmen menggunakan konsep PDCA.
Manual PPEPP- SPMI pada dasarnya berkaitan dengan pentahapan mengelolaan standar melalui mekanisme PDCA (Kaizen):
Demikian sekilas info tentang Model PDCA dan Manual PPEPP. Semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Visi: Menjadi partner aktif Perguruan Tinggi dalam Penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang efektif dan efisien.
Misi: Penguatan SPMI, Siklus PPEPP dan Budaya Mutu Pendidikan
Badan Hukum: PT. Fokus Inovasi Andalan Sejahtera. Kemenkumham no. AHU-0065119.AH.01.02. Perijinan berusaha, Sertifikat: 12092200264270005
Copyright © 2024 | mutupendidikan.com