• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Kearifan Lokal dalam Budaya Mutu SPMI

Kearifan Lokal dalam Budaya Mutu SPMI

Pendahuluan

Indonesia, dengan kekayaan budaya serta keragaman etnisnya, memiliki berbagai “kearifan lokal” yang telah terbukti efektif dalam menjaga keseimbangan sosial dan lingkungan.

Di sisi lain, Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi merupakan upaya sistematis untuk memastikan dan meningkatkan mutu pendidikan.

Mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam SPMI dapat memberikan pendekatan yang lebih relevan dan kontekstual dalam mencapai tujuan mutu pendidikan.

Artikel ini mencoba menelaah dan membahas pentingnya kearifan lokal dan cara-cara integrasi dalam budaya mutu SPMI di perguruan tinggi Indonesia.

Pengertian Kearifan Lokal dan SPMI

Kearifan Lokal: Merupakan pengetahuan, nilai, dan praktik yang berkembang dalam komunitas lokal sebagai hasil dari pengalaman panjang berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosial. Contoh di Indonesia termasuk budaya silaturahim, gotong royong, subak, dan sasi yang mencerminkan kerjasama, keadilan, dan keberlanjutan.

SPMI: Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah serangkaian kegiatan sistematis dan terstruktur yang dilakukan oleh perguruan tinggi untuk memastikan bahwa proses pendidikan berjalan sesuai standar yang ditetapkan dan mengalami peningkatan kualitas secara berkelanjutan (kaizen).

Manfaat Integrasi Kearifan Lokal dalam SPMI
  1. Penguatan Identitas Budaya: Mengintegrasikan kearifan lokal dalam SPMI memperkuat identitas budaya dan meningkatkan rasa memiliki serta kebanggaan di kalangan sivitas akademika.
  2. Relevansi Kontekstual: Menggunakan kearifan lokal memastikan pendekatan yang sesuai dengan konteks sosial dan budaya setempat, sehingga lebih mudah diterima, dicintai dan diterapkan oleh sivitas akademika.
  3. Partisipasi dan Keterlibatan: Pendekatan yang berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan karena mereka merasa dihargai (Bahasa jawa: nguwongke uwong) dan terhubung dengan praktik-praktik lokal.
Contoh Integrasi Kearifan Lokal dalam SPMI

Berikut 3 (tiga) contoh kearifan lokal: Gotong royong, Subak, dan Sasi.

  1. Gotong Royong” dalam Evaluasi dan Perbaikan Mutu
    • Kearifan Lokal: Budaya “gotong royong” adalah praktik bekerja sama dalam masyarakat Indonesia untuk mencapai tujuan bersama. Budaya ini biasanya dilakukan secara gratis, sukarela tanpa minta imbalan.
    • Integrasi dalam SPMI: Implementasi GKM (Gugus Kendali Mutu) kegiatan perbaikan mutu secara kolaboratif (gotong royong) dengan melibatkan dosen, staf, dan mahasiswa. Hal ini menciptakan rasa kebersamaan dan tanggung jawab kolektif terhadap peningkatan mutu.
  2. Subak” dalam Manajemen Sumber Daya
    • Kearifan Lokal: Subak adalah sistem irigasi tradisional di Bali yang mengatur pembagian air secara adil dan merata berdasarkan prinsip “keseimbangan dan keadilan”. Kearifan lokal ini dapat diadopsi untuk penguatan pengelolaan SDM Perguruan Tinggi di Bali.
    • Integrasi dalam SPMI: Prinsip-prinsip subak dapat diadopsi dalam manajemen sumber daya perguruan tinggi, seperti alokasi anggaran, penggunaan fasilitas, program “knowledge management” dan distribusi beban kerja. Pendekatan ini memastikan penggunaan sumber daya yang efisien dan adil.
  3. “Sasi” dalam Pengelolaan Efisien Sumber Daya
    • Kearifan Lokal: Sasi adalah tradisi di Maluku yang melarang pengambilan sumber daya alam tertentu dalam periode waktu-waktu tertentu untuk melindungi kelestarian ekosistem.
    • Integrasi dalam SPMI: Prinsip sasi dapat diterapkan dalam pengelolaan Standar Sarana Prasarana terkait klausul “efisiensi sumber daya”, dengan menetapkan waktu-waktu tertentu untuk tidak menghidupkan AC, memakai lift dan peralatan listrik lainnya, agar diperoleh “score” penghematan listrik.
Sasi, tradisi menjaga kelestarian alam di Maluku
Langkah-langkah Integrasi Kearifan
  1. Identifikasi Potensi Kearifan Lokal: Mengidentifikasi kearifan lokal yang “relevan” dan dapat mendukung budaya mutu di perguruan tinggi di wilayah geografis masing-masing. Karena masing-masing daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Dari Sabang sampai Merauke, terdapat ribuan kearifan lokal yang dapat adopsi.
  2. Penyesuaian Kebijakan SPMI, PPEPP dan Standar: Menyesuaikan kebijakan SPMI dan standar SPMI untuk mengakomodasi dan mengintegrasikan nilai-nilai dan praktik-praktik kearifan lokal.
  3. Pelatihan dan Sosialisasi: Memberikan pelatihan, workshop dan sosialisasi kepada seluruh sivitas akademika tentang pentingnya kearifan lokal dan tata cara mengintegrasikannya dalam SPMI.
  4. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi (monev) secara berkala untuk memastikan bahwa integrasi kearifan lokal berjalan efektif dan memberikan dampak positif (impact) terhadap mutu pendidikan.
Kesimpulan

Integrasi kearifan lokal dalam budaya mutu SPMI di perguruan tinggi tidak hanya meningkatkan “relevansi dan efektivitas” penjaminan mutu, tetapi juga menghargai dan melestarikan warisan budaya luhur yang sangat berharga.

Pendekatan yang berbasis kearifan lokal dapat memperkuat “identitas budaya”, meningkatkan dukungan serta partisipasi, dan menciptakan lingkungan akademik yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan perguruan tinggi di Indonesia dapat mencapai standar mutu yang tinggi sambil tetap menghormati dan memanfaatkan kearifan lokal. Stay Relevant!

admin

MOTTO: Senantiasa bergerak dan berempati untuk menebar manfaat bagi Mutu Pendidikan di Indonesia

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami