" Your Path to Quality Education "
Cara Membuat Standar SPMI
Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) Standar SPMI Perguruan Tinggi adalah dokumen berisi berbagai kriteria, ukuran, patokan, atau spesifikasi yang disebut Standar Pendidikan Tinggi atau Standar Dikti dari setiap aspek pendidikan tinggi di suatu Perguruan Tinggi untuk mewujudkan visi dan misinya.
Dokumen Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) berfungsi sebagai:
Membuat standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) yang baik untuk perguruan tinggi adalah langkah penting dalam menjaga mutu pendidikan dan mengawal pelayanan yang diberikan.
Ada 2 metode yang dianjurkan untuk membuat standar SPMI Perguruan Tinggi, yang pertama dengan metode ABCD (audience, behavior, competence dan degree), sedangkan metode yang kedua dengan model KPI (Key Performance Indicators).
Dalam artikel kali ini, akan diulas pembuatan standar dengan metode KPI. Adapun contoh yang akan dibahas adalah dalam kasus di perguruan tinggi.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda jalankan agar dapat membuat standar SPMI yang efektif dan efisien:
Pastikan bahwa Standar SPMI yang Anda rancang selaras dengan visi-misi dan renstra (rencana strategis) perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam menentukan KPI yang relevan dengan pencapaian tujuan tersebut.
Misalnya ketika merancang standar kerjasama, standar perpustakaan, standar kompetensi lulusan atau standar-standar lainnya maka visi-misi dan renstra perguruan tinggi harus menjadi sumber inspirasi yang akan memberi arah penyusunan standar SPMI.
Identifikasi aspek-aspek penting dalam operasional perguruan tinggi yang perlu diukur dan ditingkatkan. Ini bisa termasuk kualitas pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, layanan mahasiswa, dan lain-lain.
Pengelola perguruan tinggi dapat mengembangkan standar sesuai tuntutan internal dan eksternal. Untuk eksternal tentu wajib mempertimbangkan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Pilih KPI yang sesuai dengan masing-masing aspek. Misalnya, untuk kualitas pengajaran, Anda dapat menggunakan KPI seperti tingkat kehadiran dosen, hasil evaluasi mahasiswa terhadap dosen, dan sebagainya.
Dalam mengembangkan KPI, Perguruan Tinggi dapat menetapkan target capaian/tahun untuk masing-masing standar, menetapkan indikator keberhasilan dan metode pengukuran yang sesuai.
Pastikan bahwa setiap KPI yang dipilih memenuhi kriteria SMART: Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, dan ada ukuran Waktu. Contohnya, “Meningkatkan tingkat kehadiran dosen dalam kelas menjadi 95% pada akhir semester ini.”
Tentukan target kinerja yang diinginkan untuk setiap KPI. Target ini harus sesuai dengan tujuan perguruan tinggi dan realistis dalam konteks sumber daya yang tersedia.
Target harus ambisius dan menantang, namun juga harus realistis. Sebaiknya yang menetapkan target adalah atasan / pimpinan, agar sesuai dengan pencapaian Renstra Perguruan Tinggi.
Pastikan bahwa setiap KPI memiliki kaitan dengan rencana strategis perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam mengukur sejauh mana pencapaian KPI berkontribusi pada pencapaian tujuan secara keseluruhan.
Bila KPI dibuat untuk kurun waktu 1 tahun, maka dalam waktu 5 tahun kedepan KPI harus dipastikan dapat mencapai tujuan yang disusun dalam renstra (rencana 5 tahun).
Buat sistem untuk mengumpulkan, merekam, dan memantau capaian KPI secara teratur. Proses ini dapat memanfaatkan perangkat lunak atau alat pelacakan yang sesuai.
Dengan adanya sistem informasi manajemen secara digital, maka pimpinan akan mudah memantau progres implementasi dari standar yang telah disusun.
Agar proses implementasi Standar berjalan baik, tetapkan siapa yang bertanggung jawab atas pengumpulan data, pemantauan KPI, dan analisis data. Jelaskan peran dan tanggung jawab masing-masing individu atau tim (Job Description).
Dalam SPMI (sistem penjaminan mutu internal) Perguruan Tinggi, ada mekanisme PPEPP, melalui manual yang ke 3 yaitu Evaluasi, dapat dilakukan secara periodik.
Evaluasi data KPI untuk mengidentifikasi tren dan perubahan. Lakukan analisis untuk menentukan apakah target tercapai dan jika tidak, identifikasi penyebab dan solusinya.
Jika KPI tidak mencapai target yang ditetapkan, identifikasi tindakan perbaikan yang diperlukan. Lakukan perbaikan dan rencanakan langkah-langkah untuk mencapai target di masa mendatang.
Secara berkala tinjau dan revisi standar SPMI, termasuk KPI yang digunakan. Pastikan bahwa KPI yang dipilih tetap relevan dengan perubahan kebijakan, kebutuhan perguruan tinggi, dan tujuan pendidikan.
Bagikan hasil KPI kepada semua pemangku kepentingan, termasuk dosen, mahasiswa, staf, dan pihak luar. Ini dapat dilakukan melalui laporan, presentasi, atau rapat.
Pastikan dukungan penuh dari manajemen perguruan tinggi dalam implementasi dan pengembangan SPMI. Manajemen perlu memprioritaskan pendidikan berkualitas dan perbaikan berkelanjutan.
Jadikan SPMI sebagai bagian dari budaya perguruan tinggi. Teruslah mengembangkan SPMI dan meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan (Kaizen).
Budaya SPMI adalah pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang sesuai dengan standar SPMI
Ingatlah bahwa setiap perguruan tinggi memiliki kebutuhan dan konteks yang berbeda, setiap perguruan tinggi memiliki strategi dan positioning yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda buat sesuai dengan karakteristik unik perguruan tinggi Anda dan tujuan yang ingin dicapai.
Demikian uraian singkat tentang Cara Membuat Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Kegagalan Tinjauan Manajemen
Tinjauan manajemen (TM) atau sering disebut RTM (rapat tinjauan manajemen) adalah proses penting dalam pengelolaan organisasi. TM melibatkan evaluasi kinerja organisasi secara keseluruhan, termasuk pencapaian tujuan /standar, efektivitas operasional, efisiensi, dan kesesuaian dengan persyaratan hukum dan peraturan.
Baca juga: SPMI dan Tinjauan Manajemen
Kegagalan TM dapat mengakibatkan berbagai masalah yang merugikan organisasi, termasuk kerugian finansial, penurunan produktivitas, kegagalan mutu, dan bahkan pelanggaran aturan hukum.
Lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah) yang menerapkan SPMI (sistem penjaminan mutu internal) juga perlu melakukan kegiatan TM. Dengan TM yang terkelola dengan baik, upaya perbaikan berkesinambungan (kaizen), akan dapat mudah dicapai.
Sebaliknya bila TM diadakan kurang tepat sasaran, diadakan asal asalan, maka kegiatan yang sekedar “formalitas” tersebut akan mubazir, gagal dan tidak ada nilai tambah.
Berikut beberapa contoh kegagalan Tinjauan Manajemen di Lembaga Pendidikan:
Kesimpulan, kegagalan TM dapat memiliki dampak negatif yang serius pada lembaga Pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan TM secara periodik dan memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam proses tersebut. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
Tips Menyusun Dokumen SPMI
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah rangkaian kebijakan, standar dan prosedur yang dirancang untuk memastikan mutu dan kinerja suatu institusi pendidikan. Berikut adalah beberapa tips untuk menyusun dokumen SPMI:
Demikian uraian singkat tentang Tips Menyusun Dokumen SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
BAB I
Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
Pasal 2
(1) Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan peningkatan standar pendidikan tinggi.
(2) Standar pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. SN Dikti; dan
b. standar pendidikan tinggi yang ditetapkan oleh perguruan tinggi
Demikian Ketentuan dalam Bab 1 Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
“Standar, Program Kerja dan SOP“
Standar, Program Kerja, dan SOP (Standard Operating Procedure) adalah elemen-elemen yang sering digunakan dalam manajemen organisasi untuk memastikan operasional yang efisien dan konsisten. Berikut adalah hubungan antara ketiganya:
Hubungan antara ketiganya adalah sebagai berikut:
Dengan kata lain, SOP merupakan alat pelaksanaan program kerja yang dirancang untuk mencapai standar yang telah ditetapkan. Dengan adanya standar, program kerja, dan SOP yang terintegrasi dengan baik, organisasi dapat mencapai efisiensi, konsistensi, dan kualitas dalam operasional mereka.
Standar SPMI: Implementasi Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko dalam pembuatan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi merupakah hal yang sangat penting. Manajemen resiko dapat membantu untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi standar SPMI.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya (Wikipedia)
Manajemen risiko adalah usaha untuk mengelola risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak risiko bisa diminimalisasi.
Bagaimana bentuk implementasi manajemen risiko dalam pembuatan Standar SPMI? Berikut Tips yang dapat Anda gunakan:
Identifikasi risiko-risiko yang dapat muncul dalam proses pembuatan, implementasi, dan pemantauan standar SPMI pada Perguruan Tinggi.
Contoh risiko ini misalnya kurangnya dukungan dari pihak top manajemen, ketidaksesuaian standar SPMI dengan tuntutan kondisi eksternal, atau rendahnya kesadaran, motivasi dan partisipasi dari anggota staf perguruan tinggi.
Pentingnya melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya risiko (likelihood) atas semua risiko-risiko yang telah diidentifikasi serta dampaknya (impact). Hal ini nanti akan membantu dalam memprioritaskan risiko mana yang perlu ditangani terlebih dahulu.
Matriks manajemen risiko dapat berguna untuk melakukan proses analisis risiko. Risiko yang berkategori tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
Misal tentang pengelolaan sarana parkir kendaraan mahasiswa, bila dirasa memiliki resiko yang tinggi, tentu memerlukan prioritas untuk dicari tindakan solusi yang tepat.
Untuk setiap risiko yang telah diidentifikasi, tentukan strategi yang tepat. Ini bisa melibatkan pengurangan risiko, transfer risiko, penerimaan risiko, atau penghindaran risiko.
Setiap strategi yang telah dipilih tentu akan berpengaruh pada isi standar. Isi standar bisa dirubah untuk mengantisipasi ancaman dan peluang dari setiap resiko yang ditemukan.
Bila sering terjadi kehilangan kendaraan mahasiswa di lahan parkir kampus, apa yang perlu dilakukan? Misalnya, lembaga dapat menambahkan klausul pemasangan CCTV didalam standar sarana parkir mahasiswa.
Tetapkan indikator kinerja dan target yang terkait dengan pengelolaan risiko. Ini akan membantu Anda dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diimplementasikan.
Saat menyusun standar SPMI, pastikan bahwa risiko-risiko yang diidentifikasi diperhitungkan dan diakomodasi dalam standar.
Misalnya, jika risiko adalah kurangnya dukungan dari manajemen puncak, standar dapat mencakup komponen yang mendorong keterlibatan manajemen puncak.
Tetapkan sistem pemantauan untuk memantau kemajuan dalam pengelolaan risiko. Ini dapat berupa pemantauan berkala, pelaporan, atau analisis hasil.
Melibatkan anggota staf, dosen, mahasiswa, dan pihak lain yang relevan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko. Berbagai pandangan dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko yang beragam.
Untuk risiko-risiko yang memiliki dampak yang signifikan, persiapkan rencana kontinjensi yang menguraikan tindakan yang akan diambil jika risiko tersebut terjadi.
Selalu lakukan evaluasi terhadap efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diterapkan. Jika ada perubahan dalam lingkungan atau risiko-risiko baru muncul, lakukan perbaikan berkelanjutan pada pendekatan pengelolaan risiko. Ingat gelombang tsunami perubahan lingkungan VUCA demikian dahsyat memporak porandakan kemapanan yang ada.
Baca juga: Menjaga Relevansi Standar SPMI
Penerapan manajemen risiko akan membantu perguruan tinggi dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang mungkin terjadi. Ini juga akan meningkatkan peluang keberhasilan implementasi SPMI dan pencapaian tujuan mutu pendidikan.
Demikian uraian singkat tentang Standar SPMI dan Manajemen Risiko, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Menjaga Relevansi Standar SPMI
Dalam penyusunan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi atau dikdasmen, prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) adalah hal yang sangat penting.
Standar SPMI sangat berguna untuk memandu arah kegiatan atau program kerja organisasi, oleh karena itu, Pimpinan perguruan tinggi harus memastikan standar SPMI yang dimiliki memiliki target dan indikator yang SMART (key performance indicator).
Standar SPMI yang baik memiliki indikator dan target yang jelas (specific), dapat diukur (measurable), dan sesuai dengan konteks lembaga (relevant).
Dalam lingkungan yang VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), perubahan terjadi secara cepat dan tidak terduga. Standar SPMI yang baik, harus tetap dijaga relevansi dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
“Relevan” mengacu pada salah satu kriteria yang harus dipenuhi apakah target atau indikator yang ditetapkan dalam standar benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan visi-misi organisasi.
Standar SPMI yang “relevan” adalah target-target yang benar-benar mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan kata lain, target tersebut harus memiliki dampak yang positif dalam mendukung visi, misi, dan strategi organisasi.
Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan agar standar SPMI tetap relevan:
Dalam lingkungan VUCA, perubahan dapat terjadi dengan cepat. Misalnya perubahan ekonomi dan daya beli masyarakat, perubahan teknologi informasi seperti munculnya AI (kecerdasan buatan) dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda bangun, tetapkan fleksibel dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan perubahan, prioritas, dan kebutuhan institusi.
Baca juga: SPMI dan VUCA
Promosikan budaya inovasi dan pembelajaran berkelanjutan di lembaga. Ini akan membantu lembaga terus mengembangkan standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.
Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI
Standar SPMI Perguruan Tinggi harus disusun agar semangat inovasi dapat berjalan baik. Budaya mutu (pola pikir, pola sikap dan pola perilaku) harus dibangun melalui standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.
Bagaimana bentuk kebutuhan SDM di tahun 2030? Tentu saja perguruan tinggi harus mampu menyesuaikan /mengembangkan standar SPMI dengan tuntutan kompetensi SDM di masa yang akan datang.
Standar SPMI harus diupayakan tidak kaku, pertimbangkan untuk menggunakan kriteria yang lebih dinamis (fleksibel). Ini bisa berarti menggunakan indikator kualitatif dan kuantitatif yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Oleh karena itu dianjurkan lebih sering untuk meninjau ulang setiap standar yang ada, satu kali dalam satu tahun semua standar di review dan di update.
Dalam lingkungan VUCA, monev, analisis data dan pemantauan berkala menjadi semakin penting. Tetapkan jadwal untuk memeriksa dan mengukur hasil standar SPMI secara rutin. Jika diperlukan, reevaluasi dan perbarui target serta indikator sesuai dengan hasil analisis.
Libatkan pemangku kepentingan, termasuk staf, mahasiswa, dan pemangku kepentingan eksternal, dalam penyusunan dan peninjauan ulang standar-standar SPMI.
Langkah ini dapat membantu menjaga relevansi dan mengakomodasi berbagai pandangan. Misalnya dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) baik secara offline maupun online.
Identifikasi semua risiko dan semua peluang dalam lingkungan VUCA, serta bagaimana standar SPMI dapat membantu mengatasi atau memanfaatkan kondisi tersebut. Ini akan membantu dalam menentukan prioritas dan fokus.
Bila kondisi berubah atau hasil yang diharapkan tidak tercapai, bersikap terbuka untuk melakukan penyesuaian dan perubahan pada standar SPMI. Lingkungan VUCA membutuhkan fleksibilitas dan adaptabilitas.
Lembaga pendidikan dapat menerapkan program manajemen perubahan (change management).
Komunikasikan perubahan atau penyesuaian standar SPMI secara terbuka (komunikasi internal) kepada seluruh komunitas lembaga. Hal ini akan membantu membangun pemahaman dan dukungan terhadap perubahan yang diterapkan.
Program pelatihan komunikasi dalam SPMI dapat dibaca pada link berikut ini:
Baca juga: Kelas Online SPMI dan Komunikasi Internal
Dalam lingkungan yang sangat bergejolak (VUCA), fleksibilitas, adaptabilitas, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi kunci.
Tetaplah fokus pada tujuan dan nilai-nilai inti lembaga, sambil mengakomodasi dinamika yang ada, akan membantu lembaga tetap relevan dan responsif terhadap tantangan yang dihadapi.
Demikian uraian singkat tentang Menjaga Relevansi Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Apa Resiko Jika Standar SPMI tidak SMART?
Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) Standar SPMI Perguruan Tinggi adalah dokumen berisi berbagai kriteria, ukuran, patokan, atau spesifikasi yang disebut Standar Pendidikan Tinggi atau Standar Dikti dari setiap aspek pendidikan tinggi di suatu Perguruan Tinggi untuk mewujudkan visi dan misinya.
Dokumen Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) berfungsi sebagai:
Jika standar SPMI yang disusun tidak memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound), maka ada beberapa resiko potensial yang dapat muncul:
Standar yang tidak spesifik dan terukur dapat mengakibatkan ketidakjelasan dalam tujuan yang ingin dicapai. Tanpa kejelasan ini, sulit bagi individu atau tim untuk memahami apa yang sebenarnya diharapkan.
Contoh Standar: “Mencetak lulusan yang memiliki kompetensi”. Standar ini tidak spesifik, kompetensi dibidang apa?
Jika tidak ada cara yang jelas untuk mengukur pencapaian standar SPMI, sulit untuk mengetahui sejauh mana standar tersebut telah tercapai. Kekurangan ukuran yang objektif dapat mengaburkan hasil dan kemajuan.
Ungkapan bijak mengatakan: “ Sesuatu yang tidak bisa diukur, tidak bisa di dikelola” (Peter Drucker)
Jika tujuan yang ditetapkan tidak realistis (terlalu ambisius) atau tidak dapat dicapai dalam waktu dan sumber daya yang tersedia, ini dapat mengurangi motivasi dan mengarah pada frustrasi.
Contoh Standar yang tidak realistis: “Menjadi Perguruan Tinggi Kelas Dunia (word class)”, padahal di tingkat nasional masih belum memiliki akreditasi yang unggul.
Standar SPMI yang tidak relevan dengan visi, misi dan tujuan organisasi atau lingkungan kerja dapat mengalihkan perhatian dari hal-hal yang lebih penting. Ini juga dapat mengurangi motivasi dalam mengupayakan pencapaian tujuan tersebut.
Contoh standar SPMI yang tidak relevan: “Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Seni lukis abstrak”, padahal standar akan digunakan untuk Perguruan tinggi program studi teknik informatika.
Tanpa ada batas waktu yang ditetapkan, Standar SPMI dapat mengambang dan terabaikan. Penetapan batas waktu membantu dalam mengatur prioritas dan memberikan motivasi untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu tertentu.
Contoh standar yang tidak ada ukuran waktu: “Meningkatkan koleksi buku ekonomi manajemen sebanyak 200 judul baru”. Dalam standar ini tidak dijelaskan “kapan” standar ini akan dicapai!
Sebagai penutup, penting sekali untuk memastikan bahwa standar SPMI yang disusun, telah memenuhi kriteria SMART. Hal ini agar target dan indikator yang ditetapkan memiliki arti yang jelas, dapat diukur, dapat dicapai, relevan dengan visi misi organisasi, dan memiliki batas waktu yang ditetapkan.
Demikian, semoga uraian singkat tentang Apa Resiko Jika Standar SPMI tidak SMART, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Kegagalan Benchmarking
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Secara harfiah, benchmarking diartikan sebagai alat ukur atau patokan. Secara umum, benchmarking juga bisa diartikan sebagai sebuah standar untuk membandingkan dua hal atau lebih yang sejenis.
Dengan kata lain Benchmark adalah upaya membandingkan aspek tertentu dari sebuah organisasi dengan aspek yang sebanding milik organisasi yang dianggap terbaik di industri yang sama atau pada pasar yang lebih luas.
Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI
Untuk membantu keberhasilan SPMI, lembaga pendidikan dapat melakukan kegiatan Benchmarking. Dengan proses benchmarking yang tepat, organisasi dapat meningkatkan perbaikan sistem, perbaikan standar, perbaikan proses dan perbaikan kepuasan stakeholder.
Walaupun benchmarking dapat memberikan manfaat bagi lembaga, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implementasinya. Berikut contoh faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan proses benchmarking:
Oleh sebab itu, untuk menghindari resiko kegagalan benchmarking, lembaga pendidikan harus memperhatikan faktor-faktor di atas dan melakukan persiapan sebaik mungkin. Pepatah mengatakan “By failing to prepare, you are preparing to fail”, artinya bila kita gagal membuat perencanaan, maka kita merencanakan suatu kegagalan. Oleh karena itu, buatlah persiapan sebaik mungkin agar manfaat SPMI dapat kita rasakan bersama.
Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Benchmarking, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Fenomena Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia
Fenomena merujuk pada peristiwa atau kejadian di dunia nyata yang menjadi fokus perhatian bersama. Terkait pendidikan tinggi, fenomena mutu pendidikan tinggi di Indonesia merupakan hal yang kompleks dan melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi.
Berikut adalah beberapa fenomena umum terkait dengan mutu pendidikan tinggi di Indonesia:
Sebagai penutup, pengembangan mutu pendidikan tinggi di Indonesia menjadi tugas kita bersama. Support dan sinergi segenap stakeholder tentu sangat diperlukan. Pemerintah & institusi perguruan tinggi harus terus berikhtiar untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
Langkah-langkahnya dapat dengan mengadopsi berbagai peraturan, kebijakan dan program yang sesuai. Monitoring, evaluasi dan pengendalian terus-menerus terhadap mutu pendidikan tinggi juga menjadi upaya penting untuk mencapai perbaikan tanpa henti (continuous improvement).
Demikian uraian singkat tentang Fenomena Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Visi: Menjadi partner aktif Perguruan Tinggi dalam Penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang efektif dan efisien.
Misi: Penguatan SPMI, Siklus PPEPP dan Budaya Mutu Pendidikan
Badan Hukum: PT. Fokus Inovasi Andalan Sejahtera. Kemenkumham no. AHU-0065119.AH.01.02. Perijinan berusaha, Sertifikat: 12092200264270005
Copyright © 2024 | mutupendidikan.com