Standar SPMI: Implementasi Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko dalam pembuatan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi merupakah hal yang sangat penting. Manajemen resiko dapat membantu untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi standar SPMI.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya (Wikipedia)
Manajemen risiko adalah usaha untuk mengelola risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak risiko bisa diminimalisasi.
Bagaimana bentuk implementasi manajemen risiko dalam pembuatan Standar SPMI? Berikut Tips yang dapat Anda gunakan:
Identifikasi risiko-risiko yang dapat muncul dalam proses pembuatan, implementasi, dan pemantauan standar SPMI pada Perguruan Tinggi.
Contoh risiko ini misalnya kurangnya dukungan dari pihak top manajemen, ketidaksesuaian standar SPMI dengan tuntutan kondisi eksternal, atau rendahnya kesadaran, motivasi dan partisipasi dari anggota staf perguruan tinggi.
Pentingnya melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya risiko (likelihood) atas semua risiko-risiko yang telah diidentifikasi serta dampaknya (impact). Hal ini nanti akan membantu dalam memprioritaskan risiko mana yang perlu ditangani terlebih dahulu.
Matriks manajemen risiko dapat berguna untuk melakukan proses analisis risiko. Risiko yang berkategori tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
Misal tentang pengelolaan sarana parkir kendaraan mahasiswa, bila dirasa memiliki resiko yang tinggi, tentu memerlukan prioritas untuk dicari tindakan solusi yang tepat.
Untuk setiap risiko yang telah diidentifikasi, tentukan strategi yang tepat. Ini bisa melibatkan pengurangan risiko, transfer risiko, penerimaan risiko, atau penghindaran risiko.
Setiap strategi yang telah dipilih tentu akan berpengaruh pada isi standar. Isi standar bisa dirubah untuk mengantisipasi ancaman dan peluang dari setiap resiko yang ditemukan.
Bila sering terjadi kehilangan kendaraan mahasiswa di lahan parkir kampus, apa yang perlu dilakukan? Misalnya, lembaga dapat menambahkan klausul pemasangan CCTV didalam standar sarana parkir mahasiswa.
Tetapkan indikator kinerja dan target yang terkait dengan pengelolaan risiko. Ini akan membantu Anda dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diimplementasikan.
Saat menyusun standar SPMI, pastikan bahwa risiko-risiko yang diidentifikasi diperhitungkan dan diakomodasi dalam standar.
Misalnya, jika risiko adalah kurangnya dukungan dari manajemen puncak, standar dapat mencakup komponen yang mendorong keterlibatan manajemen puncak.
Tetapkan sistem pemantauan untuk memantau kemajuan dalam pengelolaan risiko. Ini dapat berupa pemantauan berkala, pelaporan, atau analisis hasil.
Melibatkan anggota staf, dosen, mahasiswa, dan pihak lain yang relevan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko. Berbagai pandangan dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko yang beragam.
Untuk risiko-risiko yang memiliki dampak yang signifikan, persiapkan rencana kontinjensi yang menguraikan tindakan yang akan diambil jika risiko tersebut terjadi.
Selalu lakukan evaluasi terhadap efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diterapkan. Jika ada perubahan dalam lingkungan atau risiko-risiko baru muncul, lakukan perbaikan berkelanjutan pada pendekatan pengelolaan risiko. Ingat gelombang tsunami perubahan lingkungan VUCA demikian dahsyat memporak porandakan kemapanan yang ada.
Baca juga: Menjaga Relevansi Standar SPMI
Penerapan manajemen risiko akan membantu perguruan tinggi dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang mungkin terjadi. Ini juga akan meningkatkan peluang keberhasilan implementasi SPMI dan pencapaian tujuan mutu pendidikan.
Demikian uraian singkat tentang Standar SPMI dan Manajemen Risiko, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Menjaga Relevansi Standar SPMI
Dalam penyusunan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi atau dikdasmen, prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) adalah hal yang sangat penting.
Standar SPMI sangat berguna untuk memandu arah kegiatan atau program kerja organisasi, oleh karena itu, Pimpinan perguruan tinggi harus memastikan standar SPMI yang dimiliki memiliki target dan indikator yang SMART (key performance indicator).
Standar SPMI yang baik memiliki indikator dan target yang jelas (specific), dapat diukur (measurable), dan sesuai dengan konteks lembaga (relevant).
Dalam lingkungan yang VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), perubahan terjadi secara cepat dan tidak terduga. Standar SPMI yang baik, harus tetap dijaga relevansi dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
“Relevan” mengacu pada salah satu kriteria yang harus dipenuhi apakah target atau indikator yang ditetapkan dalam standar benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan visi-misi organisasi.
Standar SPMI yang “relevan” adalah target-target yang benar-benar mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Dengan kata lain, target tersebut harus memiliki dampak yang positif dalam mendukung visi, misi, dan strategi organisasi.
Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan agar standar SPMI tetap relevan:
Dalam lingkungan VUCA, perubahan dapat terjadi dengan cepat. Misalnya perubahan ekonomi dan daya beli masyarakat, perubahan teknologi informasi seperti munculnya AI (kecerdasan buatan) dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda bangun, tetapkan fleksibel dan dapat dengan mudah disesuaikan dengan perubahan, prioritas, dan kebutuhan institusi.
Baca juga: SPMI dan VUCA
Promosikan budaya inovasi dan pembelajaran berkelanjutan di lembaga. Ini akan membantu lembaga terus mengembangkan standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.
Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI
Standar SPMI Perguruan Tinggi harus disusun agar semangat inovasi dapat berjalan baik. Budaya mutu (pola pikir, pola sikap dan pola perilaku) harus dibangun melalui standar SPMI yang responsif terhadap perubahan lingkungan.
Bagaimana bentuk kebutuhan SDM di tahun 2030? Tentu saja perguruan tinggi harus mampu menyesuaikan /mengembangkan standar SPMI dengan tuntutan kompetensi SDM di masa yang akan datang.
Standar SPMI harus diupayakan tidak kaku, pertimbangkan untuk menggunakan kriteria yang lebih dinamis (fleksibel). Ini bisa berarti menggunakan indikator kualitatif dan kuantitatif yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Oleh karena itu dianjurkan lebih sering untuk meninjau ulang setiap standar yang ada, satu kali dalam satu tahun semua standar di review dan di update.
Dalam lingkungan VUCA, monev, analisis data dan pemantauan berkala menjadi semakin penting. Tetapkan jadwal untuk memeriksa dan mengukur hasil standar SPMI secara rutin. Jika diperlukan, reevaluasi dan perbarui target serta indikator sesuai dengan hasil analisis.
Libatkan pemangku kepentingan, termasuk staf, mahasiswa, dan pemangku kepentingan eksternal, dalam penyusunan dan peninjauan ulang standar-standar SPMI.
Langkah ini dapat membantu menjaga relevansi dan mengakomodasi berbagai pandangan. Misalnya dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) baik secara offline maupun online.
Identifikasi semua risiko dan semua peluang dalam lingkungan VUCA, serta bagaimana standar SPMI dapat membantu mengatasi atau memanfaatkan kondisi tersebut. Ini akan membantu dalam menentukan prioritas dan fokus.
Bila kondisi berubah atau hasil yang diharapkan tidak tercapai, bersikap terbuka untuk melakukan penyesuaian dan perubahan pada standar SPMI. Lingkungan VUCA membutuhkan fleksibilitas dan adaptabilitas.
Lembaga pendidikan dapat menerapkan program manajemen perubahan (change management).
Komunikasikan perubahan atau penyesuaian standar SPMI secara terbuka (komunikasi internal) kepada seluruh komunitas lembaga. Hal ini akan membantu membangun pemahaman dan dukungan terhadap perubahan yang diterapkan.
Program pelatihan komunikasi dalam SPMI dapat dibaca pada link berikut ini:
Baca juga: Kelas Online SPMI dan Komunikasi Internal
Dalam lingkungan yang sangat bergejolak (VUCA), fleksibilitas, adaptabilitas, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi kunci.
Tetaplah fokus pada tujuan dan nilai-nilai inti lembaga, sambil mengakomodasi dinamika yang ada, akan membantu lembaga tetap relevan dan responsif terhadap tantangan yang dihadapi.
Demikian uraian singkat tentang Menjaga Relevansi Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Layanan Informasi