
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Instagram: @mutupendidikan
Pernah nggak sih kamu bayangin bangun gedung pencakar langit… tanpa cetak biru alias blueprint? Mustahil banget, kan? Nah, itu juga yang terjadi saat perguruan tinggi menjalankan kegiatan akademik, penelitian, dan pengabdian — tanpa pedoman kebijakan mutu yang jelas.
Kebijakan SPMI sebenarnya adalah blueprint strategis bagi kampus untuk memastikan semua aktivitasnya bermutu, relevan, dan berkelanjutan.
Sayangnya, banyak yang malah menganggap dokumen Kebijakan SPMI ini cuma formalitas — padahal justru di sanalah arah masa depan mutu perguruan tinggi ditentukan.
Baca juga: Merumuskan Mission Differentiation: 5 Langkah Menuju Kampus Otentik
Miris tapi nyata: banyak perguruan tinggi punya dokumen Kebijakan SPMI, tapi tidak tahu isinya. Dokumen ini ada di folder LPM, disahkan rektor, ditandatangani, tapi setelah itu… mengendap seperti tahu di kulkas.
Padahal isinya luar biasa penting. Mulai dari visi dan misi mutu kampus, prinsip dasar SPMI, strategi peningkatan mutu, hingga siapa berbuat apa dalam sistem mutu — semua ada di dalamnya.
Jadi kalau kamu masih bertanya-tanya “arah mutu kampus ini ke mana sih?”, jawabannya: ya di Kebijakan SPMI itu!
Baca juga: 7 Fakta Menarik Tentang IKU yang Perlu Kamu Tahu Sebagai Mahasiswa
Yuk kita intip, apa saja isi penting dalam dokumen Kebijakan SPMI menurut Pedoman SPMI PTA:
Kebijakan SPMI bukan hanya “aturan main” tapi juga “peta jalan” mutu institusi. Maka, makin banyak dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa yang paham, makin efektif implementasinya.
Kalau kamu suka filosofi Jepang semacam Kaizen, kamu pasti cinta PPEPP. SPMI itu bukan sistem stagnan. Ia bergerak, tumbuh, dan menyempurna lewat siklus: Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan.
Edward Sallis dalam teorinya tentang Total Quality Management in Education juga menekankan hal yang sama: mutu bukan produk akhir, tapi budaya kolektif yang dibentuk dari proses berulang, reflektif, dan partisipatif.
Bayangkan kalau PPEPP jadi cara berpikir semua unit kampus — setiap kelas, laboratorium, hingga biro administrasi punya semangat memperbaiki terus. Bukan nunggu audit baru sibuk, tapi setiap hari semangat mutu hidup.
Baca juga: Statuta Sudah Usang? Inilah Cara Cerdas Memulai Transformasi Perguruan Tinggi dari Akar
Kampus yang hanya fokus pada akreditasi itu ibarat kereta yang berhenti hanya untuk dinilai di stasiun — tapi lupa bahwa perjalanan mutu itu harus terus berlanjut. Kebijakan SPMI mengingatkan kita bahwa mutu bukan target jangka pendek, tapi komitmen jangka panjang.
“Quality is a journey, not a destination” dipopulerkan secara luas oleh W. Edwards Deming
Dengan memahami isi Kebijakan SPMI, kita akan sadar bahwa mutu adalah bagian dari core values institusi, bukan sekadar proyek tahunan. Ia harus diintegrasikan ke kurikulum, proses belajar, budaya organisasi, bahkan cara melayani mahasiswa di loket!
Kalau kamu bagian dari civitas akademika — dosen, tendik, mahasiswa, atau bahkan pimpinan — kamu punya andil dalam sistem mutu kampus. Jangan cuma menumpang pasif di kereta SPMI, tapi ambil bagian (peran) agar kereta dapat terus melaju cepat.
Baca dan pahami Kebijakan SPMI bukan karena kewajiban, tapi karena kamu peduli pada masa depan kampus ini. Karena kampus bermutu “bukan jatuh dari langit”, tapi dari kesadaran kolektif dan aksi berkelanjutan. Ingat PPEPP, jalani Kaizen, dan jadikan mutu sebagai gaya hidup kampus kita. Stay Relevant!
Referensi
Oleh: Bagus Suminar, wakil ketua ICMI Orwil Jatim, dosen UHW Perbanas Surabaya, dan direktur mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Layanan Informasi