• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Pelatihan

SPMI dan Gaya Kepemimpinan

SPMI dan Gaya Kepemimpinan

SPMI dan Gaya Kepemimpinan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Gaya kepemimpinan (leadership style) adalah cara yang dipakai oleh seorang pemimpin dalam memimpin & mengarahkan tim atau organisasi menuju pencapaian tujuan yang diinginkan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah suatu pendekatan manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dengan meningkatkan dan memperbaiki standar-standar organisasi. Kegiatan ini tidak bisa dilakukan sendiri, namun harus melibatkan seluruh pegawai. Harus ada aktor yang mempu memimpin, membangun bekerja sama (sinergi) dalam upaya perbaikan terus menerus (kaizen).

Implementasi SPMI memerlukan aktor dengan “gaya kepemimpinan yang tepat”, agar tujuan institusi dapat dicapai secara efektif dan efisien.

SPMI dan Gaya Kepemimpinan

Berikut beberapa gaya kepemimpinan yang dapat dipakai untuk keberhasilan SPMI:

  1. Kepemimpinan berorientasi Mutu: Gaya kepemimpinan dimana Rektor, Kepala sekolah dan segenap pimpinan lembaga memberikan perhatian dan fokus pada mutu sebagai prioritas utama. Pemimpin mendorong semua karyawan agar memiliki perhatian yang tinggi pada mutu. 
  2. Kepemimpinan berorientasi Pelanggan: Pada gaya ini, pemimpin benar-benar memperhatikan keinginan dan kebutuhan pelanggan, dan bekerja keras untuk memastikan bahwa semua pegawai memiliki perhatian yang sama terhadap kepuasan pelanggan. 
  3. Kepemimpinan Partisipatif: Gaya kepemimpinan yang perhatian terhadap karyawan dan melibatkan mereka dalam dalam proses perbaikan. Pemimpin partisipatif berusaha memastikan bahwa karyawan memiliki peran aktif dalam mengembangkan solusi. Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif akan membuka saluran komunikasi yang lebih baik dengan para karyawan, sehingga memudahkan mereka untuk memberikan masukan & saran yang bermanfaat dalam implementasi SPMI.
  4. Kepemimpinan Transformasional: Gaya pemimpin ini berusaha memberi inspirasi, memotivasi karyawan untuk terus berinovasi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pemimpin transformasional berusaha memastikan bahwa semua pegawai termotivasi untuk berpartisipasi dalam program perbaikan terus-menerus (kaizen). 
  5. Kepemimpinan Servant: Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan servant (melayani) berusaha memprioritaskan kebutuhan karyawan dan membantu mereka dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam implementasi SPMI, pemimpin melayani, membantu karyawan untuk lebih terlibat dalam proses perbaikan dan meningkatkan mutu layanan.
  6. Kepemimpinan Berbasis Data: Gaya pemimpin ini berusaha menggunakan data untuk membuat keputusan. Pemimpin berbasis data berusaha memastikan bahwa seluruh proses-proses pendidikan dijalankan dengan data & fakta, sehingga mampu meningkatkan mutu.

Baca juga: SPMI dan Soft Skills

Demikian beberapa contoh gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan untuk keberhasilan SPMI. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Kesadaran Mutu

SPMI dan Kesadaran Mutu

SPMI dan Kesadaran Mutu

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Makna Kesadaran Mutu 

Kesadaran mutu (Quality awareness) adalah kemampuan organisasi atau karyawan untuk mengenali, memahami dan menghargai pentingnya mutu dalam segala aspek kehidupan atau organisasi. Kesadaran mutu meliputi keterampilan untuk mengidentifikasi standar-standar mutu yang baik dan mencari solusi untuk meningkatkan mutu secara terus menerus.

Kesadaran mutu sangat penting bagi strategi pengelolaan organisasi. Quality awareness dapat membantu meningkatkan kepuasan stakeholder, meningkatkan motivasi kerja, meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan meningkatkan citra organisasi. 

SPMI dan Kesadaran Mutu

Kesadaran mutu merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI perguruan tinggi dibangun melalui 4 (empat) dokumen penting yaitu: Kebijakan SPMI, Manual PPEPP, Standar SPMI dan Formulir-formulir. Dokumen-dokumen diatas dibangun berdasarkan keinginan yang kuat untuk membangun mutu pendidikan. Tentu saja membangun dokumen mutu harus diawali adanya kesadaran mutu yang kuat.

Berikut beberapa contoh manfaat kesadaran mutu bagi keberhasilan SPMI:

  1. Kepuasan stakeholder: Kesadaran mutu membantu institusi pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah) untuk lebih memahami need & want stakeholder. Upaya maksimal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan menghasilkan layanan yang bermutu. 
  2. Meningkatkan produktivitas: Kesadaran mutu membantu institusi pendidikan untuk mengidentifikasi masalah-masalah mutu. Masalah mutu akan segera dicarikan solusi dengan berbagai tindakan, seperti tindakan koreksi, korektif dan preventif, upaya ini tentu berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi organisasi.
  3. Keterlibatan karyawan: Kesadaran mutu membantu anggota organisasi (dosen, guru, tendik) untuk memahami bagaimana tugas dan pekerjaan mereka berkontribusi pada mutu pendidikan. Kesadaran mutu dapat meningkatkan keterlibatan karyawan, rasa ikut memiliki serta memotivasi segenap karyawan untuk bekerja dengan lebih baik.
  4. Mengurangi biaya operasional: Kesadaran mutu tentu dapat membantu mengurangi biaya-biaya operasional. Pekerjaan dilakukan dengan sungguh-sungguh, tindakan preventif lebih diutamakan daripada upaya-upaya koreksi. Budaya mengutamakan pencegahan (preventif) dapat mengurangi biaya-biaya operasional organisasi.
  5. Citra organisasi: Institusi pendidikan yang memiliki mutu yang baik dapat membangun reputasi di mata pelanggan dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya. Citra organisasi yang baik akan meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan. Semua hal diatas tentu saja diawali dari terbangunnya kesadaran mutu dari internal organisasi.

Sebagai penutup, kesadaran mutu (quality awareness) memiliki peran yang penting bagi keberhasilan SPMI. Bila lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) ingin memiliki sistem mutu SPMI yang handal, mulailah secara terus menerus membangun kesadaran mutu di internal organisasi.

Dengan meningkatkan kesadaran mutu, organisasi dapat meningkatkan kepuasan stakeholder, produktivitas kerja, keterlibatan karyawan, mengurangi biaya, serta membangun citra (image) yang baik di mata pelanggan (stakeholder). Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Followership

Peran Followership bagi Keberhasilan SPMI

SPMI dan Followership

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Pengertian Followership

Followership adalah kemampuan bawahan untuk menjadi pengikut yang efektif dalam sebuah organisasi atau tim. Followership mencakup keterlibatan aktif dalam mencapai sasaran organisasi dan aktif membantu pemimpin dalam penyelesaian pekerjaannya.

Followership tidak cukup sekadar mengikuti perintah dari pimpinan (secara pasif), tetapi juga aktif partisipasi dalam mengambil keputusan. Aktif memberikan ide serta masukan untuk mencapai tujuan organisasi. Followership yang efektif mampu memberi kontribusi pada organisasi. Followership meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu pekerjaan dalam organisasi.

Peran Followership bagi Keberhasilan SPMI

SPMI merupakan pendekatan manajemen yang fokus pada peningkatan mutu pendidikan dan kepuasan stakeholder. SPMI dibangun melalui partisipasi aktif semua anggota karyawan dalam organisasi. Membangun partisipasi aktif semua anggota, memerlukan ketrampilan Followership. Jadi Followership sangat dibutuhkan bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu (SPMI).

Berikut beberapa manfaat dan peran followership bagi keberhasilan SPMI:

  1. Patuh pada Aturan: Followership dicirikan patuh mengikuti panduan, standar dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk mencapai mutu pendidikan yang diinginkan. Seorang pengikut yang efektif akan berusaha memahami & mengikuti standar-standar SPMI lembaga pendidikan dengan cermat dan konsisten.
  2. Aktif Berpartisipasi: Ikut aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait pencapaian mutu pendidikan, tidak hanya menerima keputusan yang dibuat oleh pemimpin, namun juga memberikan ide, masukan dan saran yang inovatif bagi peningkatan mutu. Berusaha meningkatkan standar SPMI agar semakin unggul dalam memberi pelayanan pada stakeholder.
  3. Komunikasi Asertif: Mampu berempati dan berkomunikasi dengan baik dengan rekan kerja dan manajemen. Pengikut yang efektif akan berkomunikasi dengan asertif, jelas dan terbuka, mampu membantu memperbaiki mutu pendidikan dan memperkuat hubungan kerja (human relationship) di dalam organisasi.
  4. Menjadi Teladan: Menjadi teladan yang baik bagi pegawai lain dalam lembaga. Pengikut yang efektif akan memperlihatkan semangat, dedikasi dan keseriusannya terhadap SPMI, mampu memotivasi karyawan lain untuk berpartisipasi dalam upaya meningkatkan mutu.

Berikut ada beberapa tipe follower:

  • Tipe Sheep: adalah tipe individu yang demikian pasif dan membutuhkan motivasi dari pemimpin.
  • Tipe Yess-man: adalah tipe bawahan yang selalu berkomitmen untuk pemimpin kelompok, dan akan selalu di baris terdepan dalam menjalankan perintah dari pimpinan.
  • Tipe Pragmatis: Karyawan tipe ini tidak proaktif sama sekali, dan akan mengikuti apa yang menjadi keinginannya.
  • Tipe Alien: Karyawan dengan tipe yang cerdas, namun tidak cocok dengan anggota tim yang lain dan cenderung untuk menurunkan semangat karyawan lain. Tipe ini cenderung akan selalu komplain dan mempertanyakan keputusan dari pimpinan.
  • Tipe Star follower: Karyawan ini adalah teladan yang pemikir positif dan aktif. Karyawan tipe ini tidak akan secara membabi buta menerima keputusan pimpinan. Bijak dan selalu empati memahami orang lain. Pengikut tipe ini bisa berhasil walau tanpa kehadiran seorang pemimpin.

Tentu tipe terakhir (Star Follower) adalah yang terbaik bagi keberhasilan SPMI. Follower yang positif dan aktif mensukseskan keberhasilan manajemen mutu. Aktif meningkatkan standar mutu dan menerapkan secara konsisten pada segenap unit yang dipimpinnya.

Penutup, perilaku followership sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Followership dapat membantu meningkatkan partisipasi karyawan, meningkatkan komunikasi di internal organisasi, dan meningkatkan pencapaian standar mutu SPMI. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tantangan dalam Implementasi SPMI

Tantangan dalam Implementasi SPMI

Tantangan dalam Implementasi SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi, sekolah dan madrasah di Indonesia tidaklah mudah. Kendala-kendala yang ditemukan perlu dihadapi dengan optimis dan menjadikan sebagai tantangan yang harus dihadapi. 

Berikut beberapa tantangan terkait implementasi SPMI, yang mungkin dapat muncul pada lembaga Anda, dan harus dihadapi dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas:

  1. Rendahnya pemahaman tentang SPMI: Banyak perguruan tinggi, sekolah dan madrasah yang belum terbiasa dengan prinsip-prinsip SPMI, belum sepenuhnya memahami fungsi dan makna SPMI. Hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran tentang pentingnya SPMI dan kurangnya komitmen dari semua pihak dalam menjalankan sistem mutu ini. Tantangannya, bagaimana membangun pemahaman yang kokoh tentang SPMI?
  2. Tingkat partisipasi SDM yang rendah: Implementasi SPMI memerlukan partisipasi aktif dan dukungan dari semua pihak, pimpinan, dosen, guru, mahasiswa, staf, dan semua pihak yang berkepentingan. Sayangnya, masih banyak yang belum/ kurang berpartisipasi aktif dalam menjalankan SPMI, baik karena kurangnya kesadaran atau kurangnya motivasi. Tantangan, bagaimana menumbuhkan partisipasi aktif dan dukungan semua SDM lembaga pendidikan?
  3. Regulasi yang terus berkembang: Dalam pendidikan tinggi, munculnya Permendikbudristek no 53 tahun 2023, menunjukkan bahwa regulasi yang dibuat pemerintah terus diperbaharui dan disempurnakan. Kondisi ini tentu saja membuat anggota organisasi yang terlibat dalam pengembangan mutu harus terus update, tentu saja hal ini tidak mudah. Tantangannya adalah pimpinan institusi pendidikan harus mampu untuk terus menerus memantau perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal, kemudian mengambil langkah-langkah strategis yang tepat.
  4. Kurangnya SDM yang terlatih: Implementasi SPMI memerlukan SDM yang terlatih dan berkompeten dalam mengelola SPMI. Sayangnya, banyak perguruan tinggi, sekolah dan madrasah di Indonesia masih kekurangan tenaga ahli atau staf yang terlatih dalam hal ini. SPMI dipersepsi hanya menjadi tugas dan tanggung jawab unit Penjaminan Mutu saja. Padahal jargon “Quality is everyone’s job” mengandung makna bahwa mutu adalah pekerjaan semua orang dalam organisasi.
  5. Keterbatasan finansial: Implementasi SPMI juga memerlukan budget anggaran yang cukup besar, mulai dari pengembangan sarana prasarana, pembelian alat-alat laboratorium dan perlengkapan hingga pelatihan tim SPMI. Keterbatasan dana seringkali menjadi kendala bagi perguruan tinggi, sekolah dan madrasah, khususnya lembaga yang masih tergolong baru berdiri.

Penutup, agar dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut, perguruan tinggi, sekolah dan madrasah perlu memperkuat semangat, komitmen dan kesadaran dari semua unsur. Lembaga perlu mengalokasikan budget yang memadai untuk mengembangkan SPMI secara terus menerus.

Pemerintah, khususnya kementerian pendidikan dan kebudayaan, juga perlu membuat regulasi yang sederhana, praktis, mudah dan memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan atau bantuan teknis untuk membantu lembaga dalam menerapkan SPMI dengan baik. Demikian uraian singkat tentang Tantangan dalam Implementasi SPMI.

Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Pengendalian Dokumen

SPMI dan Pengendalian Dokumen

SPMI dan Pengendalian Dokumen

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Pengendalian Dokumen

Pengendalian dokumen adalah kegiatan pengaturan, pengawasan, dan pemeliharaan dokumen yang diperlukan oleh organisasi. Kegiatan ini meliputi pengumpulan, pengorganisasian, penataan, penyimpanan, pemutakhiran (update), dan distribusi dokumen-dokumen pada unit-unit yang memerlukan.

Kegiatan Pengendalian dokumen umumnya dilakukan untuk memastikan bahwa semua dokumen-dokumen organisasi dipastikan telah dikelola dengan baik, update, mudah diakses oleh unit kerja yang berwenang, dan tidak mengalami kerusakan atau hilang.

SPMI dan Pengendalian Dokumen

Dalam Permendikbudristek no 53 tahun 2023, pasal 69 ayat 1, point a.4. disebutkan: Perguruan tinggi dalam mengimplementasikan SPMI mempunyai tugas: menetapkan perangkat SPMI yang minimal mencakup: “tata cara pendokumentasian implementasi SPMI“.

Dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), pengendalian dokumen memainkan peran penting dalam menjaga konsistensi dan mutu layanan pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah). Contoh dokumen SPMI untuk pendidikan tinggi diantaranya: Kebijakan SPMI, Manual PPEPP, Standar SPMI dan formulir-formulir.

Berikut beberapa peran penting pengendalian dokumen bagi keberhasilan SPMI:

  1. Menjaga konsistensi: Dokumen SPMI yang disusun harus konsisten dengan visi misi organisasi. Visi Misi harus menjadi landasan dalam menyusun kebijakan SPMI Perguruan Tinggi, manual PPEPP, standar SPMI dan prosedur. Melalui pengendalian dokumen, lembaga harus dapat dapat memastikan bahwa proses-proses pendidikan telah konsisten dan sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan.
  2. Efisiensi dan produktivitas: Dokumen SPMI yang tertata baik (terstruktur dan terorganisir) dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi & produktivitas organisasi. Pengendalian dokumen yang baik, dapat membantu memastikan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk decision making dan menjalankan kegiatan lembaga, tersedia dan mudah diakses.
  3. Akurasi dan keamanan: Dokumen SPMI yang dihasilkan oleh organisasi harus akurat & aman. Terjaga dari resiko diubah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau manipulasi yang tidak sah. Pengelola SPMI harus dapat memastikan bahwa semua dokumen aman,  tidak dirusak atau diubah tanpa sepengetahuan dan izin dari yang berwenang.
  4. Mendorong kepatuhan: Pengendalian dokumen juga dapat membantu lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah), untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen yang dibuat telah memenuhi peraturan dan persyaratan hukum yang berlaku. 

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa pengendalian dokumen (document control) memainkan peran penting bagi keberhasilan implementasi SPMI. Pengendalian dokumen yang baik dapat memastikan efisiensi, konsistensi, akurasi, keamanan & kepatuhan dalam semua kegiatan SPMI. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Stay Relevant

SPMI dan Stay Relevant

SPMI dan Stay Relevant

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Stay Relevant

“Stay relevant” adalah konsep yang berkaitan dengan kemampuan lembaga pendidikan atau individu untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang demikian cepat. Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memerlukan semangat dan upaya “stay relevant” yang kuat. Melalui Kaizen, SPMI harus terus berkembang dan update seiring waktu.

Beberapa pertanyaan terkait relevansi lembaga pendidikan: Apakah visi misi lembaga masih sesuai? Apakah Rencana Strategis (Renstra) cocok dengan perubahan lingkungan? Apakah isi dari standar SPMI masih fit dgn kondisi zaman? Apakah manual PPEPP perguruan tinggi sudah tepat? Pertanyaan-pertanyaan kritis diatas, tentu harus sering kita tanyakan.

Guna keberhasilan SPMI, berikut contoh untuk “stay relevant“:

  1. Adaptasi pada perubahan: Upaya “Stay relevant” membantu lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi dan merespons perubahan lingkungan yang demikian cepat. Organisasi dapat memperkuat kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan memperbaiki proses-proses secara terus menerus. Sebaliknya bila gagal beradaptasi, standar SPMI yang dimiliki akan kehilangan relevansinya (tidak update).
  2. Berinovasi: Terus berinovasi adalah upaya organisasi untuk tetap “Stay relevant“. Lembaga didorong mengembangkan ide-ide baru dan menerapkan metode serta teknologi terbaru. Standar SPMI harus dirancang untuk adaptif dan mengantisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal. 
  3. Keterampilan berkomunikasi: Upaya “Stay relevant” juga perlu didukung dengan kemampuan berkomunikasi, baik dengan karyawan, pelanggan, dan pihak stakeholder lainnya. Keterampilan berkomunikasi dapat meningkatkan pemahaman atas need and want pihak-pihak terkait.
  4. Pentingnya keterlibatan karyawan: Upaya “Stay relevant” dapat membantu lembaga pendidikan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam penerapan SPMI. Organisasi dapat memperkuat kemampuan mereka dan memberikan pelatihan yang relevan. 
  5. Kemampuan bersaing: Upaya  dan semangat agar “Stay relevant” membantu lembaga pendidikan agar mampu bersaing dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Organisasi dapat memperkuat kemampuan untuk mengembangkan strategi SPMI yang efektif dan efisien agar unggul dalam persaingan. Visi, Misi dan Renstra lembaga pendidikan, harus terus di update agar sesuai dengan tuntutan era digital saat ini.

Kesimpulan, upaya “stay relevant” sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah harus meningkatkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan perubahan yang demikian pesat. Stay relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Cara Membuat Standar SPMI

Cara Membuat Standar SPMI

Cara Membuat Standar SPMI

Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) Standar SPMI Perguruan Tinggi adalah dokumen berisi berbagai kriteria, ukuran, patokan, atau spesifikasi yang disebut Standar Pendidikan Tinggi atau Standar Dikti dari setiap aspek pendidikan tinggi di suatu Perguruan Tinggi untuk mewujudkan visi dan misinya. 

Dokumen Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) berfungsi sebagai: 

  1. alat ukur dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan Perguruan Tinggi; 
  2. indikator untuk menunjukkan tingkat (level) mutu Perguruan Tinggi; 
  3. tolok ukur capaian oleh semua pihak di Perguruan Tinggi, sehingga menjadi faktor pendorong untuk bekerja dengan (atau bahkan melebihi) standar; 
  4. bukti otentik kepatuhan Perguruan Tinggi terhadap peraturan perundang undangan tentang Standar Dikti; dan 
  5. bukti kepada masyarakat bahwa Perguruan Tinggi tersebut telah secara sungguh-sungguh menyelenggarakan pendidikan tinggi berdasarkan standar.

Membuat standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) yang baik untuk perguruan tinggi adalah langkah penting dalam menjaga mutu pendidikan dan mengawal pelayanan yang diberikan. 

Ada 2 metode yang dianjurkan untuk membuat standar SPMI Perguruan Tinggi, yang pertama dengan metode ABCD (audience, behavior, competence dan degree), sedangkan metode yang kedua dengan model KPI (Key Performance Indicators).  

Dalam artikel kali ini, akan diulas pembuatan standar dengan metode KPI. Adapun contoh yang akan dibahas adalah dalam kasus di perguruan tinggi.

Cara Membuat Standar SPMI

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda jalankan agar dapat membuat standar SPMI yang efektif dan efisien:

Visi-Misi dan Renstra Perguruan Tinggi

Pastikan bahwa Standar SPMI yang Anda rancang selaras dengan visi-misi dan renstra (rencana strategis) perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam menentukan KPI yang relevan dengan pencapaian tujuan tersebut.

Misalnya ketika merancang standar kerjasama, standar perpustakaan, standar kompetensi lulusan atau standar-standar lainnya maka visi-misi dan renstra perguruan tinggi harus menjadi sumber inspirasi yang akan memberi arah penyusunan standar SPMI.

Identifikasi Aspek Penting

Identifikasi aspek-aspek penting dalam operasional perguruan tinggi yang perlu diukur dan ditingkatkan. Ini bisa termasuk kualitas pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, layanan mahasiswa, dan lain-lain.

Pengelola perguruan tinggi dapat mengembangkan standar sesuai tuntutan internal dan eksternal. Untuk eksternal tentu wajib mempertimbangkan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Tentukan KPI yang Relevan

Pilih KPI yang sesuai dengan masing-masing aspek. Misalnya, untuk kualitas pengajaran, Anda dapat menggunakan KPI seperti tingkat kehadiran dosen, hasil evaluasi mahasiswa terhadap dosen, dan sebagainya.

Dalam mengembangkan KPI, Perguruan Tinggi dapat menetapkan target capaian/tahun untuk masing-masing standar, menetapkan indikator keberhasilan dan metode pengukuran yang sesuai.

Pastikan KPI SMART

Pastikan bahwa setiap KPI yang dipilih memenuhi kriteria SMART: Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, dan ada ukuran Waktu. Contohnya, “Meningkatkan tingkat kehadiran dosen dalam kelas menjadi 95% pada akhir semester ini.”

KPI Standar SPMI Perguruan Tinggi
Penyusunan KPI untuk standar SPMI
Tetapkan Target KPI

Tentukan target kinerja yang diinginkan untuk setiap KPI. Target ini harus sesuai dengan tujuan perguruan tinggi dan realistis dalam konteks sumber daya yang tersedia.

Target harus ambisius dan menantang, namun juga harus realistis. Sebaiknya yang menetapkan target adalah atasan / pimpinan, agar sesuai dengan pencapaian Renstra Perguruan Tinggi.

Kaitkan KPI dengan Rencana Strategis (Renstra)

Pastikan bahwa setiap KPI memiliki kaitan dengan rencana strategis perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam mengukur sejauh mana pencapaian KPI berkontribusi pada pencapaian tujuan secara keseluruhan.

Bila KPI dibuat untuk kurun waktu 1 tahun, maka dalam waktu 5 tahun kedepan KPI harus dipastikan dapat mencapai tujuan yang disusun dalam renstra (rencana 5 tahun).

Buat Sistem Monitoring Pencapaian Standar

Buat sistem untuk mengumpulkan, merekam, dan memantau  capaian KPI secara teratur. Proses ini dapat memanfaatkan perangkat lunak atau alat pelacakan yang sesuai.

Dengan adanya sistem informasi manajemen secara digital, maka pimpinan akan mudah memantau progres implementasi dari standar yang telah disusun.

Menetapkan Penanggung Jawab

Agar proses implementasi Standar berjalan baik, tetapkan siapa yang bertanggung jawab atas pengumpulan data, pemantauan KPI, dan analisis data. Jelaskan peran dan tanggung jawab masing-masing individu atau tim (Job Description).

Evaluasi dan Analisis

Dalam SPMI (sistem penjaminan mutu internal) Perguruan Tinggi, ada mekanisme PPEPP, melalui manual yang ke 3 yaitu Evaluasi, dapat dilakukan secara periodik.

Evaluasi data KPI untuk mengidentifikasi tren dan perubahan. Lakukan analisis untuk menentukan apakah target tercapai dan jika tidak, identifikasi penyebab dan solusinya.

Implementasi Perbaikan

Jika KPI tidak mencapai target yang ditetapkan, identifikasi tindakan perbaikan yang diperlukan. Lakukan perbaikan dan rencanakan langkah-langkah untuk mencapai target di masa mendatang.

Review dan Revisi Dokumen Standar (Update)

Secara berkala tinjau dan revisi standar SPMI, termasuk KPI yang digunakan. Pastikan bahwa KPI yang dipilih tetap relevan dengan perubahan kebijakan, kebutuhan perguruan tinggi, dan tujuan pendidikan.

Komunikasi Hasil Pencapaian Standar SPMI

Bagikan hasil KPI kepada semua pemangku kepentingan, termasuk dosen, mahasiswa, staf, dan pihak luar. Ini dapat dilakukan melalui laporan, presentasi, atau rapat.

Dukungan Manajemen Puncak

Pastikan dukungan penuh dari manajemen perguruan tinggi dalam implementasi dan pengembangan SPMI. Manajemen perlu memprioritaskan pendidikan berkualitas dan perbaikan berkelanjutan.

Peningkatan Berkelanjutan (Kaizen)

Jadikan SPMI sebagai bagian dari budaya perguruan tinggi. Teruslah mengembangkan SPMI dan meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan (Kaizen).

Budaya SPMI adalah pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang sesuai dengan standar SPMI

Penutup

Ingatlah bahwa setiap perguruan tinggi memiliki kebutuhan dan konteks yang berbeda, setiap perguruan tinggi memiliki strategi dan positioning yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda buat sesuai dengan karakteristik unik perguruan tinggi Anda dan tujuan yang ingin dicapai.

Demikian uraian singkat tentang Cara Membuat Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Menyusun Standar Kompetensi Lulusan

Salah satu dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi yang perlu untuk disusun adalah Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria capaian pembelajaran lulusan pendidikan tinggi yang merupakan internalisasi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Bagaimana prosedur atau langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menyusun Standar Kompetensi Lulusan? 

Menyusun standar kompetensi lulusan yang baik memerlukan beberapa tahap, diantaranya:

  1. Identifikasi Kebutuhan Dunia Industri: Cermati kebutuhan industri, konsumen dan perusahaan yang berkaitan dengan lulusan program studi. Lakukan analisis mendalam terhadap kebutuhan tersebut. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan melakukan beberapa metode seperti fokus group discussion, survei, atau wawancara dengan para pakar, profesional di industri terkait.
  2. Identifikasi Kebutuhan Akademik: Pelajari kebutuhan akademik yang diperlukan oleh mahasiswa untuk bisa memenuhi harapan /kebutuhan industri yang tadi telah diidentifikasi. Proses analisis kebutuhan akademik, dapat dilakukan dengan mengevaluasi kurikulum program studi yang sejenis di perguruan tinggi lain atau dengan melakukan sharing /diskusi dengan para akademisi di bidang yang bersangkutan. Kegiatan ini sering juga dilakukan melalui kegiatan Benchmarking.
  3. Menetapkan Kompetensi: Dari hasil analisis kebutuhan industri & akademik, selanjutnya dibuat daftar kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan program studi. Umumnya kompetensi tersebut mencakup pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afeksi) yang dibutuhkan untuk dapat sukses di suatu industri.
  4. Susun Indikator: Setelah menyusun daftar kompetensi, lalu tentukan indikator-indikator yang dapat diukur untuk setiap kompetensi. Indikator yang baik harus spesifik, terukur, dan relevan dengan kompetensi yang ingin diraih.
  5. Tetapkan Level Kompetensi: Tetapkan level kompetensi yang diinginkan dari lulusan program studi. Level kompetensi tersebut dapat berupa pemahaman dasar, kemahiran yang terampil, atau tingkat keahlian yang sangat mahir. Dengan adanya level kompetensi akan mudah bagi manajemen untuk mengukur sejauh mana capaian pembelajaran telah diraih.
  6. Validasi Standar Kompetensi: Validasi standar kompetensi  dilakukan dengan melibatkan stakeholder. Stakeholder yang dilibatkan dapat berasal dari industri, akademisi, orang tua dan mahasiswa.
  7. Implementasi dan Evaluasi: Setelah standar kompetensi dibuat dan disetujui, maka harus diimplementasikan dan dievaluasi secara berkala. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan apakah lulusan program studi telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Melalui langkah-langkah diatas, maka InsyaAllah akan diperoleh standar kompetensi lulusan yang baik. Standar yang baik dapat meningkatkan mutu lulusan, dan meningkatkan kepuasan stakeholder. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Diagram Fishbone

SPMI dan Diagram Fishbone

SPMI dan Diagram Fishbone

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Diagram fishbone (diagram Ishikawa /diagram tulang ikan) adalah salah tools yang dapat digunakan untuk melakukan proses perbaikan berkelanjutan (kaizen). Diagram fishbone adalah metode visualisasi yang dapat dipakai untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang pengaruh pada suatu masalah atau hasil tertentu.

SPMI dan Diagram Fishbone

Dalam konteks SPMI atau Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Internal, lembaga pendidikan dapat menggunakan diagram fishbone sebagai alat (tools) untuk membantu pengambilan keputusan. Diagram fishbone dapat dipakai untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada permasalahan/ hasil tertentu. 

Berikut contoh faktor-faktor yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan diagram fishbone:

  1. Faktor manusia (SDM): Keberhasilan SPMI sangat bergantung pada kesadaran (quality awareness) dan partisipasi penuh seluruh stakeholder, baik pimpinan, dosen, guru, staf administrasi, maupun mahasiswa. Untuk itu, faktor-faktor seperti budaya mutu, komitmen, pengetahuan, motivasi, dan keterlibatan stakeholders dapat dianalisis lebih dalam dengan menggunakan diagram fishbone. Pada akhirnya upaya penguatan faktor-faktor yang positif dapat dilakukan. Demikian pula faktor-faktor yg negatif segera bisa dicari tindakan perbaikan.
  2. Faktor proses: SPMI melibatkan banyak proses (program / kegiatan) yang harus dijalankan secara terstruktur, sistematis dan produktif. Faktor-faktor penting seperti efektivitas, efisiensi proses, kesesuaian dengan kebijakan, manual dan standar, serta pengelolaan risiko dapat dianalisis dengan menggunakan diagram fishbone.
  3. Faktor lingkungan: Analisis situasi dan kondisi lingkungan sangat penting bagi keberhasilan lembaga pendidikan. Analisis ini sering dikenal dengan istilah “evaluasi diri”. Lingkungan eksternal & internal kampus/ sekolah dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi SPMI. Faktor-faktor ada saja yang paling berpengaruh dan berdampak signifikan perlu diketahui oleh manajemen. Faktor-faktor seperti peraturan dan regulasi, demografi, perubahan budaya, ketersediaan sumber daya, dan kondisi fisik kampus dapat dianalisis dengan menggunakan diagram fishbone.

Sebagai kesimpulan, diagram fishbone dapat memudahkan lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan SPMI. Hal ini dapat membantu institusi untuk mengembangkan visi misi, strategi dan rencana aksi yang lebih tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Stay relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI yang Rumit dan Birokratis

Membuat SPMI Simpel dan Mudah

Membuat SPMI Simpel dan Mudah

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan sistem manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Proses ini dilakukan dengan beberapa tahapan seperti: Membangun kesadaran mutu, Membangun dokumen SPMI dan upaya-upaya implementasi.

Pimpinan lembaga pendidikan berupaya membangun dokumen SPMI, mensosialisasikan, mengimplementasikan dan mengintegrasikan di semua lini departemen, bidang dan fungsi-fungsi organisasi. Namun seringkali proses ini menjadi rumit dan birokratis.

Kerumitan dalam pengelolaan SPMI, bisa dipastikan akibat mismanagement. Ego sektoral, struktur yang kaku, komunikasi yang buruk adalah jawaban atas permasalahan diatas. Oleh karena itu SPMI perlu dibuat lebih sederhana, mudah dipahami namun berfungsi dengan baik. Pepatah mengatakan Keep it simple & sweet (KISS).

Membuat SPMI Simpel dan Mudah

Berikut beberapa cara untuk membuat SPMI menjadi lebih simpel dan mudah:

  1. Fokus pada Kepuasan Stakeholder: Budaya SPMI harus dibangun untuk fokus pada pemuasan kebutuhan stakeholder. Seluruh pengelola SPMI harus mengupayakan terpenuhinya harapan-harapan mereka. Ingat, jangan terjebak dalam proses administrasi- birokrasi yang berlebihan.  Fokus pada apa yang penting untuk pelanggan dan berupaya memberikan “the best solutions”.
  2. Keterlibatan Tim: Setiap anggota tim dalam lembaga harus dilibatkan dalam penerapan SPMI. Masing-masing anggota tim memiliki tupoksi yang jelas dalam meningkatkan mutu pendidikan. Beri motivasi dan semangat kepada setiap anggota tim untuk aktif berpartisipasi dalam perbaikan yang berkelanjutan (kaizen).  Selanjutnya tidak lupa memberikan reward / penghargaan sebagai pengakuan atas jerih payah mereka.
  3. Membangun Nilai-Nilai SPMI: Penting sekali untuk membangun nilai-nilai (values) organisasi. Khususnya nilai-nilai yang berkaitan dengan azas kualitas, seperti kesetiaan pelanggan, inovasi, tepat waktu, pelayanan prima, efisiensi, kepercayaan, dan integritas. Kurangi dokumen prosedural yang kaku, ganti dengan nilai-nilai pelayanan yang unggul.
  4. Membangun Komunikasi: Komunikasi yang efektif antara fakultas, departemen dan tim sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Upayakan menumbuhkan saluran komunikasi yang terbuka dan jelas, sehingga setiap anggota organisasi dapat berkontribusi dengan maksimal. Ciptakan forum-forum informal agar komunikasi menjadi lancar dan tidak terjebak budaya birokratis “red tape”.
  5. Perbaikan Terus-menerus: SPMI pendidikan tinggi dikembangkan melalui siklus PPEPP, SPMI Dikdasmen dikembangkan melalui siklus PDCA, keduanya harus diterapkan untuk mencapai target mutu pendidikan. Terus fokus pada perbaikan berkelanjutan, dorong anggota organisasi untuk berinovasi dan mencari solusi-solusi terbaik.
  6. Pengukuran yang Sederhana: Dalam SPMI sangat penting untuk memiliki alat ukur dan metode analisis yang tepat. Ingat, jangan sampai terjebak dengan alat-alat ukur yang rumit. Gunakan alat yang sederhana dan mudah dipahami oleh pelaksana di lapangan.

Baca juga: Penyebab Kegagalan SPMI

Demikian, uraian singkat tentang bagaimana mengatasi SPMI yang rumit dan birokratis, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami