
SPMI dan Gaya Kepemimpinan
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Gaya kepemimpinan (leadership style) adalah cara yang dipakai oleh seorang pemimpin dalam memimpin & mengarahkan tim atau organisasi menuju pencapaian tujuan yang diinginkan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah suatu pendekatan manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan dengan meningkatkan dan memperbaiki standar-standar organisasi. Kegiatan ini tidak bisa dilakukan sendiri, namun harus melibatkan seluruh pegawai. Harus ada aktor yang mempu memimpin, membangun bekerja sama (sinergi) dalam upaya perbaikan terus menerus (kaizen).
Implementasi SPMI memerlukan aktor dengan “gaya kepemimpinan yang tepat”, agar tujuan institusi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Berikut beberapa gaya kepemimpinan yang dapat dipakai untuk keberhasilan SPMI:
Baca juga: SPMI dan Soft Skills
Demikian beberapa contoh gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan untuk keberhasilan SPMI. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Kesadaran Mutu
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Kesadaran mutu (Quality awareness) adalah kemampuan organisasi atau karyawan untuk mengenali, memahami dan menghargai pentingnya mutu dalam segala aspek kehidupan atau organisasi. Kesadaran mutu meliputi keterampilan untuk mengidentifikasi standar-standar mutu yang baik dan mencari solusi untuk meningkatkan mutu secara terus menerus.
Kesadaran mutu sangat penting bagi strategi pengelolaan organisasi. Quality awareness dapat membantu meningkatkan kepuasan stakeholder, meningkatkan motivasi kerja, meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan meningkatkan citra organisasi.
Kesadaran mutu merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI perguruan tinggi dibangun melalui 4 (empat) dokumen penting yaitu: Kebijakan SPMI, Manual PPEPP, Standar SPMI dan Formulir-formulir. Dokumen-dokumen diatas dibangun berdasarkan keinginan yang kuat untuk membangun mutu pendidikan. Tentu saja membangun dokumen mutu harus diawali adanya kesadaran mutu yang kuat.
Berikut beberapa contoh manfaat kesadaran mutu bagi keberhasilan SPMI:
Sebagai penutup, kesadaran mutu (quality awareness) memiliki peran yang penting bagi keberhasilan SPMI. Bila lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) ingin memiliki sistem mutu SPMI yang handal, mulailah secara terus menerus membangun kesadaran mutu di internal organisasi.
Dengan meningkatkan kesadaran mutu, organisasi dapat meningkatkan kepuasan stakeholder, produktivitas kerja, keterlibatan karyawan, mengurangi biaya, serta membangun citra (image) yang baik di mata pelanggan (stakeholder). Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Followership
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Followership adalah kemampuan bawahan untuk menjadi pengikut yang efektif dalam sebuah organisasi atau tim. Followership mencakup keterlibatan aktif dalam mencapai sasaran organisasi dan aktif membantu pemimpin dalam penyelesaian pekerjaannya.
Followership tidak cukup sekadar mengikuti perintah dari pimpinan (secara pasif), tetapi juga aktif partisipasi dalam mengambil keputusan. Aktif memberikan ide serta masukan untuk mencapai tujuan organisasi. Followership yang efektif mampu memberi kontribusi pada organisasi. Followership meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu pekerjaan dalam organisasi.
SPMI merupakan pendekatan manajemen yang fokus pada peningkatan mutu pendidikan dan kepuasan stakeholder. SPMI dibangun melalui partisipasi aktif semua anggota karyawan dalam organisasi. Membangun partisipasi aktif semua anggota, memerlukan ketrampilan Followership. Jadi Followership sangat dibutuhkan bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu (SPMI).
Berikut beberapa manfaat dan peran followership bagi keberhasilan SPMI:
Berikut ada beberapa tipe follower:
Tentu tipe terakhir (Star Follower) adalah yang terbaik bagi keberhasilan SPMI. Follower yang positif dan aktif mensukseskan keberhasilan manajemen mutu. Aktif meningkatkan standar mutu dan menerapkan secara konsisten pada segenap unit yang dipimpinnya.
Penutup, perilaku followership sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Followership dapat membantu meningkatkan partisipasi karyawan, meningkatkan komunikasi di internal organisasi, dan meningkatkan pencapaian standar mutu SPMI. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
Tantangan dalam Implementasi SPMI
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi, sekolah dan madrasah di Indonesia tidaklah mudah. Kendala-kendala yang ditemukan perlu dihadapi dengan optimis dan menjadikan sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Berikut beberapa tantangan terkait implementasi SPMI, yang mungkin dapat muncul pada lembaga Anda, dan harus dihadapi dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas:
Penutup, agar dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut, perguruan tinggi, sekolah dan madrasah perlu memperkuat semangat, komitmen dan kesadaran dari semua unsur. Lembaga perlu mengalokasikan budget yang memadai untuk mengembangkan SPMI secara terus menerus.
Pemerintah, khususnya kementerian pendidikan dan kebudayaan, juga perlu membuat regulasi yang sederhana, praktis, mudah dan memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan atau bantuan teknis untuk membantu lembaga dalam menerapkan SPMI dengan baik. Demikian uraian singkat tentang Tantangan dalam Implementasi SPMI.
Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Pengendalian Dokumen
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Pengendalian dokumen adalah kegiatan pengaturan, pengawasan, dan pemeliharaan dokumen yang diperlukan oleh organisasi. Kegiatan ini meliputi pengumpulan, pengorganisasian, penataan, penyimpanan, pemutakhiran (update), dan distribusi dokumen-dokumen pada unit-unit yang memerlukan.
Kegiatan Pengendalian dokumen umumnya dilakukan untuk memastikan bahwa semua dokumen-dokumen organisasi dipastikan telah dikelola dengan baik, update, mudah diakses oleh unit kerja yang berwenang, dan tidak mengalami kerusakan atau hilang.
Dalam Permendikbudristek no 53 tahun 2023, pasal 69 ayat 1, point a.4. disebutkan: Perguruan tinggi dalam mengimplementasikan SPMI mempunyai tugas: menetapkan perangkat SPMI yang minimal mencakup: “tata cara pendokumentasian implementasi SPMI“.
Dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), pengendalian dokumen memainkan peran penting dalam menjaga konsistensi dan mutu layanan pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah). Contoh dokumen SPMI untuk pendidikan tinggi diantaranya: Kebijakan SPMI, Manual PPEPP, Standar SPMI dan formulir-formulir.
Berikut beberapa peran penting pengendalian dokumen bagi keberhasilan SPMI:
Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa pengendalian dokumen (document control) memainkan peran penting bagi keberhasilan implementasi SPMI. Pengendalian dokumen yang baik dapat memastikan efisiensi, konsistensi, akurasi, keamanan & kepatuhan dalam semua kegiatan SPMI. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Stay Relevant
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
“Stay relevant” adalah konsep yang berkaitan dengan kemampuan lembaga pendidikan atau individu untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang demikian cepat. Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memerlukan semangat dan upaya “stay relevant” yang kuat. Melalui Kaizen, SPMI harus terus berkembang dan update seiring waktu.
Beberapa pertanyaan terkait relevansi lembaga pendidikan: Apakah visi misi lembaga masih sesuai? Apakah Rencana Strategis (Renstra) cocok dengan perubahan lingkungan? Apakah isi dari standar SPMI masih fit dgn kondisi zaman? Apakah manual PPEPP perguruan tinggi sudah tepat? Pertanyaan-pertanyaan kritis diatas, tentu harus sering kita tanyakan.
Guna keberhasilan SPMI, berikut contoh untuk “stay relevant“:
Kesimpulan, upaya “stay relevant” sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah harus meningkatkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan perubahan yang demikian pesat. Stay relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Cara Membuat Standar SPMI
Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) Standar SPMI Perguruan Tinggi adalah dokumen berisi berbagai kriteria, ukuran, patokan, atau spesifikasi yang disebut Standar Pendidikan Tinggi atau Standar Dikti dari setiap aspek pendidikan tinggi di suatu Perguruan Tinggi untuk mewujudkan visi dan misinya.
Dokumen Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) berfungsi sebagai:
Membuat standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) yang baik untuk perguruan tinggi adalah langkah penting dalam menjaga mutu pendidikan dan mengawal pelayanan yang diberikan.
Ada 2 metode yang dianjurkan untuk membuat standar SPMI Perguruan Tinggi, yang pertama dengan metode ABCD (audience, behavior, competence dan degree), sedangkan metode yang kedua dengan model KPI (Key Performance Indicators).
Dalam artikel kali ini, akan diulas pembuatan standar dengan metode KPI. Adapun contoh yang akan dibahas adalah dalam kasus di perguruan tinggi.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda jalankan agar dapat membuat standar SPMI yang efektif dan efisien:
Pastikan bahwa Standar SPMI yang Anda rancang selaras dengan visi-misi dan renstra (rencana strategis) perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam menentukan KPI yang relevan dengan pencapaian tujuan tersebut.
Misalnya ketika merancang standar kerjasama, standar perpustakaan, standar kompetensi lulusan atau standar-standar lainnya maka visi-misi dan renstra perguruan tinggi harus menjadi sumber inspirasi yang akan memberi arah penyusunan standar SPMI.
Identifikasi aspek-aspek penting dalam operasional perguruan tinggi yang perlu diukur dan ditingkatkan. Ini bisa termasuk kualitas pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, layanan mahasiswa, dan lain-lain.
Pengelola perguruan tinggi dapat mengembangkan standar sesuai tuntutan internal dan eksternal. Untuk eksternal tentu wajib mempertimbangkan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Pilih KPI yang sesuai dengan masing-masing aspek. Misalnya, untuk kualitas pengajaran, Anda dapat menggunakan KPI seperti tingkat kehadiran dosen, hasil evaluasi mahasiswa terhadap dosen, dan sebagainya.
Dalam mengembangkan KPI, Perguruan Tinggi dapat menetapkan target capaian/tahun untuk masing-masing standar, menetapkan indikator keberhasilan dan metode pengukuran yang sesuai.
Pastikan bahwa setiap KPI yang dipilih memenuhi kriteria SMART: Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, dan ada ukuran Waktu. Contohnya, “Meningkatkan tingkat kehadiran dosen dalam kelas menjadi 95% pada akhir semester ini.”
Tentukan target kinerja yang diinginkan untuk setiap KPI. Target ini harus sesuai dengan tujuan perguruan tinggi dan realistis dalam konteks sumber daya yang tersedia.
Target harus ambisius dan menantang, namun juga harus realistis. Sebaiknya yang menetapkan target adalah atasan / pimpinan, agar sesuai dengan pencapaian Renstra Perguruan Tinggi.
Pastikan bahwa setiap KPI memiliki kaitan dengan rencana strategis perguruan tinggi. Ini akan membantu dalam mengukur sejauh mana pencapaian KPI berkontribusi pada pencapaian tujuan secara keseluruhan.
Bila KPI dibuat untuk kurun waktu 1 tahun, maka dalam waktu 5 tahun kedepan KPI harus dipastikan dapat mencapai tujuan yang disusun dalam renstra (rencana 5 tahun).
Buat sistem untuk mengumpulkan, merekam, dan memantau capaian KPI secara teratur. Proses ini dapat memanfaatkan perangkat lunak atau alat pelacakan yang sesuai.
Dengan adanya sistem informasi manajemen secara digital, maka pimpinan akan mudah memantau progres implementasi dari standar yang telah disusun.
Agar proses implementasi Standar berjalan baik, tetapkan siapa yang bertanggung jawab atas pengumpulan data, pemantauan KPI, dan analisis data. Jelaskan peran dan tanggung jawab masing-masing individu atau tim (Job Description).
Dalam SPMI (sistem penjaminan mutu internal) Perguruan Tinggi, ada mekanisme PPEPP, melalui manual yang ke 3 yaitu Evaluasi, dapat dilakukan secara periodik.
Evaluasi data KPI untuk mengidentifikasi tren dan perubahan. Lakukan analisis untuk menentukan apakah target tercapai dan jika tidak, identifikasi penyebab dan solusinya.
Jika KPI tidak mencapai target yang ditetapkan, identifikasi tindakan perbaikan yang diperlukan. Lakukan perbaikan dan rencanakan langkah-langkah untuk mencapai target di masa mendatang.
Secara berkala tinjau dan revisi standar SPMI, termasuk KPI yang digunakan. Pastikan bahwa KPI yang dipilih tetap relevan dengan perubahan kebijakan, kebutuhan perguruan tinggi, dan tujuan pendidikan.
Bagikan hasil KPI kepada semua pemangku kepentingan, termasuk dosen, mahasiswa, staf, dan pihak luar. Ini dapat dilakukan melalui laporan, presentasi, atau rapat.
Pastikan dukungan penuh dari manajemen perguruan tinggi dalam implementasi dan pengembangan SPMI. Manajemen perlu memprioritaskan pendidikan berkualitas dan perbaikan berkelanjutan.
Jadikan SPMI sebagai bagian dari budaya perguruan tinggi. Teruslah mengembangkan SPMI dan meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan (Kaizen).
Budaya SPMI adalah pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang sesuai dengan standar SPMI
Ingatlah bahwa setiap perguruan tinggi memiliki kebutuhan dan konteks yang berbeda, setiap perguruan tinggi memiliki strategi dan positioning yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, pastikan bahwa standar SPMI yang Anda buat sesuai dengan karakteristik unik perguruan tinggi Anda dan tujuan yang ingin dicapai.
Demikian uraian singkat tentang Cara Membuat Standar SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Menyusun Standar Kompetensi Lulusan
Salah satu dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi yang perlu untuk disusun adalah Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria capaian pembelajaran lulusan pendidikan tinggi yang merupakan internalisasi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Bagaimana prosedur atau langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menyusun Standar Kompetensi Lulusan?
Menyusun standar kompetensi lulusan yang baik memerlukan beberapa tahap, diantaranya:
Melalui langkah-langkah diatas, maka InsyaAllah akan diperoleh standar kompetensi lulusan yang baik. Standar yang baik dapat meningkatkan mutu lulusan, dan meningkatkan kepuasan stakeholder. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Diagram Fishbone
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Diagram fishbone (diagram Ishikawa /diagram tulang ikan) adalah salah tools yang dapat digunakan untuk melakukan proses perbaikan berkelanjutan (kaizen). Diagram fishbone adalah metode visualisasi yang dapat dipakai untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang pengaruh pada suatu masalah atau hasil tertentu.
Dalam konteks SPMI atau Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Internal, lembaga pendidikan dapat menggunakan diagram fishbone sebagai alat (tools) untuk membantu pengambilan keputusan. Diagram fishbone dapat dipakai untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada permasalahan/ hasil tertentu.
Berikut contoh faktor-faktor yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan diagram fishbone:
Sebagai kesimpulan, diagram fishbone dapat memudahkan lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan SPMI. Hal ini dapat membantu institusi untuk mengembangkan visi misi, strategi dan rencana aksi yang lebih tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Stay relevant !
Instagram: @mutupendidikan
Membuat SPMI Simpel dan Mudah
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan sistem manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Proses ini dilakukan dengan beberapa tahapan seperti: Membangun kesadaran mutu, Membangun dokumen SPMI dan upaya-upaya implementasi.
Pimpinan lembaga pendidikan berupaya membangun dokumen SPMI, mensosialisasikan, mengimplementasikan dan mengintegrasikan di semua lini departemen, bidang dan fungsi-fungsi organisasi. Namun seringkali proses ini menjadi rumit dan birokratis.
Kerumitan dalam pengelolaan SPMI, bisa dipastikan akibat mismanagement. Ego sektoral, struktur yang kaku, komunikasi yang buruk adalah jawaban atas permasalahan diatas. Oleh karena itu SPMI perlu dibuat lebih sederhana, mudah dipahami namun berfungsi dengan baik. Pepatah mengatakan Keep it simple & sweet (KISS).
Berikut beberapa cara untuk membuat SPMI menjadi lebih simpel dan mudah:
Baca juga: Penyebab Kegagalan SPMI
Demikian, uraian singkat tentang bagaimana mengatasi SPMI yang rumit dan birokratis, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Layanan Informasi