“Kendala Budaya Mutu Pendidikan”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Membangun budaya mutu yang kuat tentu saja tidak mudah, perlu ada strategi dan pola kepemimpinan yang kuat. Tidak sedikit dijumpai, lembaga pendidikan memiliki budaya mutu yang kokoh dan ada pula yang lemah dalam membangun budaya mutu.
Mengapa budaya mutu di masing-masing organisasi berbeda-beda? Dalam kehidupan organisasi (misal pendidikan) faktor pendukung dan penghambat budaya mutu menjadi sesuatu yang alamiah. Hal ini lahir disebabkan adanya pro dan kontra dari masing-masing kepentingan.
Power Point (PDF):
Instagram: @mutupendidikan
Berikut akan diuraikan beberapa permasalahan dan kendala dalam membangun budaya mutu organisasi pendidikan, baik di perguruan tinggi, mapun di sekolah dasar dan sekolah menengah.
Pengambilan keputusan lewat forum yudisium berarti lebih menitikberatkan pada aspek “kebijakan rapat pimpinan” untuk memutuskan siapa saja yang berhak untuk lulus, diterima atau dimuluskan dalam suatu seleksi. Rapat yudisium beresiko pada budaya mutu, bila keputusan tidak berdasarkan standar yang telah disusun.
Tradisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) juga sering menjadi penghambat peningkatan mutu pendidikan. Pemilihan pejabat (rektor/dekan/kepa sekolah), penerimaan guru / dosen, tenaga kependidikan tidak melalui ujian secara selektif melalui uji kompetensi, wawancara maupun tes psikologi. Demikian pula untuk menerimaan mahasiswa / siswa baru, dapat beresiko terjadinya KKN.
Pemasungan kreativitas SDM di lembaga pendidikan, kerap terjadi pada pihak-pihak akibat gejolak perpolitikan yang tidak sehat. Misal: Seorang dosen tidak mendapatkan proyek penelitian karena ia bukan tim sukses dalam pemilihan rektor.
Budaya “Aji mumpung” beresiko untuk merusak budaya mutu pendidikan. Aji Mumpung berasal dari bahasa jawa yakni menghandalkan sesuatu yang melekat pada dirinya. Misal Bapaknya menjabat sebagai pemimpin pada suatu lembaga pendidikan, anak-anaknya termasuk kerabat dengan mudah memanfaatkan untuk kepentingan pribadi seperti rekruitmen, tender proyek dll.
Baca juga: Penilaian Kinerja Dosen berbasis Peningkatan Mutu Akademik
Bekerja yang sarat dengan budaya trasaksional. Semua diukur dengan materi atau umbalan, ada gula ada semut, ada imbalan ada kerja. Sistim imbalan memang penting, namun kalau semua diukur secara transaksional, iklim budaya mutu yang mendorong layanan yang berkualitas tidak akan bisa maksimal. Perlu budaya memberi (giving), saling menolong, nilai-nilai berbagi, nilai-nilai pelayanan dll.
Perpustakaan dalam sebuah institusi pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) berposisi sebagai jantung kehidupan ilmiah yang harus terus dikembangkan. Pengembang perpustakaan harus secara menyeluruh dari aspek SDM, gedung, koleksi, sarpras dll. Semua itu tentu memerlukan perhatian dan dukungan seluruh stakeholder.
Baca juga: SPMI, Motivasi Kerja & Budaya Mutu
Dalam organisasi manapun, sikap Egois, Pesimis, Sentimen & Materialitis dapat terjadi pada beberapa orang karyawan. Demikian pula pada institusi pendidikan, pudaya negatif diatas, dapat terjadi antar pegawai maupun antar guru / dosen.
Misalnya tuntutan seorang dosen harus mampu menciptakan penemuan ilmiah sekaligus harus menyampaikan dalam forum ilmiah tampaknya tidak terlepas dari peran dan perangkat teknologi. Pembelajaran saat ini lebih bersifat Learning by doing yang mengedepankan action dari setiap peserta didiknya. Guru merasa nyaman saja bila tidak dapat berpartisipasi aktif dengan program online learning (LMS).
Pengambilan keputusan diupayakan melalui sumber data yang lengkap serta analisa yang tepat. Namun realita yang terjadi, sering kali lembaga pendidikan terkadang miskin data dan dokumen. Dari data yang tidak lengkap tersebut, pengambilan keputusan menjadi tidak akurat.
Basis-Basis Kebohongan untuk manipulasi dokumen akreditasi, misal:
Misal: Menyulap ruang kantor, ruang dosen, laboratorium, perpustakaan, ruang kelas dan sarana fisik lainnya yang statusnya milik jurusan lain diakui menjadi milik prodi.
Orientasi pelaksanaan kegiatan ini sekedar menghabiskan anggaran agar dianggap sukses dalam penyerapan anggaran sekaligus dana yang telah dianggarkan tidak dikembalikan kepada Negara (Institusi Pendidikan Negeri). Disamping pihak pengelola/ manajemen tetap memperoleh keuntungan pribadi atas terlaksananya kegiatan tersebut. Apakah kegiatan ini dapat dipastikan efektif dan efisien?
Demikian, semoga penjelasan singkat ini bermanfaat…Aamiin.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
“Employee Engagement & Budaya Mutu”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Instagram: @mutupendidikan
Dapatkah SPMI & Budaya Mutu Pendidikan dicapai bila “Employee Engagement” masih belum optimal?
Istilah employee engagement diperkenalkan oleh Kahn (1990), beliau menjelaskan bahwa employee engagement sebagai keterikatan anggota organisasi dengan organisasi itu sendiri. Keterikatan disini bukan hanya secara fisik & kognitif tetapi juga secara emosional.
Silahkan diunduh:
(Employee Engagement, SPMI dan Budaya Mutu)
Employee Engagement merupakan bentuk fisik, kognitif, dan emosi yang “penuh dan positif” yang diberikan karyawan lembaga pendidikan (dosen/guru/ tenaga pendidikan) terhadap pekerjaan dan organisasi.
Beberapa pertanyaan:
Kumpulan perasaan, kepercayaan, dan pemikiran yang dipegang tentang bagaimana cara berperilaku mengenai pekerjaan dan organisasi.
Pekerjaan yang menjadi identitas dari pegawai lembaga pendidikan. Job Involvement secara psikologis terdiri dari aspek kogntif dan belief (aspek fisik dan emosi).
Sikap setia dan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh pegawai (pimpinan dan bawahan) yang telah memutuskan untuk bergabung dalam suatu keanggotaan tertentu.
Semoga ringkasan point-point singkat ini bermanfaat.
mutupendidikan.com
Informasi Pelatihan :
Kata kunci untuk penelusuran: employee engagement, komitmen pegawai, motivasi karyawan, pelatihan pegawai, training sdm, pelatihan manajemen, workshop pegawai, manajemen sumber daya manusia, mutu pendidikan, spmi, standar spmi
“Manual PPEPP dalam SPMI”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Big Picture MODEL PDCA ini insyaAllah akan sangat membantu. Dengan mengikuti alur dalam model ini, kita akan mudah untuk mengembangkan SPMI melalui proses Kaizen. Model ini dapat pula diterapkan tidak hanya di Perguruan tinggi, dapat pula di implementasikan di SMA, SMP maupun Pendidikan SD.
Agar proses Kaizen (perbaikan terus menerus) dapat berjalan dengan baik, konsep Sistem Manajemen Mutu mengenalkan empat fungsi penting TQM (Total Quality Mangement) yang dikenal dengan PDCA:
Prosen kaizen dalam SPMI Perguruan Tinggi menggunakan manual SPMI yang dikenal dengan istilah PPEPP. Sedangkan untuk Dikdasmen menggunakan konsep PDCA.
Manual PPEPP- SPMI pada dasarnya berkaitan dengan pentahapan mengelolaan standar melalui mekanisme PDCA (Kaizen):
Demikian sekilas info tentang Model PDCA dan Manual PPEPP. Semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
“Mengenal Fungsi, Tujuan & Manfaat SOP bagi Sekolah”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Sebagai salah satu tools manajemen, Standar Operasional Prosedur (SOP) dapat membantu lembaga pendidikan untuk mencapai sasaran organisasi secara efektif dan efisien.
SOP merupakan bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SOP yang dikelola dengan baik akan membantu pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) secara tepat sasaran.
Tautan Penting: Peran SOP bagi manajemen pendidikan
Segenap pegawai,tenaga pendidik dan kependidikan, perlu dilatih untuk menyusun /membuat dan secara konsisten melaksanakan isi SOP. SOP yang sudah dibuat harus dijalankan secara konsisten dengan disiplin dan bersungguh-sungguh. Komitmen segenap pimpinan lembaga pendidikan sangat diperlukan dalam keberhasilan implementasi SOP yang telah dibuat.
Ada cukup banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya SOP yang benar, baku dan objektif. Seluruh tenaga pelaksana pendidikan baik itu dosen/guru/ tenaga kependidikan akan dapat merasakan manfaat apabila SOP disusun dengan baik dan benar. Berikut manfaatnya:
SOP merupakan panduan kerja dalam organisasi. SOP berkaitan dengan proses-proses organisasi yang dilakukan secara berurutan (tahapan kerja). Jika SOP disusun dan dilaksanakan dengan benar maka organisasi akan memperoleh hasil kerja yang paling optimal (efektif & efisien).
Baca juga: Unsur-Unsur Penting dalam SOP
Demikian, semoga uraian singkat tentang Fungsi, Tujuan & Manfaat SOP bagi Sekolah, dapat bermanfaat, terimakasih.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
_________________________________
mutupendidikan.com
Follow Instagram: @mutupendidikan
“Jenis Tes Psikologi / Psikotes”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Secara garis besar, ada dua jenis tes psikologi / psikotes, yaitu :
Instagram: @mutupendidikan
Kedua jenis test diatas terus berkembang dan mengalami penyempurnaan. Berikut beberapa jenis psikotes yang cukup populer. Informasi ini diharapkan dapat menjadi wacana bagi lembaga pendidikan.
Terdapat beberapa jenis test kemampuan, antara lain :
Demikian sekilas informasi tentang “Jenis Tes Psikologi / Psikotes”, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
Untuk Informasi Klik disini
“SPMI & Peran Penting Kepemimpinan”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Untuk membangun Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) & budaya mutu pada lembaga pendidikan, tentu saja dibutuhkan pola kepemimpinan yang sesuai (Leadership style). Mencetak pemimpin yang efektif tentu saja tidak mudah, perlu proses dalam bentuk pendidikan dan pelatihan.
Instagram: @mutupendidikan
Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education menjelaskan panjang lebar tentang pola kepemimpinan TQM pada organisasi kependidikan. Bagaimana penjabarannya?
Silahkan diunduh file ppt/pdf:
Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah untuk mencapai target (Standar) organisasi yang telah ditentukan
Kepemimpinan merupakan unsur penting dalam SPMI. Pemimpin harus membangun visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut ke dalam kebijakan yang jelas dan tujuan yang spesifik.
Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi seorang pemimpin.
Baca juga: Pengelolaan, Kepemimpinan, dan Pemberdayaan
Untuk uraian selanjutnya, silahkan di unduh file Slideshare power point (PDF) pada tautan diatas.
Demikian semoga uraian singkat tentang SPMI & Peran Penting Kepemimpinan, semoga bermanfaat.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
__________________________
Instagram: @mutupendidikan
Kendala utama implementasi SPMI
Mengapa beberapa lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi/ Sekolah/ Madrasah) yang menerapkan sistem penjaminan mutu internal (SPMI), belum mendapatkan hasil yang diharapkan?
Program penjaminan mutu (SPMI) telah dilaksanakan, perangkatnya telah disiapkan, dokumennya telah dibangun, investasi jutaan rupiah telah dikeluarkan, namun perbaikan mutu yang diharapkan tidak kunjung dapat dirasakan dan tidak ada perubahan signifikan, bahkan tragisnya semua pelaksana menjadi apatis, mengapa hal ini dapat terjadi?
Dari begitu banyak problem/ kendala implementasi SPMI diantarannya adalah sbb:
Baca juga:
Pengelolaan, Kepemimpinan, dan Pemberdayaan
Demikian sekilas informasi tentang Kendala utama implementasi SPMI, semoga bermanfaat.
________________________
Instagram: @mutupendidikan
“Motivasi Kerja & Budaya Mutu”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) pegawai dalam menghadapi situasi kerja di dalam organisasi (lembaga pendidikan). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri pegawai/karyawan/guru/dosen yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi (lembaga pendidikan).
Instagram: @mutupendidikan
Sikap mental pegawai yang pro dan positif terhadap situasi-kondisi kerja itulah yang memperkuat motivasi pegawai untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.
______________________________________
Power Point (PDF):
______________________________________
Secara umum, teori-teori motivasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguatan (reinforcement theory)
Teori-teori tersebut dapat diimplementasikan pada berbagai bentuk lembaga pendidikan, baik Perguruan Tinggi, Sekolah maupun madrasah.
Keberhasilan implementasi SPMI, tidak luput dari sejauh mana pimpinan organisasi pendidikan mampu menerapkan teknik-teknik motivasi yang tepat dalam mengelola sumber daya manusia.
Penerapan teknik motivasi yang sesuai akan mampu meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan kualitas Sistem manajemen Mutu pendidikan dan membantu membangun Budaya Mutu pendidikan dan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal)
Pencapaian Standar SPMI akan sulit dicapai bila anggota organisasi (tenaga struktural, dosen, guru, tenaga kependidikan) tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Inilah tantangan yang dihadapi organisasi pendidikan saat ini.
Pimpinan lembaga pendidikan, wajib menggerakan seluruh anggota organisasi agar dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi. Kinerja ini diwujudkan dalam pencapaian standar SPMI yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk memahami lebih dalam tentang teori-teori motivasi, berikut dapat di unduh materi SlideShare file power point (PDF) pada tautan diatas.
Baca juga: Perencanaan Karir & Budaya Mutu
Demikian, semoga bermanfaat dan berkah selalu.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
_______________________
mutupendidikan.com
Dapatkan Slideshare Budaya Mutu:
Silahkan di klik: Membangun Budaya Mutu
Dapatkan informasi terkait: Pelatihan / Bintek / Training / Training Kerja / Pelatihan kerja / Lokakarya / Workshop / Mutu / Pendidikan / Kualitas / Guru / Dosen / karyawan / Pegawai / manajemen / Kepemimpinan / Leadership / Motivasi / Sistem / Budaya / Komunikasi / Teori Motivasi
“Membangun Karakter & Budaya Mutu SPMI”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Membuat produk dan jasa yang bermutu, seperti jasa pendidikan tentu saja tidak mudah. Tidak cukup dengan hanya membuat sistem dokumen mutu yang terdiri dari kebijakan SPMI, standar, prosedur maupun manual mutu.
Mutu tidak terletak pada tinta diatas kertas. Mutu ada pada diri pribadi-pribadi manusia yang menjadi penggerak roda organisasi.
Mutu terletak pada nilai-nilai, emosi, sikap dan kepribadian anggota organisasi secara keseluruhan. Semua level dalam organisasi memiliki andil penting dalam mewujudkan arti sebuah mutu.
Semua anggota organisasi harus memiliki kepedulian, perilaku dan sikap yang sesuai untuk membangun sebuah mutu.
Dalam membangun mutu, yang perlu dibangun adalah sikap masing-masing individu anggota organisasi.
Secara definisi, pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang relatif permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Komponen-komponen sikap terdiri dari pengetahuan (kognitif), perasaan-perasaan (afektif), dan kecenderungan untuk bertindak (psikomotorik).
Contoh bentuk sikap-sikap yang positif (mendukung mutu) antara lain sikap peduli, kreatif, bertanggung jawab, jujur, melayani, responsif, proaktif dll.
Sedangkan sebaliknya, contoh sikap-sikap yang negatif (tidak sesuai dengan mutu) seperti sikap acuh, tidak jujur, tidak bertanggung jawab, pasif, kaku dll.
Bagaimana dengan sikap & komitmen kita selama ini? Apakah sudah sejalan dengan sistem budaya SPMI yang telah dibangun selama ini?
Bagaimana terbentuknya sikap dari seorang karyawan? Sikap seorang karyawan dapat terbentuk dari pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan dan lingkungan pendidikan yang mereka peroleh sebelumnya.
Organisasi tempat kerja, bisa juga membentuk sikap kerja melalui proses rekruitmen, seleksi, pelatihan, pembinaan serta pengkondisian dengan sistem mutu yang ada.
Peran utama ada pada faktor pemimpin. Pemimpinlah yang memberi arahan, motivasi, teladan, reward & Punishment.
Dengan arahan pemimpin dan didukung sistem manajemen mutu yang baik, perilaku karyawan akan dapat dibimbing kearah budaya mutu secara konsisten dan konsekuen.
Perilaku mutu yang dilakukan secara terus menerus lama kelamaan akan menjadi habit (kebiasaan). Kebiasaan yang dilakukan oleh seluruh karyawan akan menjadi budaya, dan bila budaya tersebut semakin kuat akan menjadi karakter organisasi.
Membangun mutu dengan karakter yang sesuai, bisa dipastikan jauh lebih efektif dan efisien. Bagaimana pendapat Anda?
Baca juga: Membangun Budaya Mutu Organisasi
Demikian uraian singkat tentang Membangun Karakter & Budaya Mutu SPMI. Semoga bermanfaat dan sukses Mutu Pendidikan Indonesia.
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
_____________________
mutupendidikan.com
Explore: Training & Development
Konsultasi, Online / Offline Training, Pelatihan & In-house Training
“Paradigma & Prinsip Penjaminan Mutu Pendidikan”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Setiap kegiatan atau usaha manusia membutuhkan landasan yang fundamental berupa paradigm dan prinsip. Paradigma adalah cara pandang manusia dalam melihat sesuatu. Paradigma menduduki posisi yang tinggi dalam pelaksanaan segala kegiatan.
Paradigma mampu mengendalikan pikiran, ucapan dan tindakan manusia. Dari paradigma tersebut menghasilkan prinsip. Prinsip adalah kaidah, nilai atau norma yang menjadi pegangan. Prinsip ibarat kompas yang selalu menunjukkan arah yang jelas. Paradigma dan prinsip penjaminan mutu akan membimbing pelaksanaan kegiatan agar tetap pada jalur yang benar sesuai dengan tujuan.
Silahkan diunduh file PowerPoint (PDF) berikut ini:
PowerPoint (PDF):
Paradigma & Prinsip Penjaminan Mutu Pendidikan
Paradigma, yang dalam bahasa inggris disebut paradigm dandalam bahasa prancis disebut paradigm, merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin. Ia berasal dari kata para dan diegma. Para adalah disamping atau disebelah, sedangkan diegma adalah memperlihatkan, model, contoh, arketipe atau ideal. Paradigma berarti disisi model/pola/contoh, atau sesuatu yang memperlihatkan model/pola/contoh.
Paradigma penjaminan mutu pendidikan yang pertama ialah pendidikan inklusif. Inklusif merupakan kata yang berasal dari Bahasa Inggris sinclusive yang artinya “termasuk didalamnya”. Orang yang bersikap inklusif adalah orang yang cenderung memandang positif atas segala perbedaan yang ada.
Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang mengusung persamaan hak dalam pendidikan. Paradigma pendidikan ini memandang bahwa tidak boleh ada diskriminasi atas siswa yang kelainan dan keistimewaan.
Istilah inklusif menjadi paradigm dalam pendidikan di Indonesia karena pendidikan inklusif merupakan penjelmaan dari semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan tersebut mengisyaratkan saling membutuhkan.
Paradigma penjaminan mutu pendidikan yang kedua ialah pembelajaran sepanjang hayat. Paradigma ini mengarah manusia untuk belajar di sepanjang hidupnya. Pembelajaran sepanjang hayat diselenggarakan secara terbuka sejak lahir sampai akhir hayat. Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung melalui jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Pembelajaran seperti ini tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan usia. Sifatnya fleksibel, lintas jalur dan multi makna.
Paradigma penjaminan mutu pendidikan yang ketiga ialah Pendidikan untuk mengembangkan manusia menjadi rahmat sekalian alam (rahmatanlil ‘alamin). Kata rahmatan berasal dari akar kata rahima-yarhamu-rahmatan,yang artinya antara lain berarti mengasihi atau menyayangi. Upaya penjaminan atau peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dalam rangka menciptakan manusia yang rahmatanlil ‘alamin. Manusia yang dapat memberikan rasa aman kepada semua unsur kehidupan. Manusia memberikan kelembutan dengan penuh kasih dan sayang kepada semua manusia yang ada di bumi. Manusia yang tidak menjadi perbedaan sebagai alasan untuk menindas orang lain, makhluk lain dan tidak merusak lingkungan.
Prinsip berasal dari kata principle yang berarti dasar, aturan pokok, atau asas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa prinsip adalah asas, kebenaaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak dan sebagainya. Prinsip dapat dikatakan sebagai pertanyaan dasar atau kebenaran umum atau pun individual yang dijadikan pedoman berfikir dan bertindak. Prinsip merupakan pengagan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Prinsip membimbing manusia untuk tegas dalam berfikir dan bertindak. Prinsip itu terkadang pahit, tetapi sangat sangat penting untuk mencapai kesuksesan.
Penjaminan mutu pendidikan dilakukan atas dasar prinsip
Penjaminan mutu pendidikan harus dilaksanakan dengan prinsip keberlanjutan. Nama lain dari keberlanjutan ialah berkesinambungan atau terus menerus. Kegiatan yang berkelanjutan berarti suatu kegiatan yang berlangsung tanpa berhenti. Prinsip ini memperhatikan segala sesuatu dimasa sekarang dan segala sesuatu yang akan datang. Penjaminan mutu bermula dari akhir dan berakhir diawal. Dikandungan maksud bahwa hasil akhir dari proses penjaminan mutu digunakan sebagai masukan awal untuk mengembangkan program jaminan mutu berikutnya.
Penjaminan mutu pendidikan harus dilaksanakan dengan prinsip terencana dan sistematis. Prinsip ini mengandung maksud bahwa penjaminan mutu yang dilakukan dengan kerangka waktu dan target-target capaian mutu yang jelas dan terukur. Capaian mutu ditargetkan dalam tiap-tiap rentan waktu tertentu. Berbagai kemungkinan yang dapat menghalangi tujuan mutu senantiasa dipikirkan. Selain itu,solusi-solusi yang dibutuhkan dicari sesuai dengan persoalan yang kemungkinan muncul.
Penjaminan mutu pendidikan dilaksanakan dengan tetap menghormati otonomi sekolah. Otonomi sekolah berarti kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut pemrakasa sendiri berdasarkan aspirasi nasional yang berlaku. Meskipun otonomi sekolah memegang prinsip demokratis. Cara pengambilan keputusan dilakukan secara partisipasi. Pengambilan keputusan secara partisipatif adalah cara pengambilan keputusan dengan menciptakan lingkungan yang terbuka dan demokratis dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.
Upaya penjaminan mutu pendidikan berpedoman pada penerapan prinsip bahwa sekolah memberikan fasilitas pembelajaran informal untuk berkelanjutan. Pembelajaran informal merupakan pembelajaran yang dilakukan dilingkungan keluarga dan lingkungan sekitar berupa kegiatan belajar mandiri. Pembelajaran ini dilakukan secara sadar dan teratur tetapi tidak terlalu ketat dengan peraturan-peraturan tetap seperti pada pembelajaran formal. Pembelajaran informal perlu diperhatikan karena ikut menentukan keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan formal. Sekolah perlu berperan dalam mewarnai lingkungan informal siswa. Lingkungan informal perlu diintervensikan agar selaras dengan tujuan pendidikan formal disekolah.
Keterbukaan atau transparansi merupakan suatu keadaan yang tidak tertutup atau tidak rahasia. Keadaan semacam ini memberikan peluang kepada semua pihak untuk mengetahui informasi.Transparansi juga berarti jelas, mudah dipahami atau tidak meragukan. Keterbukaan merujuk pada tindakan yang memungkinkan segala sesuatu menjadi jelas, mudah dipahami dan tidak diragukan kebenarannya. Prinsip keterbukaan sangat penting untuk penyempurnaan sistem. Dengan adanya keterbukaan memungkinkan pemberian informasi untuk keperluan refleksi.
Baca juga: Mengenal Sistem Penjaminan Mutu Sekolah
Demikan, uraian singkat ini kami sampaikan, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
______________________
mutupendidikan.com
Explore: Training & Development
IG: @mutupendidikan
Konsultasi, Pelatihan, Online / Offline Training SPMI
Layanan Informasi