
SPMI dan Analisis SWOT
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
SWOT merupakan singkatan dari kata berbahasa inggris yaitu Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Analisis SWOT adalah suatu metode yang dipakai untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi.
Analisis SWOT bermanfaat membantu individu atau organisasi untuk mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mereka dan untuk menetapkan strategi-strategi yang paling tepat.
Kekuatan (Strength) meliputi faktor-faktor dari dalam organisasi (internal) yang membantu pencapaian tujuan. Contoh kekuatan adalah sumber daya yang baik, personil yang terlatih, dan teknologi canggih, sistem mutu yang handal dll.
Kelemahan (Weakness) meliputi faktor-faktor dari dalam organisasi (internal) yang membatasi keberhasilan pencapaian tujuan. Contohnya seperti sumber daya yang terbatas, personil yang kurang terlatih, infrastruktur yang kurang baik, marketing yang masih lemah, mesin-mesin yang ketinggalan teknologi dll.
Peluang (Opportunity) adalah faktor-faktor di luar organisasi (eksternal) yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Contoh seperti pasar yang tumbuh berkembang, permintaan konsumen yang cukup besar, perkembangan teknologi, dan perubahan dalam kebiasaan atau perilaku konsumen.
Ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar organisasi (eksternal) yang dapat membatasi keberhasilan pencapaian tujuan. Contoh seperti persaingan yang ketat, peraturan pemerintah yang ketat, perubahan iklim, menurunnya jumlah konsumen,dll.
Hasil dari analisis SWOT dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi yang efektif, untuk membuat keputusan organisasi yang lebih tepat, dan untuk membantu pencapaian tujuan organisasi dalam jangka panjang.
Analisis SWOT dapat memainkan peranan penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Berikut penjelasan bagaimana analisis SWOT dapat membantu lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) untuk melakukan evaluasi diri:
Kesimpulan, dengan memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, manajemen lembaga pendidikan dapat membuat rencana aksi yang lebih efektif untuk memastikan penerapan SPMI dapat berjalan baik.
Analisis SWOT membantu memastikan kegiatan SPMI dalam mengelola standar pendidikan dapat fokus pada hal-hal yang benar dan mengatasi potensi masalah, sebelum masalah tersebut menjadi besar (tindakan pencegahan)
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Problem Solving
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Problem solving adalah proses untuk mencari solusi atau jawaban terhadap permasalahan yang muncul. Problem solving terdiri dari kegiatan: Identifikasi masalah, Pemikiran kreatif, Analisis, Evaluasi alternatif, Pemilihan dan Implementasi solusi terbaik.
Proses problem solving memerlukan keterampilan-ketrampilan penting seperti: Berpikir kritis, Keterampilan komunikasi dan kerjasama, Keterampilan pemecahan masalah dan Kreativitas. Proses ini penting dan sangat dibutuhkan dari banyak pekerjaan dan situasi hidup, Proses Problem Solving sangat membantu dalam mengatasi berbagai persoalan hidup, mulai dari masalah individu hingga masalah organisasi atau global.
Problem solving skills memainkan peran penting bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI adalah pendekatan holistik yang menekankan pada peningkatan mutu pendidikan melalui 3 (tiga) elemen penting, yaitu customer focus, continuous improvement, dan employee involvement.
Keterampilan problem solving membantu institusi pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) dalam mengatasi masalah yang muncul seiring dengan pelaksanaan SPMI. Tanpa problem solving skills yang baik, institusi pendidikan tidak akan mampu mengenali dan mengatasi masalah-masalah mutu yang mungkin timbul seiring dengan implementasi SPMI.
Ketrampilan problem solving membantu tim mutu (Rektor, Kepala Sekolah dll) dalam mencari solusi-solusi yang efektif dan efisien untuk masalah yang timbul, yang pada gilirannya dapat membantu dalam meningkatkan mutu pendidikan (SNP).
Keterampilan problem solving juga membantu dalam membangun budaya continuous improvement di dalam institusi pendidikan. Problem Solving yang baik akan mengarahkan organisasi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan serta mengurangi biaya-biaya operasional (efisiensi). Problem solving skills mampu membantu institusi pendidikan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan serta mempertahankan posisi mereka sebagai institusi unggul.
Kesimpulan, problem solving skills memainkan peran yang sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Tanpa problem solving skills yang baik, institusi pendidikan akan kesulitan mengatasi masalah-masalah organisasi yang timbul dan akan kesulitan meningkatkan mutu pendidikan.
Bagaimana kiat meningkatkan keterampilan problem solving? Semoga dapat kita ulasan di kesempatan yang lain.
Demikian uraian singkat tentang Sistem Penjaminan Mutu dan Ketrampilan Pemecahan Masalah, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Kemampuan Beradaptasi
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Kemampuan beradaptasi (adaptability) adalah kemampuan individu atau organisasi untuk beradaptasi / menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan (eksternal dan internal) yang berubah dan mengubah cara-cara bekerja (sistem mutu) sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Adaptability diantaranya mencakup hal seperti kemampuan untuk memahami konteks, problem solving, dan berkoordinasi dengan efektif dengan orang lain dalam situasi yang berubah.
Adaptability merupakan faktor penting bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Telah kita ketahui bersama, bahwa perubahan lingkungan dan persaingan terus berlangsung, untuk merespon hal tersebut, adaptability menjadi sangat penting bagi keberhasilan program tersebut.
Contoh lingkungan internal dan eksternal diantarannya, Internal: sekolah, karyawan, dosen, guru, budaya organisasi, sarana prasarana. Eksternal: demografi, ekonomi, sosial, budaya, politik, teknologi, hukum, persaingan dll.
Berikut beberapa peran adaptability bagi keberhasilan SPMI:
Kesimpulan, adaptability merupakan faktor penting dalam keberhasilan SPMI. Kemampuan beradaptasi membantu organisasi untuk mengatasi perubahan dan mencapai tujuan organisasi (lembaga pendidikan) dengan cara yang efektif dan efisien.
Baca juga: SPMI dan Kecerdasan Emosional
Demikian uraiang singkat tentang SPMI dan Adaptability, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Soft Skills
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Soft skills adalah kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang dapat membantu individu untuk bekerja dengan efektif dan memudahkan interaksi dengan orang lain.
Contoh keterampilan Soft skills antara lain keterampilan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, adaptasi, empati, manajemen waktu, dll. Keterampilan soft skills berbeda dari hard skills, yang lebih fokus pada keterampilan teknis dan profesional. Contoh keterampilan hard skills diantaranya akuntansi, administrasi, komputer dll.
Soft skills mempunyai peran penting bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Berikut beberapa contoh bagaimana keterampilan soft skills mempengaruhi SPMI:
Kesimpulan, keterampilan soft skills memainkan peran penting bagi keberhasilan SPMI. Dalam implementasi SPMI, Soft skills membantu memastikan bahwa anggota tim dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dengan keterampilan softs skills, seseorang dapat beradaptasi dengan tantangan perubahan dan mampu memecahkan masalah-masalah yang muncul.
Bagaimana kiat membangun soft skills? Semoga dapat kita bahas pada kesempatan berikutnya, Aamiin.
Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Soft Skills, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
Membangun Budaya Mutu SPMI
Budaya mutu pendidikan tinggi dapat diartikan sebagai pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang memprioritaskan mutu dan upaya peningkatan dalam semua aspek kegiatan pendidikan tinggi.
Menbangun budaya mutu perlu melibatkan semua stakeholder, termasuk dosen, mahasiswa, alumnus, dunia usaha dan pemerintah. Bekerja sama dengan segenap stakeholder untuk mencapai standar mutu yang tinggi dan memastikan mutu pendidikan dilaksanakan konsisten dan berkelanjutan.
Membangun budaya mutu, dengan mengelola aspek-aspek organisasi seperti manajemen, pengajaran, riset, dan sumber daya manusia. Pimpinan pendidikan tinggi harus memastikan bahwa semua elemen-elemen diatas dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan mutu pendidikan tinggi.
Berikut beberapa cara untuk membangun budaya mutu:
Dengan memastikan bahwa semua elemen tersebut tercakup, budaya mutu insyaAllah dapat dibangun, dijaga dan ditingkatkan secara efektif. Walhasil setiap pemangku kepentingan yang terkait akan puas dan merasakan manfaat layanan lembaga pendidikan.
Demikian uraian singkat tentang Membangun Budaya Mutu SPMI, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Manajemen Konflik
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Manajemen konflik adalah proses yang diterapkan untuk mengatasi dan memecahkan berbagai macam konflik. Konflik dapat terjadi atau muncul antara individu, antar kelompok, antar organisasi, internal organisasi atau stakeholder lain.
Tujuannya manajemen konflik adalah untuk mendapatkan solusi “win-win” yang dapat diterima semua pihak dan meminimalkan dampak-dampak negatif dari konflik. Proses manajemen konflik meliputi identifikasi serta evaluasi sumber konflik, membangun komunikasi efektif, pencarian solusi bersama, pelaksanaan solusi, dan proses evaluasi hasil.
Manajemen konflik sangat penting guna mempertahankan hubungan (relationship) yang baik, membahagiakan semua orang, problem solving / memecahkan masalah, dan memastikan bahwa tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Manajemen konflik memegang peranan penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di lingkungan Pendidikan Tinggi maupun Dikdasmen. Manajemen Konflik membantu mengatasi konflik-konflik yang mungkin muncul selama proses implementasi SPMI.
Pimpinan lembaga pendidikan seperti Rektor, Dekan, Kepala Sekolah dll., harus mampu mengidentifikasi serta mengelola berbagai potensi konflik yang dapat muncul. Konflik dapat muncul ditingkat universitas, fakultas, antara departemen, individu, atau pemangku kepentingan lainnya.
Pimpinan harus mampu memfasilitasi komunikasi yang efektif dan membantu mencari solusi problem solving yang dapat diterima bersama. Pimpinan harus memastikan bahwa implementasi SPMI berlangsung lancar, efektif dan efisien. Pencapai standar-standar mutu yang telah ditetapkan dapat dicapai atau dilampaui.
Manajemen konflik dalam mencapai keberhasilan SPMI terdiri dari:
Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Manajemen Konflik, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
Prinsip Pelaksanaan SPMI Dikdasmen
Satuan pendidikan (Dikdasmen) berperan dalam melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terdiri atas perancangan organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan. SPMI dibangun dan ditingkatkan untuk menjamin terwujudnya pendidikan yang bermutu dalam rangka memenuhi atau melampaui SNP.
Agar dicapai keberhasilan, SPMI Dikdasmen harus menjalankan prinsip-prinsip sebagai berikut:
SPMI harus dikembangkan, ditingkatkan dan diimplementasikan secara mandiri oleh satuan pendidikan. SPMI dikembangkan dengan membangun partisipasi aktif dari seluruh stakeholder. Untuk membangun partisipatif aktif dari stakeholder tentu tidak mudah, perlu adanya upaya komunikasi yang baik dari pimpinan satuan pendidikan.
SPMI memakai acuan mutu minimal SNP dan dapat ditetapkan oleh satuan pendidikan. Dengan adanya standar yang jelas dan terukur akan memudahkan satuan pendidikan untuk melaksanakan program kerja yang tepat. Program kerja disusun untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan sesuai SNP atau dalam rangka melampaui acuan mutu minimal SNP. SPMI harus mengacu pada standar mutu yang berlaku, baik standar nasional maupun internasional, sehingga hasil evaluasi dapat diterima stakeholder secara universal.
SPMI harus menggunakan data & informasi yang jujur, obyektif sesuai dengan situasi kondisi yang ada di satuan pendidikan (Dikdasmen). SPMI dibangun dengan semangat menjunjung tinggi integritas dan etika dalam semua implementasi yang dilakukan, sehingga hasil evaluasi dari SPMI dapat dipercayai oleh sekenap stakeholder.
SPMI harus dibangun secara sistematis dan logis dalam kerangka Plan-Do-Check-Action (PDCA). Sehingga semua staf pelaksana di lapangan, mampu mengerjakan / menyelesaikan tugas-tugas sesuai urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat.
SPMI diimplementasikan secara terus menerus mengikuti 5 langkah penjaminan mutu yang membentuk suatu siklus yang dilaksanakan secara berurutan. Dengan siklus ini, maka ada terjadi proses Kaizen, atau perbaikan yang tidak henti (continuous improvement).
SPMI dibangun, dilaksanakan, dikembangkan terhadap keseluruhan unsur yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait. SPMI harus melihat organisasi secara totalitas / keseluruhan, mencakup semua aspek operasional, termasuk sumber daya manusia, proses bisnis, finansial dan sistem teknologi informasi.
Dalam mengimplementasikan SPMI, diupayakan seluruh aktivitas SPMI terdokumentasi dengan baik. Dokumen tertulis perlu dibangun, dikembangkan dan di update. Dokumen SPMI diantaranya meliputi dokumen kebijakan mutu, prosedur dan formulir. Dokumen-dokumen tersebut harus terkomunikasikan dan mudah diakses oleh stakeholder.
Demikian uraian singkat tentang Prinsip Pelaksanaan SPMI Dikdasmen, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
Peran Komunikasi Dalam SPMI
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan dari sebuah organisasi. Komunikasi terjadi ketika seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain. Informasi yang disampaikan dapat membuat orang lain memiliki persamaan maupun perbedaan maknanya. Komunikasi berfungsi untuk mengendalikan banyaknya pesan yang disampaikan, memotivasi untuk menyampaikan pesan, ekspresi perasaan dan yang paling utama adalah menyampaikan informasi.
Perlu diketahui bahwa Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan bagian dari Total Quality Management (TQM) yang memiliki tujuan yang sama yakni memaksimumkan daya saing organisasi melalui proses perbaikan secara terus menerus (Kaizen).
SPMI wajib diimplementasikan pada setiap komponen lembaga Pendidikan di Indonesia, hal ini ditujukan agar Pendidikan di Indonesia memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki kualitas / mutu Pendidikan yang baik.
SPMI merupakan kegiatan sistemik penjaminan mutu Pendidikan Tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Agar sebuah organisasi Lembaga Pendidikan sukses dalam menjalankan harus berkonsentrasi pada 8 (delapan) elemen kunci yaitu: Etika (etics), Integritas (Integrity), Kepercayaan (trust), Pelatihan (training), Kerja Tim (team work), Kepemimpinan (leadership), Penghargaan (recognition) dan Komunikasi (Communication).
Kesuksesan SPMI membutuhkan peran komunikasi untuk menghubungkan seluruh rantai penghubung semua elemen SPMI. Para pihak yang terlibat haruslah memelihara keterbukaan dari arus komunikasi, dimana seluruh komponen yang terlibat dapat mengirim dan menerima semua informasi tentang proses-proses SPMI.
Supaya komunikasi bisa menjadi sesuatu yang dapat dipercaya maka pesan yang disampaikan harus jelas dan penerima informasi harus memiliki penafsiran yang sama dengan apa yang dimaksud pengirimnya.
Kesuksesan sebuah Lembaga Pendidikan dalam Mengimplementasikan SPMI sangat berpengaruh terhadap keterlibatan seluruh individu untuk berkomitmen dalam mengembangkan organisasinya. Dengan komunikasi yang terbuka dan jujur maka niscaya SPMI akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Merupakan komunikasi dominan yang sering terjadi di sebuah organisasi, dimana Rektor, Kepala Sekolah atau ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) menjelaskan mengenai strategi kesuksesan SPMI kepada seluruh unit yang terlibat.
Komunikasi yang memungkinkan karyawan pada level bawah menyampaikan saran serta usulan kepada manajemen yang lebih tinggi terkait proses implementasi SPMI di Lembaga Pendidikan.
Jenis komunikasi ini juga penting sebab ia sangat berguna untuk mematahkan penghalang antar departemen. Ia juga memudahkan urusan dengan pelanggan dan pemasok dalam cara yang lebih profesional.
SPMI berisi berbagai dokumen-dokumen penting yang harus diimplementasikan dengan baik. Tanpa komunikasi yang efektif, niscaya upaya kaizen (perbaikan secara terus menerus) tidak dapat berjalan dengan baik.
Demikian uraian singkat tentang Peran Komunikasi Dalam SPMI, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
Membangun Karakter Perguruan Tinggi
Setiap lembaga pendidikan secara realistis pastinya memiliki segudang problematik yang berhubungan antar individu, antara satu individu dengan sekelompok individu yang lain bahkan dengan institusi tempat kerja yang bersangkutan. Problematika yang terjadi antar individu atau individu dengan lembaga kerap kali menyangkut perbedaan karakteristik masing-masing. Sehingga pembangunan karakter pada institusi perguruan tinggi kini menjadi suatu keniscayaan.
Membangun Karakter & Mutu Perguruan Tinggi
Definisi “pembangunan Karakter” secara lengkap telah dikemukakan oleh berbagai ahli. Akan tetapi muara pembangunan karakter secara prinsipil memahamkan seseorang untuk mengetahui berbagai karakter beserta ruang lingkupnya serta menanamkan akhlak al-karimah pada diri sesorang. Pembangunan karakter di perguruan tinggi tidak sebatas diperlukan bagi setiap mahasiswa semata, namun seluruh masyarakat akademis beserta tenaga pendukungnya harus memperoleh pemahaman dan penerapan prilaku yang berkarakter.
Menurut “Florence litteur” Karakter dalam arti watak, perilaku, ataupun kepribadian seseorang. Empat pola dasar karakter yang dimiliki manusia:
Undang-undang no.20 tahun 2000 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional: Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Penelitian bidang pendidikan karakter memiliki cakupan yang sangat luas terkait dengan input, berbagai komponen proses dan output serta outcome, bahkan yang terkait dengan kultur lembaga, dan kultur keluarga. Peran kultur sangat menetukan kualitas proses dan hasil pendidikan karakter. Kultur lembaga pendidikan harus selaras dengan nilai-nilai yang dipilih sebagai nilai-nilai target. Kultur positif ini bagaikan ladang yang subur untuk penyemaian dan tumbuh benih-benih moralitas pembangun karakter terpuji.
Dengan meningkatkan mutu perguruan tinggi secara implisit harus dilandasi dengan pembangnan pola prilaku yang berkaitan dengan dimensi moral yang baik. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan. Salah satu kriteria utama dari character strength adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan bangsanya. Keberhasilan pembangunan karakter di perguruan tinggi sangat tergantung pada ada tidaknya knowing, loving,dan doing atau acting.
Pendidikan karakter dinilai sukses bila setiap masyarakat akademik diperguruan tinggi telah menunjukkan kebiasaan berprilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu saja memerlukan waktu, kesepatan, dan tuntutan yang berkelanjutan. Perilaku berkarakter tersebut akan muncul, berkembang dan menguat pada diri setiap masyarakat akademik apabila mengetahui konsep dan ciri-ciri perilaku karakter merasakan dan memiliki sikap yang positif pada konsep karakter yang baik dan terbiasa untuk melakukannya.
Demikian semoga uraian singkat ini bermanfaat… Aamiin.
Sumber Literatur: Manajemen Mutu Perguruan Tinggi, Koreksi & Implementasi Oleh: Safrudin Aziz, M.Pd.I. Penerbit Gava Media, Cetakan 1, 2016
mutupendidikan.com
Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan
Jenis Temuan dalam Audit
Dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Lembaga Pendidikan diwajibkan menjalankan kegiatan Audit Mutu Internal (AMI). Ketika menjalankan tugas audit, seringkali auditor mendapatkan beberapa temuan (finding). Jenis temuan dapat bermacam-macam, diantaranya:
_________________________________
_________________________________
Ketika mendapatkan temuan positif. Auditor harus mencatat segala prestasi, keberhasilan, kesuksesan, kesesuaian yang ditemukan. Jadi jangan hanya temuan negatif (non-conformities) saja yang dicatat, namun juga temuan-temuan positif.
Temuan-temuan positif harus dicatat dan disampaikan dalam laporan audit mutu internal.
Untuk memperkuat perilaku-perilaku positif agar diulang lagi dikemudian hari. sangat dianjurkan, untuk memberi penghargaaan (reward) bagi unit kerja yang berhasil mendapatkan temuan positif. Hal ini sesuai dengan teori motivasi B.F. Skinner (Reinforcement Theory)
Baca juga: Klasifikasi Audit Mutu
Untuk mengenal lebih dalam tentang temuan-temuan audit dan aspek-aspeknya, silahkan diunduh file Slideshare diatas.
Demikian uraian singkat tentang Jenis Temuan dalam Audit Mutu Internal. Semoga bermanfaat.
_________________________________
Instagram: @mutupendidikan
Layanan Informasi