Cara menyederhanakan dokumen SPMI
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Dalam sesi diskusi dengan beberapa guru, dosen dan para pegawai tendik, ada kecenderungan mereka tidak begitu tertarik membaca dokumen-dokumen SPMI. Mengapa demikian? Jawabannya karena seringkali dokumen SPMI, baik itu kebijakan SPMI, Manual maupun Standar disajikan sarat narasi, panjang dan dengan bahasa formal yang membosankan. Hal ini perlu dicarikan alternatif solusi.
Berikut adalah tips beberapa cara untuk menyederhanakan dokumen SPMI:
Dengan mengikuti beberapa cara tips diatas, Kita akan dapat menyederhanakan dokumen SPMI yang rumit dan memudahkan pengguna (user) untuk memahami informasi (kebijakan, standar, prosedur) yang disampaikan. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Stay Relevant
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
“Stay relevant” adalah konsep yang berkaitan dengan kemampuan lembaga pendidikan atau individu untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang demikian cepat. Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memerlukan semangat dan upaya “stay relevant” yang kuat. Melalui Kaizen, SPMI harus terus berkembang dan update seiring waktu.
Beberapa pertanyaan terkait relevansi lembaga pendidikan: Apakah visi misi lembaga masih sesuai? Apakah Rencana Strategis (Renstra) cocok dengan perubahan lingkungan? Apakah isi dari standar SPMI masih fit dgn kondisi zaman? Apakah manual PPEPP perguruan tinggi sudah tepat? Pertanyaan-pertanyaan kritis diatas, tentu harus sering kita tanyakan.
Guna keberhasilan SPMI, berikut contoh untuk “stay relevant“:
Kesimpulan, upaya “stay relevant” sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah harus meningkatkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan perubahan yang demikian pesat. Stay relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI
Keberhasilan implementasi SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) lembaga pendidikan tentu tidak lepas dari pentingnya membangun budaya mutu. Tanpa budaya mutu yang kokoh yang dipakai sebagai nilai-nilai bersama (shared values), tentu implementasi SPMI berisiko akan mengalami kegagalan.
Dalam membangun budaya mutu yang kokoh, perlu diawali dengan membangun sikap mental yang menjadi landasan berpijak budaya mutu. Berikut uraian 5 sikap mental yang penting untuk menjadi teladan bersama.
Semua pikiran dan tindakan pengelola Perguruan Tinggi (PT) harus memprioritaskan mutu. Kesadaran akan pentingnya mutu harus ditanamkan pada setiap anggota organisasi di Perguruan Tinggi.
Menerapkan pendekatan “quality first” melibatkan menetapkan dan mematuhi standar yang ketat untuk setiap tahapan proses pada PT. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan stakeholder, memperbaiki reputasi lembaga, serta meminimalkan biaya operasional proses-proses pada lembaga pendidikan.
Semua pikiran dan tindakan pengelola PT harus ditujukan pada kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal.
Stakeholders-in adalah kelompok stakeholders yang secara langsung terlibat dalam kegiatan PT. Mereka memiliki hubungan & kepentingan yang lebih dekat & dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan PT. Contoh stakeholders-in mungkin termasuk karyawan, mitra kerjasama, dan pemangku kepentingan lain seperti mahasiswa, orang tua, dunia usaha dll.
Setiap pihak (unit kerja) yang menjalankan tugasnya dalam proses pendidikan pada PT harus menganggap pihak lain yang menggunakan output pelaksanaan tugasnya, sebagai pemangku kepentingan yang wajib dipuaskan.
Stakeholders (pemangku kepentingan) adalah perseorangan, kelompok, atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam suatu program, proyek, atau bisnis. Mereka dapat mempengaruhi / dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang diambil oleh organisasi atau entitas lainnya. Stakeholders dapat beragam jenisnya, termasuk karyawan, pelanggan, mahasiswa, wali mahasiswa, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.
Setiap pengambilan keputusan/ kebijakan dalam proses pendidikan pada Perguruan Tinggi wajib didasarkan pada analisis data yang akurat, bukan berdasarkan pada asumsi atau rekayasa.
Budaya “speak with data” sangat penting dalam pengambilan keputusan (decision making) dan pengembangan strategi. Speak with data, memungkinkan PT untuk membuat keputusan yang didasarkan pada data-data dan bukti yang akurat, bukan hanya berdasarkan dugaan, intuisi atau asumsi semata.
Setiap pengambilan keputusan / kebijakan dalam proses pendidikan pada perguruan tinggi harus dilakukan secara partisipatif dan kolegial; bukan otoritatif.
Demikian uraian singkat tentang Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
“Mengaitkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan“
Mengaitkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan adalah langkah penting untuk memastikan bahwa lembaga tetap relevan dan responsif terhadap perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal.
Dalam rangka menghubungkan visi dan misi dengan perubahan lingkungan, organisasi perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika lingkungan, serta kemampuan untuk mengadaptasi strategi dan taktik mereka sesuai dengan perubahan tersebut.
Proses perencanaan strategis yang terus menerus dan fleksibel menjadi penting dalam menjaga keterkaitan antara visi, misi, dan lingkungan yang selalu berubah.
Berikut adalah beberapa cara untuk menghubungkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan:
Lakukan analisis secara mendalam terhadap perubahan tren, tantangan, dan peluang yang muncul dalam lingkungan eksternal perguruan tinggi.
Identifikasi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kebutuhan dan harapan masyarakat, industri, dan pihak-pihak terkait.
Misalnya: Perubahan teknologi informasi dengan munculnya kecerdasan buatan atau AI. Apakah perubahan ini akan mempengaruhi kebutuhan dan harapan masyarakat? Lalu peluang apa yang dapat ditangkap oleh dunia pendidikan tinggi.
Jika perubahan lingkungan menunjukkan adanya pergeseran tren baru, maka perlu mempertimbangkan merevisi atau menyesuaikan misi perguruan tinggi.
Pastikan bahwa misi lembaga pendidikan mencerminkan tujuan utama dan kontribusi lembaga terhadap masyarakat luas.
Contoh: Ketika tren perubahan kearah pembelajaran online, apakah perguruan tinggi perlu penyesuaian terhadap misi mereka?
Visi perguruan tinggi sebaiknya mencerminkan aspirasi jangka panjang yang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Visi ini harus menginspirasi dan memberi semangat. Visi menjadi landasan untuk tujuan jangka panjang. Visi adalah cita-cita ingin ingin diraih organisasi dalam jangka panjang.
Pilih dan tentukan prioritas strategis yang sesuai dengan perubahan lingkungan. Fokus pada bidang-bidang yang memiliki dampak besar terhadap lembaga dan masyarakat.
Pilih yang sesuai dengan kekuatan-kekuatan atau keunggulan (Strengths) lembaga pendidikan.
Baca juga: SPMI dan Market Positioning
Libatkan pihak-pihak terkait (stakeholder) seperti alumni, industri, dan masyarakat dalam proses merumuskan visi dan misi baru atau yang diperbarui.
Melalui cara diatas, tentu dapat memastikan bahwa aspirasi semua pihak telah diakomodasi.
Kembangkan program akademik / penelitian dengan kebutuhan yang muncul dari perubahan lingkungan eksternal.
Pastikan bahwa kurikulum dan program penelitian yang dikembangkan dapat mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi peluang dan tantangan masa depan.
Bangun kerjasama dengan organisasi dan lembaga lain yang relevan dengan bidang keahlian perguruan tinggi. Ini dapat memperluas citra lembaga dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan.
Tetapkan indikator kinerja untuk memantau sejauh mana lembaga pendidikan tinggi telah berhasil menghubungkan visi dan misi dengan perubahan lingkungan. Lakukan evaluasi berkala untuk mengidentifikasi perbaikan yang mungkin diperlukan.
Pastikan bahwa visi dan misi tidak bersifat kaku. Lembaga pendidikan harus tetap fleksibel dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan.
Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI
Dengan menghubungkan visi dan misi perguruan tinggi dengan perubahan lingkungan, lembaga dapat tetap relevan, berkontribusi pada masyarakat, dan menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Tips Menyusun Dokumen SPMI
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah rangkaian kebijakan, standar dan prosedur yang dirancang untuk memastikan mutu dan kinerja suatu institusi pendidikan. Berikut adalah beberapa tips untuk menyusun dokumen SPMI:
Demikian uraian singkat tentang Tips Menyusun Dokumen SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
Standar SPMI: Implementasi Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko dalam pembuatan standar SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) perguruan tinggi merupakah hal yang sangat penting. Manajemen resiko dapat membantu untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi standar SPMI.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya (Wikipedia)
Manajemen risiko adalah usaha untuk mengelola risiko dengan cara memonitor sumber risiko, melacak, dan melakukan serangkaian upaya agar dampak risiko bisa diminimalisasi.
Bagaimana bentuk implementasi manajemen risiko dalam pembuatan Standar SPMI? Berikut Tips yang dapat Anda gunakan:
Identifikasi risiko-risiko yang dapat muncul dalam proses pembuatan, implementasi, dan pemantauan standar SPMI pada Perguruan Tinggi.
Contoh risiko ini misalnya kurangnya dukungan dari pihak top manajemen, ketidaksesuaian standar SPMI dengan tuntutan kondisi eksternal, atau rendahnya kesadaran, motivasi dan partisipasi dari anggota staf perguruan tinggi.
Pentingnya melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya risiko (likelihood) atas semua risiko-risiko yang telah diidentifikasi serta dampaknya (impact). Hal ini nanti akan membantu dalam memprioritaskan risiko mana yang perlu ditangani terlebih dahulu.
Matriks manajemen risiko dapat berguna untuk melakukan proses analisis risiko. Risiko yang berkategori tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih serius.
Misal tentang pengelolaan sarana parkir kendaraan mahasiswa, bila dirasa memiliki resiko yang tinggi, tentu memerlukan prioritas untuk dicari tindakan solusi yang tepat.
Untuk setiap risiko yang telah diidentifikasi, tentukan strategi yang tepat. Ini bisa melibatkan pengurangan risiko, transfer risiko, penerimaan risiko, atau penghindaran risiko.
Setiap strategi yang telah dipilih tentu akan berpengaruh pada isi standar. Isi standar bisa dirubah untuk mengantisipasi ancaman dan peluang dari setiap resiko yang ditemukan.
Bila sering terjadi kehilangan kendaraan mahasiswa di lahan parkir kampus, apa yang perlu dilakukan? Misalnya, lembaga dapat menambahkan klausul pemasangan CCTV didalam standar sarana parkir mahasiswa.
Tetapkan indikator kinerja dan target yang terkait dengan pengelolaan risiko. Ini akan membantu Anda dalam memantau dan mengevaluasi efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diimplementasikan.
Saat menyusun standar SPMI, pastikan bahwa risiko-risiko yang diidentifikasi diperhitungkan dan diakomodasi dalam standar.
Misalnya, jika risiko adalah kurangnya dukungan dari manajemen puncak, standar dapat mencakup komponen yang mendorong keterlibatan manajemen puncak.
Tetapkan sistem pemantauan untuk memantau kemajuan dalam pengelolaan risiko. Ini dapat berupa pemantauan berkala, pelaporan, atau analisis hasil.
Melibatkan anggota staf, dosen, mahasiswa, dan pihak lain yang relevan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko. Berbagai pandangan dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko yang beragam.
Untuk risiko-risiko yang memiliki dampak yang signifikan, persiapkan rencana kontinjensi yang menguraikan tindakan yang akan diambil jika risiko tersebut terjadi.
Selalu lakukan evaluasi terhadap efektivitas strategi pengelolaan risiko yang diterapkan. Jika ada perubahan dalam lingkungan atau risiko-risiko baru muncul, lakukan perbaikan berkelanjutan pada pendekatan pengelolaan risiko. Ingat gelombang tsunami perubahan lingkungan VUCA demikian dahsyat memporak porandakan kemapanan yang ada.
Baca juga: Menjaga Relevansi Standar SPMI
Penerapan manajemen risiko akan membantu perguruan tinggi dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang mungkin terjadi. Ini juga akan meningkatkan peluang keberhasilan implementasi SPMI dan pencapaian tujuan mutu pendidikan.
Demikian uraian singkat tentang Standar SPMI dan Manajemen Risiko, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
Apa Resiko Jika Standar SPMI tidak SMART?
Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) Standar SPMI Perguruan Tinggi adalah dokumen berisi berbagai kriteria, ukuran, patokan, atau spesifikasi yang disebut Standar Pendidikan Tinggi atau Standar Dikti dari setiap aspek pendidikan tinggi di suatu Perguruan Tinggi untuk mewujudkan visi dan misinya.
Dokumen Standar SPMI Perguruan Tinggi atau Standar Mutu (Quality Standard) berfungsi sebagai:
Jika standar SPMI yang disusun tidak memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound), maka ada beberapa resiko potensial yang dapat muncul:
Standar yang tidak spesifik dan terukur dapat mengakibatkan ketidakjelasan dalam tujuan yang ingin dicapai. Tanpa kejelasan ini, sulit bagi individu atau tim untuk memahami apa yang sebenarnya diharapkan.
Contoh Standar: “Mencetak lulusan yang memiliki kompetensi”. Standar ini tidak spesifik, kompetensi dibidang apa?
Jika tidak ada cara yang jelas untuk mengukur pencapaian standar SPMI, sulit untuk mengetahui sejauh mana standar tersebut telah tercapai. Kekurangan ukuran yang objektif dapat mengaburkan hasil dan kemajuan.
Ungkapan bijak mengatakan: “ Sesuatu yang tidak bisa diukur, tidak bisa di dikelola” (Peter Drucker)
Jika tujuan yang ditetapkan tidak realistis (terlalu ambisius) atau tidak dapat dicapai dalam waktu dan sumber daya yang tersedia, ini dapat mengurangi motivasi dan mengarah pada frustrasi.
Contoh Standar yang tidak realistis: “Menjadi Perguruan Tinggi Kelas Dunia (word class)”, padahal di tingkat nasional masih belum memiliki akreditasi yang unggul.
Standar SPMI yang tidak relevan dengan visi, misi dan tujuan organisasi atau lingkungan kerja dapat mengalihkan perhatian dari hal-hal yang lebih penting. Ini juga dapat mengurangi motivasi dalam mengupayakan pencapaian tujuan tersebut.
Contoh standar SPMI yang tidak relevan: “Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Seni lukis abstrak”, padahal standar akan digunakan untuk Perguruan tinggi program studi teknik informatika.
Tanpa ada batas waktu yang ditetapkan, Standar SPMI dapat mengambang dan terabaikan. Penetapan batas waktu membantu dalam mengatur prioritas dan memberikan motivasi untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu tertentu.
Contoh standar yang tidak ada ukuran waktu: “Meningkatkan koleksi buku ekonomi manajemen sebanyak 200 judul baru”. Dalam standar ini tidak dijelaskan “kapan” standar ini akan dicapai!
Sebagai penutup, penting sekali untuk memastikan bahwa standar SPMI yang disusun, telah memenuhi kriteria SMART. Hal ini agar target dan indikator yang ditetapkan memiliki arti yang jelas, dapat diukur, dapat dicapai, relevan dengan visi misi organisasi, dan memiliki batas waktu yang ditetapkan.
Demikian, semoga uraian singkat tentang Apa Resiko Jika Standar SPMI tidak SMART, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Kegagalan Benchmarking
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Secara harfiah, benchmarking diartikan sebagai alat ukur atau patokan. Secara umum, benchmarking juga bisa diartikan sebagai sebuah standar untuk membandingkan dua hal atau lebih yang sejenis.
Dengan kata lain Benchmark adalah upaya membandingkan aspek tertentu dari sebuah organisasi dengan aspek yang sebanding milik organisasi yang dianggap terbaik di industri yang sama atau pada pasar yang lebih luas.
Baca juga: Pentingnya Inovasi dalam SPMI
Untuk membantu keberhasilan SPMI, lembaga pendidikan dapat melakukan kegiatan Benchmarking. Dengan proses benchmarking yang tepat, organisasi dapat meningkatkan perbaikan sistem, perbaikan standar, perbaikan proses dan perbaikan kepuasan stakeholder.
Walaupun benchmarking dapat memberikan manfaat bagi lembaga, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam implementasinya. Berikut contoh faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan proses benchmarking:
Oleh sebab itu, untuk menghindari resiko kegagalan benchmarking, lembaga pendidikan harus memperhatikan faktor-faktor di atas dan melakukan persiapan sebaik mungkin. Pepatah mengatakan “By failing to prepare, you are preparing to fail”, artinya bila kita gagal membuat perencanaan, maka kita merencanakan suatu kegagalan. Oleh karena itu, buatlah persiapan sebaik mungkin agar manfaat SPMI dapat kita rasakan bersama.
Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Benchmarking, semoga bermanfaat. Stay Relevant!
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Gantt Chart
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Gantt chart merupakan alat bantu visual yang sering dipakai untuk menggambarkan jadwal proyek dalam bentuk diagram batang horizontal. Dalam kegiatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan jadwal tugas-tugas yang diperlukan dalam proses perbaikan mutu (kaizen).
Dalam SPMI, Gantt chart dapat digunakan untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Gantt chart juga dapat diterapkan dalam mengelola waktu & sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan.
Contoh penggunaan Gantt chart dalam SPMI adalah ketika melakukan proses perbaikan mutu di sebuah lembaga pendidikan. Gantt chart dapat dipakai untuk mengidentifikasi tugas/ pekerjaan yang perlu dilakukan, seperti melakukan analisis root cause, perbaikan standar SPMI, manual PPEPP, mengembangkan rencana tindakan koreksi, dan melaksanakan tindakan perbaikan.
Gantt chart dapat membantu dalam mengelola waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas / pekerjaan, menetapkan target penyelesaian serta mengidentifikasi ketergantungan antara tugas / pekerjaan yang berbeda.
Dalam SPMI, penting untuk memastikan bahwa tugas/pekerjaan yang diperlukan untuk meningkatkan mutu dilaksanakan dengan tepat waktu. Gantt chart dapat membantu (secara visual) dalam mengelola waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-pekerjaan tersebut, sehingga memastikan bahwa proses perbaikan mutu berjalan dengan efektif & efisien.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart:
Itulah tahap-tahap umum dalam pembuatan Gantt chart. Menarik bukan? Untuk keberhasilan SPMI, pastikan untuk memperhatikan detail tugas/ pekerjaan dan ketergantungan antara tugas saat membuat Gantt chart.
Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Gantt Chart, semoga bermanfaat. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
SPMI dan Audit Kepatuhan
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Untuk dapat mengimplementasikan SPMI dengan baik, perlu dilakukan kegiatan evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi disini adalah kegiatan audit mutu internal (AMI). Ada dua jenis audit dalam AMI yaitu audit sistem (desk evaluation) dan audit lapangan atau audit kepatuhan.
Audit kepatuhan adalah jenis audit yang bertujuan untuk memeriksa & mengevaluasi apakah lembaga pendidikan (pelaksana SPMI) telah mematuhi semua kebijakan, peraturan, hukum, dan standar yang berlaku.
Audit kepatuhan dilaksanakan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan tersebut menjalankan roda organisasi dengan benar dan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh ketentuan regulasi yang berlaku.
Secara garis besar, audit kepatuhan melibatkan sejumlah aktivitas para auditor, seperti:
Tujuan dari audit kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa lembaga telah menjalankan roda organisasi dengan benar. Lembaga telah menjalankan organisasi sesuai dengan standar, aturan & regulasi yang berlaku.
Audit kepatuhan membantu lembaga untuk mencegah risiko dan sanksi yang mungkin muncul bila mereka melanggar peraturan atau regulasi yang berlaku.
Audit kepatuhan juga membantu lembaga pendidikan untuk meningkatkan kinerja sistem penjaminan mutu internal (SPMI), sehingga dapat memastikan pencapaian target mutu pendidikan yang ingin diraih. Stay Relevant !
Instagram: @mutupendidikan
Layanan Informasi