• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Manajemen Mutu

SPMI dan Analisis SWOT

SPMI dan Analisis SWOT

SPMI dan Analisis SWOT

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Analisis SWOT 

SWOT merupakan singkatan dari kata berbahasa inggris yaitu Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Analisis SWOT adalah suatu metode yang dipakai untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi.

Analisis SWOT bermanfaat membantu individu atau organisasi untuk mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mereka dan untuk menetapkan strategi-strategi yang paling tepat.

Kekuatan (Strength) meliputi faktor-faktor dari dalam organisasi (internal) yang membantu pencapaian tujuan. Contoh kekuatan adalah sumber daya yang baik, personil yang terlatih, dan teknologi canggih, sistem mutu yang handal dll.

Kelemahan (Weakness) meliputi faktor-faktor dari dalam organisasi (internal) yang membatasi keberhasilan pencapaian tujuan. Contohnya seperti sumber daya yang terbatas, personil yang kurang terlatih, infrastruktur yang kurang baik, marketing yang masih lemah, mesin-mesin yang ketinggalan teknologi dll. 

Peluang (Opportunity) adalah faktor-faktor di luar organisasi (eksternal) yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Contoh seperti pasar yang tumbuh berkembang, permintaan konsumen yang cukup besar, perkembangan teknologi, dan perubahan dalam kebiasaan atau perilaku konsumen.

Ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar organisasi (eksternal) yang dapat membatasi keberhasilan pencapaian tujuan. Contoh seperti persaingan yang ketat, peraturan pemerintah yang ketat, perubahan iklim, menurunnya jumlah konsumen,dll.

Hasil dari analisis SWOT dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi yang efektif, untuk membuat keputusan organisasi yang lebih tepat, dan untuk membantu pencapaian tujuan organisasi dalam jangka panjang.

SPMI dan Analisis SWOT

Analisis SWOT dapat memainkan peranan penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal  (SPMI). Berikut penjelasan bagaimana analisis SWOT dapat membantu lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) untuk melakukan evaluasi diri:

  1. Analisis kekuatan (strengths) membantu mengenal area-area di mana institusi pendidikan memiliki kekuatan dan memiliki potensi untuk mencapai tujuannya. Dengan kekuatan yang ada, lembaga pendidikan harusnya mengembangkan terus potensi yang ada untuk tumbuh dan perkembang. Misalnya strategi ekspansi dengan menambah kelas atau cabang-cabang yang baru.
  2. Analisis kelemahan (weaknesses) membantu mengenal area-area mana saja yang masih lemah dan membutuhkan perbaikan. Agar implementasi SPMI dapat berhasil, maka proses-proses, sistem, atau praktik yang masih lemah perlu segera diperbaiki. Misal sarana prasarana pendidikan, alat laboratorium, ruang kelas, sarana olahraga dll.
  3. Analisis peluang (opportunity) membantu mengenal area-area di lingkungan eksternal, dimana lembaga pendidikan dapat memanfaatkan situasi lingkungan untuk mencapai standar-standarnya. Contoh peluang dapat berupa tren selera pasar, perubahan peraturan dan regulasi, atau munculnya teknologi baru.
  4. Analisis ancaman (threats) membantu mengenal area-area di lingkungan eksternal, di mana organisasi dapat terpengaruh oleh faktor tersebut. Contoh ekspansi kompetitor, perubahan regulasi, atau perubahan pasar. Analisis ancaman membantu lembaga pendidikan mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi dan meminimalkan dampak dari ancaman tersebut.

Kesimpulan, dengan memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, manajemen lembaga pendidikan dapat membuat rencana aksi yang lebih efektif untuk memastikan penerapan SPMI dapat berjalan baik. 

Analisis SWOT membantu memastikan kegiatan SPMI dalam mengelola standar pendidikan dapat fokus pada hal-hal yang benar dan mengatasi potensi masalah, sebelum masalah tersebut menjadi besar (tindakan pencegahan)


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Problem Solving

SPMI dan Problem Solving

SPMI dan Problem Solving

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Problem solving adalah proses untuk mencari solusi atau jawaban terhadap permasalahan yang muncul. Problem solving terdiri dari kegiatan: Identifikasi masalah, Pemikiran kreatif, Analisis, Evaluasi alternatif, Pemilihan dan Implementasi solusi terbaik. 

Proses problem solving memerlukan keterampilan-ketrampilan penting seperti: Berpikir kritis, Keterampilan komunikasi dan kerjasama, Keterampilan pemecahan masalah dan Kreativitas. Proses ini penting dan sangat dibutuhkan dari banyak pekerjaan dan situasi hidup,  Proses Problem Solving sangat membantu dalam mengatasi berbagai persoalan hidup, mulai dari masalah individu hingga masalah organisasi atau global.

SPMI dan Problem Solving

Problem solving skills memainkan peran penting bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI adalah pendekatan holistik yang menekankan pada peningkatan mutu pendidikan melalui 3 (tiga) elemen penting, yaitu customer focus, continuous improvement, dan employee involvement.

Keterampilan problem solving membantu institusi pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) dalam mengatasi masalah yang muncul seiring dengan pelaksanaan SPMI. Tanpa problem solving skills yang baik, institusi pendidikan tidak akan mampu mengenali dan mengatasi masalah-masalah mutu yang mungkin timbul seiring dengan implementasi SPMI. 

Ketrampilan problem solving membantu tim mutu (Rektor, Kepala Sekolah dll) dalam mencari solusi-solusi yang efektif dan efisien untuk masalah yang timbul, yang pada gilirannya dapat membantu dalam meningkatkan mutu pendidikan (SNP).

Keterampilan problem solving juga membantu dalam membangun budaya continuous improvement di dalam institusi pendidikan. Problem Solving yang baik akan mengarahkan organisasi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan serta mengurangi biaya-biaya operasional (efisiensi). Problem solving skills mampu membantu institusi pendidikan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan serta mempertahankan posisi mereka sebagai institusi unggul.

Kesimpulan, problem solving skills memainkan peran yang sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Tanpa problem solving skills yang baik, institusi pendidikan akan kesulitan mengatasi masalah-masalah organisasi yang timbul dan akan kesulitan meningkatkan mutu pendidikan.

Bagaimana kiat meningkatkan keterampilan problem solving? Semoga dapat kita ulasan di kesempatan yang lain.

Demikian uraian singkat tentang Sistem Penjaminan Mutu dan Ketrampilan Pemecahan Masalah, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Kemampuan Beradaptasi

SPMI dan Kemampuan Beradaptasi

SPMI dan Kemampuan Beradaptasi

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Kemampuan beradaptasi (adaptability) adalah kemampuan individu atau organisasi untuk beradaptasi / menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan (eksternal dan internal)  yang berubah dan mengubah cara-cara bekerja (sistem mutu) sesuai dengan perubahan yang terjadi. 

Adaptability diantaranya mencakup hal seperti kemampuan untuk memahami konteks, problem solving, dan berkoordinasi dengan efektif dengan orang lain dalam situasi yang berubah.

Adaptability merupakan faktor penting bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Telah kita ketahui bersama, bahwa perubahan lingkungan dan persaingan terus berlangsung, untuk merespon hal tersebut, adaptability menjadi sangat penting bagi keberhasilan program tersebut.

Contoh lingkungan internal dan eksternal diantarannya, Internal: sekolah, karyawan, dosen, guru, budaya organisasi, sarana prasarana. Eksternal: demografi, ekonomi, sosial, budaya, politik, teknologi, hukum, persaingan dll.

SPMI dan Adaptability

Berikut beberapa peran adaptability bagi keberhasilan SPMI:

  1. Memahami konteks: Kemampuan beradaptasi membantu individu atau organisasi untuk memahami dan menganalisis situasi dan lingkungan, dengan demikian SPMI dapat diterapkan secara efektif sesuai konteks.
  2. Perubahan Organisasi: Kemampuan beradaptasi membantu organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengubah cara mereka bekerja untuk mencapai tujuan SPMI.
  3. Fleksibilitas: Kemampuan beradaptasi memungkinkan individu dan organisasi untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan situasi yang juga berubah. Adaptasi dan fleksibilitas mampu memastikan bahwa SPMI tetap relevan, dapat berfungsi dengan efektif dalam situasi yang baru.
  4. Efektifitas koordinasi: Kemampuan beradaptasi membantu organisasi untuk bekerja sama dan berkoordinasi dengan efektif.  Melalui koordinasi yang efektif, dapat memastikan bahwa semua bagian dari program SPMI mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Kesimpulan, adaptability merupakan faktor penting dalam keberhasilan SPMI.  Kemampuan beradaptasi membantu organisasi untuk mengatasi perubahan dan mencapai tujuan organisasi (lembaga pendidikan) dengan cara yang efektif dan efisien.

Baca juga: SPMI dan Kecerdasan Emosional

Demikian uraiang singkat tentang SPMI dan Adaptability, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Soft Skills

SPMI dan Soft Skills

SPMI dan Soft Skills

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Soft skills adalah kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang dapat membantu individu untuk bekerja dengan efektif dan memudahkan interaksi dengan orang lain.

Contoh keterampilan Soft skills antara lain keterampilan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, adaptasi, empati, manajemen waktu, dll. Keterampilan soft skills berbeda dari hard skills, yang lebih fokus pada keterampilan teknis dan profesional. Contoh keterampilan hard skills diantaranya akuntansi, administrasi, komputer dll.

SPMI dan Soft Skills

Soft skills mempunyai peran penting bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Berikut beberapa contoh bagaimana keterampilan soft skills mempengaruhi SPMI:

  1. Kerjasama: Untuk mencapai mutu sesuai standar, SPMI memerlukan adanya kerjasama tim yang efektif. Keterampilan bekerja dalam tim sangat penting untuk memastikan bahwa semua anggota tim mampu berinteraksi, membangun sinergi untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Komunikasi: Keterampilan individu untuk menjelaskan ide dan menjalin komunikasi yang efektif dengan anggota tim dan dan stakeholder lainnya. Ketrampilan komunikasi penting bagi keberhasilan implementasi SPMI. Ketrampilan ini membantu memastikan bahwa semua pihak memahami tujuan, target dan standar SPMI.
  3. Adaptasi: Ketrampilan untuk menyesuaikan diri, beradaptasi dengan perubahan dan memecahkan masalah adalah komponen penting dari SPMI. Perubahan lingkungan yang demikian cepat, menuntut organisasi (institusi pendidikan) untuk dapat fleksibel dan adaptif. Visi dan misi dapat dengan cepat menjadi tidak relevan lagi, demikian juga dokumen SPMI lainnya. Oleh karena ini individu dan organisasi yang adaptif sangat diperlukan.
  4. Keterampilan Memimpin: Seorang pemimpin yang efektif dapat memotivasi dan memimpin tim untuk mencapai hasil yang diinginkan. SPMI tidak akan efektif bila tidak ada pemimpin. Pemimpin yang mampu memberikan semangat dan motivasi kerja, pemimpin yang mampu membangun energi untuk perbaikan  berkelanjutan (kaizen).
  5. Keterampilan problem solving: Ketrampilan untuk memecahkan masalah sangat penting dalam implementasi SPMI.  Masalah akan sering muncul dan perlu diselesaikan secepat mungkin. Tindakan  perbaikan tentu tidak mudah dilakukan, pemimpin perlu keberanian mengambil keputusan-keputusan yang tepat.
  6. Bekerja dalam tekanan: Implementasi SPMI sering menimbulkan tekanan (stres kerja). Ketika seseorang harus mampu memenuhi standar mutu yang tinggi, tentu akan stres. Kemampuan bekerja dalam tekanan sangat penting bagi keberhasilan SPMI. 

Kesimpulan, keterampilan soft skills memainkan peran penting bagi keberhasilan SPMI. Dalam implementasi SPMI, Soft skills membantu memastikan bahwa anggota tim dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dengan keterampilan softs skills, seseorang dapat beradaptasi dengan tantangan perubahan dan mampu memecahkan masalah-masalah yang muncul.

Bagaimana kiat membangun soft skills? Semoga dapat kita bahas pada kesempatan berikutnya, Aamiin.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Soft Skills, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Membangun Budaya Mutu SPMI

Membangun Budaya Mutu SPMI

Membangun Budaya Mutu SPMI

Budaya mutu pendidikan tinggi dapat diartikan sebagai pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang memprioritaskan mutu dan upaya peningkatan dalam semua aspek kegiatan pendidikan tinggi. 

Menbangun budaya mutu perlu melibatkan semua stakeholder, termasuk dosen, mahasiswa, alumnus, dunia usaha dan pemerintah. Bekerja sama dengan segenap stakeholder untuk mencapai standar mutu yang tinggi dan memastikan mutu pendidikan dilaksanakan konsisten dan berkelanjutan. 

Membangun budaya mutu, dengan mengelola aspek-aspek organisasi seperti manajemen, pengajaran, riset, dan sumber daya manusia. Pimpinan pendidikan tinggi harus memastikan bahwa semua elemen-elemen diatas dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan mutu pendidikan tinggi.

Berikut beberapa cara untuk membangun budaya mutu:

  1. Kepemimpinan yang Kuat: Pimpinan pendidikan tinggi harus dapat memimpin dengan contoh dan keteladanan. Pimpinan pendidikan tinggi (Rektor, Dekan, Kaprodi, Direktur, Ketua dll) harus mampu memprioritaskan tercapainya mutu dalam setiap keputusan yang diambil.
  2. Partisipasi aktif stakeholder: Semua stakeholder (pemangku kepentingan), termasuk karyawan, pelanggan, dan pemasok, harus dilibatkan dalam proses membangun budaya mutu. Kritik dan saran mereka harus menjadi aset berharga untuk pengembangan mutu.
  3. Pelatihan dan Pendidikan: Pelatihan dan pendidikan harus disediakan untuk semua staf pelaksana, baik dosen dan tenaga kependidikan. Pelatihan dan pendidikan digunakan untuk memastikan pemahaman yang konsisten tentang budaya mutu dan bagaimana cara kerjanya. Kegiatan pelatihan dan pendidikan dapat dilakukan secara daring dan luring.
  4. Keterbukaan dan transparansi: Keterbukaan dan transparansi harus dibangun, disosialisasikan, dijaga untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan memiliki informasi yang relevan, yang memastikan budaya mutu.
  5. Sistem manajemen mutu: Pendidikan tinggi harus memiliki sistem manajemen mutu yang efektif untuk memastikan konsistensi kualitas. Penggunaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dilakukan sesuai dengan ketentuan PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 62 TAHUN 2016.
  6. Kerja sama Unit Kerja: Tim harus bekerja sama dan memastikan bahwa mutu adalah prioritas utama dalam setiap kegiatan. Dokumen SPMI disusun untuk menjadi acuan kerja setiap unit. Dokumen SPMI meliputi: Kebijakan SPMI, Manual SPMI (PPEPP), Standar SPMI dan Formulir.
  7. Kultur feedback: Kultur feedback harus sosialisasikan dan dibangun untuk memastikan bahwa perbaikan berkesinambungan dapat dilakukan. Mutu layanan pendidikan tinggi harus dapat ditingkatkan secara terus-menerus (Kaizen).
  8. Reward and Punishment: Pemberian imbalan dan hukuman yang tepat harus diterapkan untuk memastikan budaya mutu dijunjung tinggi dan diperkuat. Praktek baik yang dilakukan unit kerja harus diperkuat dengan pemberian imbalan, sebaliknya pemberian sanksi perlu dilakukan kepada individu atau unit kerja yang lalai dalam menjaga mutu.

Dengan memastikan bahwa semua elemen tersebut tercakup, budaya mutu insyaAllah dapat dibangun, dijaga dan ditingkatkan secara efektif. Walhasil setiap pemangku kepentingan yang terkait akan puas dan merasakan manfaat layanan lembaga pendidikan.

Demikian uraian singkat tentang Membangun Budaya Mutu SPMI, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Kendala dan Tantangan SPMI

Kendala dan Tantangan SPMI

Kendala dan Tantangan SPMI

Pada artikel berikut ini akan diuraikan beberapa kendala dan tantangan ketika lembaga pendidikan akan mengimplementasikan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal). Dengan mengenal beberapa kendala dan tantangan yang mungkin dapat terjadi di Lembaga Pendidikan, tentu kita dapat melakukan langkah-langkah antisipasi.

Kendala dan Tantangan

Beberapa kendala dan tantangan yang sering ditemukan disaat implementasi SPMI: 

  1. Kurangnya dukungan dan komitmen dari pimpinan: Keberhasilan SPMI memerlukan dukungan dan komitmen dari manajemen untuk berhasil, namun seringkali pimpinan kurang memahami atau tidak memprioritaskan hal ini.
  2. Kesulitan menentukan standar mutu: Menetapkan standar mutu yang tepat dapat menjadi kendala bagi implementasi SPMI. Lembaga kurang mampu melaksanakan evaluasi diri dengan baik, kurang mampu melaksanakan analisis SWOT yang benar. 
  3. Keterbatasan sumber daya: Implementasi SPMI memerlukan resources yang cukup, termasuk financial, pikiran, waktu, tenaga, dan motivasi. Bila sumber daya kurang tersedia, maka implementasi dapat mengalami kendala.
  4. Kurangnya partisipasi dosen / guru dan karyawan: Implementasi SPMI memerlukan partisipasi aktif dari segenap karyawan internal untuk dapat sukses. Bila karyawan tidak tertarik, acuh tak acuh atau enggan maka implementasi dapat mengalami kendala serius.
  5. Rendahnya kapasitas teknis: Implementasi SPMI memerlukan keterampilan / skill teknis yang memadai, termasuk kemampuan untuk mengembangkan dan mengawasi sistem. Jika kapasitas teknis rendah, maka implementasi dapat mengalami kendala serius.
  6. Kurangnya kultur kualitas: SPMI memerlukan kultur kualitas atau budaya mutu yang kuat agar organisasi dapat bekerja dengan efektif. Tanpa kultur kualitas yang kuat, implementasi SPMI dapat mengalami kesulitan. Utamanya budaya kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas.
  7. Perubahan regulasi dan standar: Regulasi, undang-undang dan standar mutu dapat berubah dari waktu ke waktu, sehingga implementasi SPMI harus dapat mengikuti perubahan tersebut. Kemampuan lembaga pendidikan untuk tetap relevan mengikuti perubahan lingkungan masih menjadi persoalan serius. Dokumen SPMI sering kali menjadi usang / ketinggalan / tidak mutakhir.
  8. Kemampuan melacak dan mengukur hasil: Implementasi SPMI membutuhkan keterampilan untuk melacak dan mengukur hasil-hasil yang telah dicapai. Proses monitoring dan audit dilakukan untuk memastikan bahwa sistem bekerja dengan efektif. Tanpa kemampuan untuk melacak dan mengukur hasil, implementasi SPMI dapat dipastikan akan mengalami kendala serius.
  9. Kemampuan mengatasi masalah dan memperbaiki sistem: Penerapan SPMI membutuhkan skill dan kemampuan untuk mengatasi masalah (problem solving) dan memperbaiki sistem. Tanpa kemampuan tersebut, implementasi SPMI dapat mengalami kendali.

Lalu bagaimana cara dan metode untuk mengatasi kendala-kendala diatas? Semoga pada artikel yang akan datang dapat dibahas lebih detail, insyaAllah.

Demikian uraian singkat tentang Kendala dan Tantangan SPMI, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Kecerdasan Emosional

SPMI dan Kecerdasan Emosional

SPMI dan Kecerdasan Emosional

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP (Dikdasmen)

Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan individu untuk memahami, mengenal dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan ini bermanfaat untuk membantu individu mengatasi situasi-situasi sulit, membantu membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, dan membantu membuat keputusan yang lebih baik. 

Peran EQ bagi Keberhasilan SPMI

Kecerdasan Emosional (EQ) mampu membantu diri sendiri untuk mengatasi tekanan /stres dan membangun resiliensi. Terkait Implementasi SPMI, EQ memainkan peranan penting dalam membantu unit-unit kerja berinteraksi, bekerja sama dengan baik. EQ membantu mengatasi problem solving / masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses perbaikan kualitas.

EQ membantu individu-individu dalam lembaga pendidikan untuk mengatasi situasi sulit, membangun hubungan antar personal yang lebih baik dengan orang lain. Sehingga pada akhirnya semua target dari Standar SPMI dapat dicapai lebih efektif dan efisien.

Berikut ini diuraikan beberapa cara di mana EQ mempengaruhi keberhasilan SPMI:

  1. Kepemimpinan yang efektif: Pribadi dengan EQ yang tinggi memiliki kemampuan untuk memimpin dan memotivasi unit kerja dengan dengan baik. Mereka mampu membangun rasa percaya diri dan memotivasi rekan kerja untuk bekerja sama dengan baik. Tugas-tugas SPMI akan mudah dilaksanakan apabila anggota unit kerja memiliki motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi.
  2. Kerjasama tim: Kederdasan emosional (EQ) membantu anggota unit kerja untuk bekerja sama dengan baik dengan rekan-rekan sejawat. Anggota tim dengan EQ yang tinggi akan mampu memahami dan menerima perbedaan, mampu membangun hubungan (relationship) yang lebih baik dengan orang lain. Ketrampilan Teamwork sangat penting dalam implementasi SPMI.  Unit organisasi yang bekerja sama dengan baik, akan mampu mengatasi berbagai masalah dan memperbaiki proses-proses bisnis secara berkelanjutan (Kaizen).
  3. Keputusan yang baik: Kecerdasan emosional (EQ) membantu pribadi untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri dan orang lain, hal ini membuat mereka lebih mampu untuk membuat keputusan yang terbaik berdasar pada analisis objektif. Misalnya keputusan untuk menetapkan visi dan misi yang tepat. Keputusan untuk menyusun standar-standar yang relevan, dll.
  4. Resiliensi: Kecerdasan Emosi (EQ) membantu anggota tim untuk mengatasi stres dan mampu segera bangkit kembali / resiliensi. Ketampilan untuk resiliensi ini penting dalam implementasi SPMI karena memastikan bahwa individu dan tim tetap sabar, fokus dan produktif walaupun menghadapi berbagai rintangan dan tantangan.

Demikian, ternyata EQ memainkan peran penting dalam membantu individu dan tim mencapai keberhasilan dalam implementasi SPMI. Nah mungkin ada pertanyaan, bagaimana cara meningkatkan kecerdasan emosional? Semoga dalam kesempatan lain dapat dibahas lebih lanjut….

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Kecerdasan Emosional, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan dari sebuah organisasi. Komunikasi terjadi ketika seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain. Informasi yang disampaikan dapat membuat orang lain memiliki persamaan maupun perbedaan maknanya. Komunikasi berfungsi untuk mengendalikan banyaknya pesan yang disampaikan, memotivasi untuk menyampaikan pesan, ekspresi perasaan dan yang paling utama adalah menyampaikan informasi.

Sistem Penjaminan Mutu Internal

Perlu diketahui bahwa Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan bagian dari Total Quality Management (TQM) yang memiliki tujuan yang sama yakni memaksimumkan daya saing organisasi melalui proses perbaikan secara terus menerus (Kaizen).

SPMI wajib diimplementasikan pada setiap komponen lembaga Pendidikan di Indonesia, hal ini ditujukan agar Pendidikan di Indonesia memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki kualitas / mutu Pendidikan yang baik.

SPMI merupakan kegiatan sistemik penjaminan mutu Pendidikan Tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan. 

Agar sebuah organisasi Lembaga Pendidikan sukses dalam menjalankan harus berkonsentrasi pada 8 (delapan) elemen kunci yaitu: Etika (etics), Integritas (Integrity), Kepercayaan (trust), Pelatihan (training), Kerja Tim (team work), Kepemimpinan (leadership), Penghargaan (recognition) dan Komunikasi (Communication).

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Kesuksesan SPMI membutuhkan peran komunikasi untuk menghubungkan seluruh rantai penghubung semua elemen SPMI. Para pihak yang terlibat haruslah memelihara keterbukaan dari arus komunikasi, dimana seluruh komponen yang terlibat dapat mengirim dan menerima semua informasi tentang proses-proses SPMI.

Supaya komunikasi bisa menjadi sesuatu yang dapat dipercaya maka pesan yang disampaikan harus jelas dan penerima informasi harus memiliki penafsiran yang sama dengan apa yang dimaksud pengirimnya.

Kesuksesan sebuah Lembaga Pendidikan dalam Mengimplementasikan SPMI sangat berpengaruh terhadap keterlibatan seluruh individu untuk berkomitmen dalam mengembangkan organisasinya. Dengan komunikasi yang terbuka dan jujur maka niscaya SPMI akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Komunikasi Berdasarkan Arahnya
Komunikasi kebawah

Merupakan komunikasi dominan yang sering terjadi di sebuah organisasi, dimana Rektor, Kepala Sekolah atau ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) menjelaskan mengenai strategi kesuksesan SPMI kepada seluruh unit yang terlibat.

Komunikasi keatas

Komunikasi yang memungkinkan karyawan pada level bawah menyampaikan saran serta usulan kepada manajemen yang lebih tinggi terkait proses implementasi SPMI di Lembaga Pendidikan.

Komunikasi kesamping

Jenis komunikasi ini juga penting sebab ia sangat berguna untuk mematahkan penghalang antar departemen. Ia juga memudahkan urusan dengan pelanggan dan pemasok dalam cara yang lebih profesional.

SPMI berisi berbagai dokumen-dokumen penting yang harus diimplementasikan dengan baik. Tanpa komunikasi yang efektif, niscaya upaya kaizen (perbaikan secara terus menerus) tidak dapat berjalan dengan baik.

Demikian uraian singkat tentang Peran Komunikasi Dalam SPMI, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Perubahan Generasi

SPMI dan Perubahan Generasi

SPMI dan Perubahan Generasi, bagaimana menyikapinya?

Perbedaan zaman dan peristiwa yang terjadi di setiap generasi mempengaruhi seseorang dalam menjalani hidupnya. Oleh karena itu, secara tidak langsung dapat memberi pengaruh terhadap pembentukan karakter maupun cara pandang seseorang mengenai segala sesuatu.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dibangun untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan Stakeholder. Upaya ini dituangkan dalam berbagai bentuk standar dan dokumen mutu pendidikan yang relevan. Agar dapat unggul, Isi pernyataan standar-standar SPMI harus terus disesuaikan dan ditingkatkan, sehingga dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman.

Isi standar SPMI diharapkan adaptif dengan perubahan perilaku masing-masing generasi yang dilayani. Setiap generasi memiliki pola perilaku yang unik dan berbeda. Berbagai generasi dengan berbagai karakternya akan diuraikan dalam penjelasan berikut ini.

Seorang pakar pengelompokan generasi yang Bernama Dr. Alexis Abramson dalam laman BBC, menjelaskan jika setiap generasi memiliki karakternya masing-masing. Di Indonesia pembagian generasi didasarkan pada tahun kelahiran setiap orang. Hasil Sensus Penduduk 2022 per Juni 2022 terdapat 275,36 juta jiwa penduduk Indonesia. Penduduk tersebut terbagi kedalam 6 generasi berdasarkan tahun lahirnya.


Pre Boomer

Generasi ini lahir tahun 1945, jumlah generasi ini sebanyak 5,03 juta jiwa atau sekitar 1,87% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2022. Generasi pre boomers lahir di zaman ‘The Greatest Depression’ atau kekacauan ekonomi global, sehingga memiliki karakter berikut:

  • Jiwa kepemimpinan yang tinggi & bertanggung jawab
  • Kurang berani dalam berpendapat
  • Taat hukum dan kewajiban
  • Sangat berhati-hati dalam membelanjakan uang

Baby Boomers

Generasi ini lahir tahun 1946-1964, jumlah generasi ini sebanyak 31,01 juta jiwa atau sekitar 11,56% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2022.  Generasi ini lahir dan tumbuh ketika zaman belum modern dan minim lapangan pekerjaan akibat pasca Perang Dunia II, sehingga memiliki karakter berikut:

  • Berkomitmen, mandiri, positif
  • Tidak suka terhadap kritik
  • Mempertahankan adat istiadat
  • Workaholic atau pekerja keras

Generasi X

Generasi ini lahir tahun 1965-1980, jumlah generasi ini sebanyak 58,65 juta jiwa atau sekitar 21,88% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2022.  Generasi ini lahir Ketika teknologi sedang berkembang, sehingga memiliki karakter berikut:

  • Individualistis dan pemalas
  • Toleran terhadap gaya hidup
  • Senang mengambil risiko
  • Logis dan cenderung tidak puas

Generasi Y

Generasi ini lahir tahun 1981-1996, jumlah generasi ini sebanyak 58,65 juta jiwa atau sekitar 21,88% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2022. Generasi ini lahir Ketika teknologi sudah maju, sehingga memiliki karakter berikut

  • Ambisius serta rasa percaya diri tinggi
  • Lebih terbuka dalam menerima perubahan
  • Rentan mengalami stres dan depresi
  • Tidak bisa lepas dari gadged

Generasi Z

Generasi ini lahir tahun 1997-2012, jumlah generasi ini sangat banyak yakni 74,93 juta jiwa atau sekitar 27,94% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2022. Generasi ini sering disebut sebagai penduduk asli pada era digital, sehingga memiliki ciri sebagai berikut:

  • Suka mengumbar privasi dan berkomunikasi secara maya
  • Menyukai hal instan dan cenderung keras kepala
  • Tech savvy (mahir teknologi)
  • Sangat termotivasi akan pencapaian

Post Gen Z

Generasi ini lahir tahun 2013-Seterusnya, Generation Alpha adalah anak-anak dari para Millenials. Generasi ini tumbuh dengan dikelilingi oleh teknologi sebagai hiburan saat mereka berusia masih sangat dini. Kebanyakan dari orang tua mereka adalah pengguna teknologi dan media sosial, sehingga generasi ini akan mengenali masa kecil mereka dengan tren-tren yang terjadi belakangan ini

  • Menyukai permainan berbasis aplikasi
  • Pembelajaran berfokus pada skill
  • Suka membuat identitasnya sendiri
  • Tidak membutuhkan struktur otoritas dan kekuasaan

Setelah memahami karakter dari berbagai generasi diatas, lalu bagaimana Kebijakan SPMI dibangun? Bagaimana standar-standar SPMI ditingkatkan dan dilaksanakan? Tentu kembali pada kecakapan manajemen dalam memahami perilaku stakeholder yang dilayani. Semangat!

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Perubahan Generasi, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Cara Mendapatkan Akreditasi Unggul

Cara Mendapatkan Akreditasi Unggul

Cara Mendapatkan Akreditasi Unggul

Pemberi predikat akreditasi didasarkan pada kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Akreditasi unggul ditetapkan guna untuk mengetahui jaminan mutu sebuah perguruan tinggi. Jaminan mutu yang dimaksud adalah mutu dalam bidang akademik maupun non akademik. Untuk mendapatkan predikat akreditas unggul, setiap universitas harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh BAN PT. 


Akreditasi Unggul VS Akreditasi A
Berdasarkan pengelompokan

Untuk akreditasi saat ini tidak menggunakan model peringkat A, B, dan C lagi. Model akreditasi kampus telah diganti menjadi akreditasi unggul, baik sekali, dan baik. Hal ini didasarkan pada peraturan terbaru BAN-PT Nomor 1 Tahun 2022.

Berdasarkan instrument

Pengelompokan akreditasi A, B, dan C menggunakan instrumen akreditasi 7 standar. Sedangkan untuk akreditasi unggul, baik sekali, dan baik ini menggunakan IAPS 4.0 dan IAPT 3.0.


Syarat Mendapatkan Predikat Akreditasi Unggul
Mengisi Borang

Borang merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan dan mengungkapkan data informasi untuk menilai mutu dan jika kelayakan institusi pada perguruan tinggi. Borang yang diisi oleh Universitas akan mendeskripsikan interaksi antara standar dan juga elemen penilaian misi dan tujuan.

Memperhatikan Standar Akreditasi

Tujuan dari standar akreditasi ini adalah untuk mengukur dan juga menetapkan mutu pada kelayakan Universitas. Syarat Akreditasi ini terdiri dari beberapa penilaian elemen dasar yakni parameter dan juga indikator kunci yang digunakan sebagai dasar dalam menetapkan mutu perguruan tinggi yang bersangkutan. Perguruan Tinggi harus berupaya keras agar memiliki standar internal organisasi yang tinggi sehingga mampu memenuhi atau bahkan melampaui standar akreditasi yang telah ditetapkan oleh BANPT.

Memperhatikan Penilaian Akreditasi

Perguruan tinggi harusnya menyiapkan penilaian atas program studi dan kualitas portofolio yang nantinya akan diuji oleh BAN PT untuk proses verifikasi akreditas. BAN-PT membagi hasil tersebut untuk uji kelayakan program studi, menilai portofolio fakultas, dan menilai tindakan evaluasi diri prodi di kampus.

Peningkatan Mutu Dengan SPMI

Peningkatan mutu dengan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) didasarkan pada standar mutu dan kualitas program studi. Pelaksanaan dan pemberlakukan sistem SPMI ini dilakukan oleh pihak internal universitas. Mekanisme peningkatan mutu melalui proses “Kaizen” dengan pendekatan PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian dan Peningkatan) atas standar-standar yang telah disusun.

Memperhatikan Tim Akreditasi Kampus

Universitas harusnya memiliki kompetensi serta kerjasama tim yang maksimal, sehingga data yang ada di dalam borang dapat diisi dengan baik dan benar. Borang akreditasi yang telah diisi tersebut nantinya akan menentukan penilaian yang akan diterima.

Memahami SAPTO

Sistem Akademik Perguruan Tinggi Online (SAPTO) merupakan sistem yang menghubungkan BANPT dan juga perguruan tinggi dalam hal asesor atau penilaian. Pihak universitas nantinya akan diberikan hasil pemberitahuan mengenai berhasil tidaknya peningkatan akreditasi. Penilaian yang dilakukan oleh BANPT ini sudah didasarkan pada kualitas yang diisi di dalam borang dan penilaian lapangan. SAPTO dapat dicek secara berkesinambungan melalui website https://sapto.banpt.or.id/.

Demikian uraian singkat tentang Strategi Mendapatkan Akreditasi Unggul, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami