• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Inspirasi

SPMI dan Pengendalian Dokumen

SPMI dan Pengendalian Dokumen

SPMI dan Pengendalian Dokumen

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Pengendalian Dokumen

Pengendalian dokumen adalah kegiatan pengaturan, pengawasan, dan pemeliharaan dokumen yang diperlukan oleh organisasi. Kegiatan ini meliputi pengumpulan, pengorganisasian, penataan, penyimpanan, pemutakhiran (update), dan distribusi dokumen-dokumen pada unit-unit yang memerlukan.

Kegiatan Pengendalian dokumen umumnya dilakukan untuk memastikan bahwa semua dokumen-dokumen organisasi dipastikan telah dikelola dengan baik, update, mudah diakses oleh unit kerja yang berwenang, dan tidak mengalami kerusakan atau hilang.

SPMI dan Pengendalian Dokumen

Dalam Permendikbudristek no 53 tahun 2023, pasal 69 ayat 1, point a.4. disebutkan: Perguruan tinggi dalam mengimplementasikan SPMI mempunyai tugas: menetapkan perangkat SPMI yang minimal mencakup: “tata cara pendokumentasian implementasi SPMI“.

Dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), pengendalian dokumen memainkan peran penting dalam menjaga konsistensi dan mutu layanan pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah). Contoh dokumen SPMI untuk pendidikan tinggi diantaranya: Kebijakan SPMI, Manual PPEPP, Standar SPMI dan formulir-formulir.

Berikut beberapa peran penting pengendalian dokumen bagi keberhasilan SPMI:

  1. Menjaga konsistensi: Dokumen SPMI yang disusun harus konsisten dengan visi misi organisasi. Visi Misi harus menjadi landasan dalam menyusun kebijakan SPMI Perguruan Tinggi, manual PPEPP, standar SPMI dan prosedur. Melalui pengendalian dokumen, lembaga harus dapat dapat memastikan bahwa proses-proses pendidikan telah konsisten dan sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan.
  2. Efisiensi dan produktivitas: Dokumen SPMI yang tertata baik (terstruktur dan terorganisir) dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi & produktivitas organisasi. Pengendalian dokumen yang baik, dapat membantu memastikan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk decision making dan menjalankan kegiatan lembaga, tersedia dan mudah diakses.
  3. Akurasi dan keamanan: Dokumen SPMI yang dihasilkan oleh organisasi harus akurat & aman. Terjaga dari resiko diubah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau manipulasi yang tidak sah. Pengelola SPMI harus dapat memastikan bahwa semua dokumen aman,  tidak dirusak atau diubah tanpa sepengetahuan dan izin dari yang berwenang.
  4. Mendorong kepatuhan: Pengendalian dokumen juga dapat membantu lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah dan madrasah), untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen yang dibuat telah memenuhi peraturan dan persyaratan hukum yang berlaku. 

Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa pengendalian dokumen (document control) memainkan peran penting bagi keberhasilan implementasi SPMI. Pengendalian dokumen yang baik dapat memastikan efisiensi, konsistensi, akurasi, keamanan & kepatuhan dalam semua kegiatan SPMI. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Pengukuran Kepuasan

SPMI dan Pengukuran Kepuasan

SPMI dan Pengukuran Kepuasan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Kepuasan Konsumen

Kepuasan Konsumen (stakeholder) adalah ukuran apakah konsumen merasa puas  dengan produk atau layanan yang telah diberikan oleh suatu organisasi atau perusahaan. 

Kepuasan konsumen dapat dievaluasi dan diukur melalui berbagai indikator, seperti jumlah pengaduan, tingkat retensi konsumen, loyalitas konsumen, dan lain sebagainya. 

Kepuasan konsumen sangat penting bagi keberhasilan organisasi, karena dapat mempengaruhi reputasi dan citra (image) suatu organisasi. Kepuasan konsumen dapat mempengaruhi loyalitas dan keputusan pembelian di masa yang akan depan. 

SPMI dan Mengukur Kepuasan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah suatu pendekatan manajemen yang bertujuan untuk memastikan kepuasan konsumen/ stakeholder dapat dicapai. Pendekatan manajemen ini dilakukan dengan mengintegrasikan konsep mutu dalam semua aspek organisasi. Kepuasan konsumen/ stakeholder dituangkan dalam standar-standar  SPMI yang harus dicapai.

Berikut beberapa cara untuk mengukur kepuasan konsumen:

  1. Survei Kepuasan: Survei kepuasan dapat dilakukan dengan mengirimkan kuesioner atau melakukan wawancara langsung dengan stakeholder. Cara ini sering digunakan untuk mendapatkan umpan balik terkait kepuasan konsumen seperti: mahasiswa, pengguna lulusan, orang tua terhadap layanan pendidikan yang telah diberikan.
  2. Keluhan Konsumen: Lembaga pendidikan dapat mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data keluhan konsumen. Cara ini bertujuan untuk menemukan masalah yang sering muncul dalam proses pendidikan, selanjutnya dicari upaya tindakan solusi yang tepat.
  3. Analisis data: Lembaga pendidikan dapat mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kepuasan konsumen. Contoh data yang diperlukan seperti: kepuasan terhadap proses belajar mengajar, bimbingan akademik, tingkat retensi mahasiswa, jumlah pengaduan, waktu penyelesaian komplain dan lain lain. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan teknik statistik yang tepat. 
  4. Analisis Komplain dan Saran: Penting sekali untuk menganalisis komplain dan saran konsumen. Selanjutnya dicari akar masalah dan bentuk tindakan perbaikan yang relevan. Tindakan perbaikan dapat berbentuk tindakan koreksi, korektif dan preventif.
  5. Observasi: Lembaga melakukan observasi (mengamati) terhadap layanan yang diberikan, serta dapat melakukan diskusi (focus group) dan pembicaraan langsung untuk mendapatkan masukan dari konsumen.

Penutup, untuk keberhasilan SPMI, pengukuran kepuasan konsumen perlu dilaksanakan secara rutin. Pengukuran ini  memungkinkan organisasi untuk mengevaluasi apakah tujuan SPMI telah tercapai atau tidak. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Penggerak Keberhasilan

SPMI dan Empat Faktor Penggerak Keberhasilan

SPMI dan Empat Faktor Penggerak Keberhasilan

Ron Ashkenas adalah seorang penulis buku & konsultan yang terkenal dengan konsep-konsep tentang perubahan manajemen, strategi  dan transformasi organisasi. Dalam jurnal manajemen yang ditulis Ron Ashkenas, beliau mengajukan konsep “Empat Penggerak Keberhasilan” (new drivers of organizational success), yaitu speed, flexibility, integration, & innovation

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah sistem manajemen mutu yang dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. SPMI terdiri dari dokumen yang digunakan sebagai acuan kerja lembaga pendidikan. Pada lembaga pendidikan tinggi, dokumen SPMI meliputi kebijakan SPMI, manual PPEPP, tandar SPMI dan formulir-formulir.

Untuk memperkuat implementasi SPMI agar maju dan unggul, lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) dapat memanfaatkan ide dan konsep-konsep transformasi yang digulirkan oleh Ron Ashkenas.

SPMI dan Empat Penggerak Keberhasilan

Berikut uraian singkat dari empat penggerak keberhasilan:

  1. Pertama adalah Kecepatan (Speed): Untuk keberhasilan SPMI, penting sekali untuk responsif dan cepat dalam setiap aktivitas manajemen. Kecepatan dapat mencakup berbagai aspek, seperti kecepatan merespon perubahan (lingkungan internal dan lingkungan eksternal), kecepatan mengambil keputusan, dan mengembangkan standar-standar SPMI baru dalam lembaga pendidikan. Dokumen SPMI harus cepat disesuaikan dengan perubahan-perubahan baru, agar update dan tetap relevan.
  2. Kedua adalah Fleksibilitas (Flexibility): Di era digital seperti saat ini, perubahan berlangsung sangat cepat. Fleksibilitas meliputi kemampuan lembaga untuk beradaptasi dengan dengan cepat. Fleksibilitas disini dapat berbentuk perubahan visi misi, perubahan struktur organisasi, perubahan tupoksi, perubahan standar, perubahan SOP dll.
  3. Ketiga adalah Integrasi (Integration): Apakah integrasi itu? Integrasi adalah kemampuan lembaga untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi yang berbeda dalam organisasi, seperti level universitas, level fakultas, level departemen, prodi dan unit-unit pendukung. Semua fungsi apakah sudah sinkron? Atau jalan sendiri-sendiri tanda kesatuan arah? Tujuan integrasi agar semua komponen organisasi dapat bergerak dalam satu komando, sehingga dapat beroperasi dengan lebih efisien dan efektif. 
  4. Keempat adalah Inovasi (Innovation): Apakah lembaga sudah mampu berinovasi? Atau  masih menggunakan cara-cara lama? Inovasi adalah kemampuan untuk mengembangkan metode baru, cara baru, sistem baru, layanan baru, dan mengadopsi teknologi baru. Lembaga pendidikan yang inovatif mampu menciptakan keunggulan kompetitif dan memenuhi kebutuhan stakeholder yang terus berkembang. Misalnya inovasi dalam layanan kemahasiswaan, layanan perpustakaan, layanan akademik dan lain sebagainya.

Sebagai penutup, keempat penggerak keberhasilan diatas saling terkait dan saling memperkuat. Lembaga pendidikan yang mampu memadukan kecepatan, fleksibilitas, integrasi, dan inovasi ke dalam SPMI, memiliki peluang menjadi unggul dalam jangka panjang. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan VUCA

Dampak VUCA Terhadap SPMI

Dampak VUCA Terhadap SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) adalah suatu sistem manajemen pendidikan yang digunakan untuk memastikan bahwa proses-proses (pendidikan) yang kerjakan telah memenuhi standar yang ditetapkan. Selanjutnya standar tersebut akan ditingkatkan secara terus menerus untuk memenuhi harapan stakeholder.

VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity) adalah istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan kondisi lingkungan eksternal yang tidak stabil, tidak pasti & berubah-ubah. VUCA dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi eksistensi lembaga pendidikan. Lembaga yang mampu beradaptasi dengan baik, tentu akan tetap eksis, sebaliknya lembaga yang kaku, tidak proaktif dan tidak inovatif tentu akan hilang dari peredaran (out of business).

Dampak VUCA terhadap SPMI

Dampak VUCA terhadap SPMI,  bisa bervariasi tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan yang ada (internal dan eksternal). Akan tetapi, secara garis besar, lingkungan eksternal yang tidak stabil atau berubah-ubah dapat mempengaruhi keberhasilan SPMI, berikut penjelasannya:

  1. Volatilitas (Volatility), atau tingkat perubahan yang sangat cepat. Seperti perubahan teknologi digital pembelajaran, perubahan demografi, perubahan permintaan layanan pendidikan dll. Hal ini dapat memaksa institusi untuk mengubah strategi, standar dan kegiatan dengan cepat untuk tetap relevan. SPMI harus dapat  menyesuaikan dengan perubahan ini, dan terus berusaha memastikan semua kegiatan telah memenuhi standar yang ditetapkan.
  2. Ketidakpastian (Uncertainty) atau ketidakjelasan kondisi saat ini. Uncertainty, dapat membuat situasi sulit untuk pengambilan keputusan dan perencanaan jangka panjang. Oleh sebab itu, institusi yang ingin unggul harus berani fleksibel dalam perencanaan & mempertimbangkan beberapa skenario yang mungkin terjadi, berani membuat plan A dan plan B.
  3. Kompleksitas (Complexity) suatu keadaan dimana manajemen merasa bingung dan sulit untuk memahami proses-proses & sistem SPMI secara keseluruhan. Sebagai solusi, institusi hendaknya mengembangkan pendekatan-pendekatan yang sistematis & terstruktur. Hal ini untuk memastikan bahwa semua dokumen SPMI dapat dipahami dengan jelas dan dapat diterapkan secara konsisten.
  4. Ambiguitas (Ambiguity), kebingungan terhadap situasi, fakta dan evant yang ada. Situasi ini membuat manajemen sulit untuk menentukan cara-cara mengevaluasi dan mengukur SPMI. Bila SPMI tidak bisa diukur dan dievaluasi, maka akan sulit untuk memperbaiki proses dan sistem yang ada. 

Kesimpulan umum, lembaga pendidikan yang menerapkan SPMI (Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah) harus terus mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan eksternal. Kondisi VUCA akan terus berlangsung dan semakin bergejolak, siapkah lembaga Anda untuk beradaptasi? Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Komitmen Kerja

SPMI dan Komitmen Kerja

SPMI dan Komitmen Kerja

Membangun komitmen kerja (work commitment) yang kuat, sangat penting bagi keberhasilan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal).  Tujuan lembaga pendidikan untuk mencapai standar SPMI akan mudah dicapai bila ada komitmen kerja yang kuat dari anggota organisasi.

Berikut contoh kiat-kiat membangun komitmen dalam implementasi SPMI:

  1. Membangun kesadaran mutu (quality awareness): Anggota lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) harus menyadari betapa pentingnya SPMI sebagai suatu tools untuk membangun mutu. Selain itu, anggota lembaga pendidikan harus menyadari bahwa SPMI bukan kewajiban dan tanggung jawab manajemen saja, akan tetapi kewajiban dan tanggung jawab semua anggota organisasi.
  2. Promosi manfaat SPMI: Manfaat SPMI harus dipromosikan secara jelas dan terbuka kepada seluruh anggota lembaga pendidikan. Dengan demikian mereka akan dapat memahami bagaimana SPMI berfungsi mencapai tujuan organisasi. 
  3. Keterlibatan karyawan: Dalam implementasi SPMI Dikdasmen, semua anggota lembaga pendidikan harus dilibatkan dalam proses perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengawasan (check) dan perbaikan (action). Proses ini akan membantu para karyawan untuk merasa memiliki tanggung jawab dalam mencapai target-target SPMI. Dalam perguruan tinggi, proses ini dikenal dengan istilah manual PPEPP, singkatan dari Pelaksanaan, Penetapan, Evaluasi, Pengendalian dan Peningkatan Standar SPMI.
  4. Pelatihan dan pengembangan: Seluruh anggota lembaga pendidikan harus diberikan kesempatan untuk mendapatkan pelatihan (training) dan pengembangan (development) yang sesuai. Kegiatan ini untuk membantu mereka memahami prinsip-prinsip SPMI, dan membantu anggota organisasi merasa percaya diri dan siap mendukung penerapan SPMI.
  5. Pola komunikasi: Komunikasi yang tegas (asertif), jujur dan terbuka antara anggota organisasi menjadi sangat penting dalam keberhasilan SPMI. Pola komunikasi ini membantu anggota organisasi merasa nyaman,  merasa terlibat, merasa ikut memiliki organisasi.
  6. Perencanaan bersama: Seluruh anggota lembaga pendidikan harus terlibat dalam pembuatan perencanaan, penetapan tujuan  dan penyusunan standar SPMI. Hal ini dapat membantu mereka merasa memiliki tanggung jawab dan merasa terlibat dalam pencapaian target-target organisasi.
  7. Penghargaan dan pengakuan: Penting sekali memberi penghargaan (reward) dan pengakuan (recognition) atas prestasi / keberhasilan yang dicapai dalam penerapan SPMI. BF Skinner dan rekan-rekannya, menyatakan bahwa perilaku individu muncul akibat adanya konsekuensi. Hal ini berdasarkan adanya “hukum efek”, dimana perilaku individu dengan konsekuensi positif akan cenderung diulang, sebaliknya perilaku individu dengan konsekuensi negatif cenderung tidak diulang (reinforcement theory).

Sebagai penutup, komitmen kerja dalam implementasi SPMI mutlak harus ada. Tujuan untuk mencapai visi, misi dan standar SPMI akan mudah dicapai bila komitmen seluruh anggota organisasi dapat dibangun dengan kokoh. Kiat-kiat membangun komitmen di atas diharapkan dapat membantu. Stay relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Struktur Organisasi

SPMI dan Peran Penting Struktur Organisasi

SPMI dan Peran Penting Struktur Organisasi

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Struktur Organisasi adalah cara bagaimana entitas organisasi (lembaga pendidikan) membagi tugas, tanggung jawab, dan wewenang anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

Struktur organisasi membantu menjelaskan bagaimana tugas dan tanggung jawab terhubung dan terkoordinasi. Struktur organisasi juga menjelaskan bagaimana informasi dan keputusan diproses dan bagaimana pola interaksi antar anggota organisasi.

Struktur organisasi ada bermacam macam jenis, ada yang sederhana ada pula yang sangat kompleks, tergantung pada ukuran, jenis, dan tujuan organisasi. Struktur organisasi lazimnya terdiri dari hierarki posisi, jalur komunikasi, serta sistem pengendalian / pemantauan. 

Dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, struktur organisasi harus mampu adaptif mengikuti situasi yang ada. Struktur organisasi yang adaptif, adalah yang mampu menjaga relevansi, kesesuaian dengan lingkungan dan tantangan zaman.

Ada berbagai pendekatan dalam penyusunan struktur organisasi, misalnya: Desain struktur horizontal, vertikal, birokrasi, adhocracy, matrik, fungsional, devisional, departemen, geografis dll. Pemilihan kombinasi struktur yang tepat akan membuat organisasi unggul, efektif dan efisien.

SPMI dan Peran Penting Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang tepat, memainkan peran penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada Pendidikan tinggi dan dikdasmen.

Peran penting struktur organisasi dalam SPMI:

  1. Mutu Pendidikan: Struktur organisasi yang tepat mampu membantu meningkatkan mutu layanan pendidikan yang diterima oleh pelanggan. Mengapa? Karena adanya tanggung jawab yang jelas,  wewenang yang terdefinisi dengan jelas, sehingga memastikan setiap karyawan bekerja sama untuk mencapai standar pendidikan dengan hasil yang memuaskan.
  2. Kepuasan Stakeholder: Struktur organisasi yang tepat dapat membantu meningkatkan kepuasan dan loyalitas stakeholder. Hal ini karena setiap staf dalam institusi pendidikan telah memiliki tanggung jawab yang jelas untuk melayani pelanggan. Struktur yang tepat dapat dirancang untuk memastikan semua staf mereka bekerja dengan profesional dan dapat memberikan pelayanan terbaik (service excellence)
  3. Wewenang dan Tanggung Jawab: Struktur organisasi yang dirancang dengan tepat membantu memperjelas tanggung jawab setiap orang dalam organisasi. Ini memastikan bahwa setiap SDM tahu apa yang diharapkan dari mereka dan memiliki wewenang untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan.
  4. Meningkatkan Prestasi Kerja: Struktur organisasi yang tepat dapat membantu meningkatkan kinerja institusi pendidikan. Ini memastikan bahwa setiap anggota organisasi (SDM) tahu persis tugas-tugas mereka dan bagaimana mereka harus bekerjasama / berkolaborasi dengan orang lain untuk mencapai tujuan.
  5. Kemampuan Beradaptasi: Struktur organisasi yang fleksibel (lean & agile) mampu membantu lembaga pendidikan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang begitu cepat. Lembaga pendidikan yang sukses mampu menyesuaikan struktur organisasi dengan cepat

Kesimpulan, struktur organisasi yang adaptif dan dirancang dengan baik memainkan peran penting bagi keberhasilan SPMI. Struktur organisasi membantu meningkatkan kinerja, kualitas, efisiensi dan kepuasan stakeholder.

Lalu bagaimana kiat merancang struktur organisasi yang efektif dan efisien? Semoga dapat kita bahas di lain kesempatan… Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Cara menyederhanakan dokumen SPMI

Cara menyederhanakan dokumen SPMI

Cara menyederhanakan dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Dalam sesi diskusi dengan beberapa guru, dosen dan para pegawai tendik, ada kecenderungan mereka tidak begitu tertarik membaca dokumen-dokumen SPMI. Mengapa demikian? Jawabannya karena seringkali dokumen SPMI, baik itu kebijakan SPMI, Manual maupun Standar disajikan sarat narasi, panjang dan dengan bahasa formal yang membosankan. Hal ini perlu dicarikan alternatif solusi.

Berikut adalah tips beberapa cara untuk menyederhanakan dokumen SPMI:

  1. Tentukan Tujuan Dokumen SPMI: Pertama-tama, pastikan bahwa Anda memiliki pemahaman yang jelas tentang visi misi organisasi, juga harus memahami apa tujuan dokumen tersebut dibuat. Apa yang ingin disampaikan dan kepada siapa? Dokumen apa yang akan dibuat, dokumen akademik atau non akademik. Setiap dokumen yang dibuat harus relevan dengan visi misi dan tantangan perubahan kondisi eksternal.
  2. Susun Struktur Informasi: Susun dan organisasikan informasi dengan baik agar mudah dicerna dan dipahami. Gunakan judul, subjudul dan bagian yang mudah diikuti untuk membantu pembaca mengikuti informasi. Gunakan sistem penomoran yang sistematis.
  3. Bahasa yang Mudah Dimengerti: Hindari memakai bahasa-bahasa yang terlalu teknis atau khusus yang mungkin sulit dicerna oleh pembaca awam. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Lengkapi dengan penjelasan definisi dan kosa kata yang tepat. Misal Singkatan SPMI harus dijelaskan menjadi Sistem Penjaminan Mutu Internal. 
  4. Delete Informasi yang Tidak Penting: Review dokumen yang telah disusun, cari informasi yang tidak relevan atau berlebihan, delete /hapus informasi tersebut untuk menjaga dokumen tetap terfokus dan mudah dipahami. Hilangkan persepsi bahwa dokumen yang baik itu yang panjang dan sarat narasi. Dokumen yang baik adalah yang simpel, praktis, sederhana, dan mudah dipahami dan dijalankan.
  5. Format yang Sederhana: Gunakan format yang sederhana, simpel dan mudah dijalankan. Hindari penggunaan terlalu banyak font, warna, variasi, atau gambar yang tidak relevan/ membingungkan.
  6. Memakai Contoh / Ilustrasi: Kembangkan contoh-contoh atau ilustrasi yang relevan untuk membantu menjelaskan konsep atau ide yang kompleks. Dapat pula dokumen SPMI memakai flowchart yang sederhana atau media infografis. 
  7. Dapatkan Feedback dari Pemakai: Setelah menyederhanakan dokumen, mintalah umpan balik dari pemakai dokumen untuk memastikan bahwa dokumen tersebut mudah dipahami. Gunakan formulir untuk pengisian umpan balik.
  8. Update dokumen secara teratur: Perbarui (update) dokumen SPMI secara teratur untuk memastikan tetap relevan dan mudah dipahami. Kondisi eksternal yang berubah dengan cepat menuntut dokumen untuk senantiasa di sesuai dengan tantangan eksternal yang berkembang.

Dengan mengikuti beberapa cara tips diatas, Kita akan dapat menyederhanakan dokumen SPMI yang rumit dan memudahkan pengguna (user) untuk memahami informasi (kebijakan, standar, prosedur)  yang disampaikan. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Stay Relevant

SPMI dan Stay Relevant

SPMI dan Stay Relevant

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Stay Relevant

“Stay relevant” adalah konsep yang berkaitan dengan kemampuan lembaga pendidikan atau individu untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang demikian cepat. Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) memerlukan semangat dan upaya “stay relevant” yang kuat. Melalui Kaizen, SPMI harus terus berkembang dan update seiring waktu.

Beberapa pertanyaan terkait relevansi lembaga pendidikan: Apakah visi misi lembaga masih sesuai? Apakah Rencana Strategis (Renstra) cocok dengan perubahan lingkungan? Apakah isi dari standar SPMI masih fit dgn kondisi zaman? Apakah manual PPEPP perguruan tinggi sudah tepat? Pertanyaan-pertanyaan kritis diatas, tentu harus sering kita tanyakan.

Guna keberhasilan SPMI, berikut contoh untuk “stay relevant“:

  1. Adaptasi pada perubahan: Upaya “Stay relevant” membantu lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi dan merespons perubahan lingkungan yang demikian cepat. Organisasi dapat memperkuat kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan memperbaiki proses-proses secara terus menerus. Sebaliknya bila gagal beradaptasi, standar SPMI yang dimiliki akan kehilangan relevansinya (tidak update).
  2. Berinovasi: Terus berinovasi adalah upaya organisasi untuk tetap “Stay relevant“. Lembaga didorong mengembangkan ide-ide baru dan menerapkan metode serta teknologi terbaru. Standar SPMI harus dirancang untuk adaptif dan mengantisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal. 
  3. Keterampilan berkomunikasi: Upaya “Stay relevant” juga perlu didukung dengan kemampuan berkomunikasi, baik dengan karyawan, pelanggan, dan pihak stakeholder lainnya. Keterampilan berkomunikasi dapat meningkatkan pemahaman atas need and want pihak-pihak terkait.
  4. Pentingnya keterlibatan karyawan: Upaya “Stay relevant” dapat membantu lembaga pendidikan meningkatkan keterlibatan karyawan dalam penerapan SPMI. Organisasi dapat memperkuat kemampuan mereka dan memberikan pelatihan yang relevan. 
  5. Kemampuan bersaing: Upaya  dan semangat agar “Stay relevant” membantu lembaga pendidikan agar mampu bersaing dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Organisasi dapat memperkuat kemampuan untuk mengembangkan strategi SPMI yang efektif dan efisien agar unggul dalam persaingan. Visi, Misi dan Renstra lembaga pendidikan, harus terus di update agar sesuai dengan tuntutan era digital saat ini.

Kesimpulan, upaya “stay relevant” sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Perguruan Tinggi, Sekolah dan Madrasah harus meningkatkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan perubahan yang demikian pesat. Stay relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI

Keberhasilan implementasi SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) lembaga pendidikan tentu tidak lepas dari pentingnya membangun budaya mutu. Tanpa budaya mutu yang kokoh yang dipakai sebagai nilai-nilai bersama (shared values), tentu implementasi SPMI berisiko akan mengalami kegagalan.

Dalam membangun budaya mutu yang kokoh, perlu diawali dengan membangun sikap mental yang menjadi landasan berpijak budaya mutu. Berikut uraian 5 sikap mental yang penting untuk menjadi teladan bersama.

Quality first 

Semua pikiran dan tindakan pengelola Perguruan Tinggi (PT) harus memprioritaskan mutu. Kesadaran akan pentingnya mutu harus ditanamkan pada setiap anggota organisasi di Perguruan Tinggi.

Menerapkan pendekatan “quality first” melibatkan menetapkan dan mematuhi standar yang ketat untuk setiap tahapan proses pada PT. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan stakeholder, memperbaiki reputasi lembaga, serta meminimalkan biaya operasional proses-proses pada lembaga pendidikan.

Stakeholders-in 

Semua pikiran dan tindakan pengelola PT harus ditujukan pada kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal. 

Stakeholders-in adalah kelompok stakeholders yang secara langsung terlibat dalam kegiatan PT. Mereka memiliki hubungan & kepentingan yang lebih dekat & dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan PT. Contoh stakeholders-in mungkin termasuk karyawan, mitra kerjasama, dan pemangku kepentingan lain seperti mahasiswa, orang tua, dunia usaha dll.

The next process is our stakeholder 

Setiap pihak (unit kerja) yang menjalankan tugasnya dalam proses pendidikan pada PT harus menganggap pihak lain yang menggunakan output pelaksanaan tugasnya, sebagai pemangku kepentingan yang wajib dipuaskan. 

Stakeholders (pemangku kepentingan) adalah perseorangan, kelompok, atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam suatu program, proyek, atau bisnis. Mereka dapat mempengaruhi / dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang diambil oleh organisasi atau entitas lainnya. Stakeholders dapat beragam jenisnya, termasuk karyawan, pelanggan, mahasiswa, wali mahasiswa, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

Speak with data 

Setiap pengambilan keputusan/ kebijakan dalam proses pendidikan pada Perguruan Tinggi wajib didasarkan pada analisis data yang akurat, bukan berdasarkan pada asumsi atau rekayasa. 

Budaya “speak with data” sangat penting dalam pengambilan keputusan (decision making) dan pengembangan strategi. Speak with data, memungkinkan PT  untuk membuat keputusan yang didasarkan pada data-data dan bukti yang akurat, bukan hanya berdasarkan dugaan, intuisi atau asumsi semata.

Upstream management 

Setiap pengambilan keputusan / kebijakan dalam proses pendidikan pada perguruan tinggi harus dilakukan secara partisipatif dan kolegial; bukan otoritatif.

Demikian uraian singkat tentang Sikap Mental Penyelenggaraan SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant!


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Tips Menyusun Dokumen SPMI

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah rangkaian kebijakan, standar dan prosedur yang dirancang untuk memastikan mutu dan kinerja suatu institusi pendidikan. Berikut adalah beberapa tips untuk menyusun dokumen SPMI:

  1. Pahami Filosofi, Tujuan & Lingkup SPMI: Sebelum menyusun dokumen SPMI, pastikan bahwa Anda memahami filosofi, tujuan & lingkup SPMI yang diterapkan di institusi pendidikan Anda. Pemahaman yang mendalam, akan membantu Anda memastikan bahwa dokumen yang disusun sesuai dengan tujuan dan kebutuhan SPMI. Filosofi yang penting dipahami, SPMI ini untuk memberi tools bagaimana langkah-langkah untuk melakukan kegiatan perbaikan yang terus menerus (Kaizen).
  2. Identifikasi Dokumen: Buat list dokumen apa saja yang diperlukan untuk SPMI Anda. Ini bisa termasuk kebijakan, manual, standar, prosedur, formulir, pedoman, dan dokumentasi lainnya. Pastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut lengkap dan meliputi seluruh aspek SPMI yang diterapkan.
  3. Tetapkan Format Dokumen: Setelah mengidentifikasi dokumen apa saja yang diperlukan, selanjutnya perlu menetapkan format untuk setiap dokumen. Pastikan bahwa format yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan SPMI, dan sesuai dengan format yang diterapkan oleh institusi Anda. Pastikan format dokumen menarik untuk dibaca, pemilihan template yang tepat, ukuran font dan desain warna yang menarik.
  4. Melibatkan Pihak Terkait: Selama proses penyusunan dokumen SPMI, pastikan bahwa semua pihak-pihak terkait terlibat. Termasuk didalamnya manajemen, staf akademik dan administratif, mahasiswa, & pengawas. Libatkan stakeholder dalam pembahasan dan validasi dokumen. Stakeholder akan bermanfaat untuk memastikan bahwa dokumen tersebut representatif & akurat.
  5. Pentingnya Manajemen Dokumen: Sistem manajemen dokumen berguna untuk memastikan bahwa dokumen SPMI tersedia, update & dapat diakses oleh pihak terkait. Pastikan bahwa dokumen tersedia dalam format file elektronik dan fisik (hardcopy), dan mudah diakses.
  6. Evaluasi & Revisi: Dokumen yang baik harus update sesuai dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Evaluasi dokumen SPMI perlu dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa dokumen tetap sesuai dengan kebutuhan SPMI. Lakukan revisi bila dokumen sudah tidak cocok. Dokumen diperbarui sesuai dengan perubahan visi-misi, kebijakan dan prosedur institusi. Dokumen harus terus diperbaiki untuk  disempurnakan, benar benar handal untuk menjadi acuan kerja.

Demikian uraian singkat tentang Tips Menyusun Dokumen SPMI, semoga bermanfaat. Stay Relevant !


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami