• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

SPMI dan Teori Kepemimpinan Edwin Ghiselli

Gaya Kepemimpinan SPMI

SPMI dan Teori Kepemimpinan Edwin Ghiselli

Pendahuluan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan instrumen penting dalam memastikan tercapainya mutu pendidikan di perguruan tinggi. Implementasi SPMI yang efektif membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan berkompeten. Kepemimpinan yang memiliki sifat-sifat tertentu (traits).

Ketentuan SPMI yang diatur dalam Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023 Tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Pembahasan dan ketentuan peraturan SPMI diatur dalam pasal 67 sampai pasal 70.

Edwin Ghiselli, seorang pakar di bidang psikologi industri, mengidentifikasi enam sifat utama yang berkontribusi terhadap efektivitas kepemimpinan.

Salah satu kunci keberhasilan SPMI, tergantung bagaimana peran pimpinan perguruan tinggi seperti Rektor, Direktur, Ketua, Dekan dan Kaprodi dalam melaksanakan fungsi-fungsi mereka sebagai pemimpin.

Artikel ini akan membahas bagaimana sifat-sifat kepemimpinan menurut teori Ghiselli dapat memperkuat keberhasilan implementasi SPMI di perguruan tinggi.

Sifat Kepemimpinan

Melalui risetnya, Edwin Ghiselli mengidentifikasi enam sifat penting yang ditemukan pada pemimpin yang efektif: Meliputi kecerdasan, inisiatif, kepercayaan diri, keterampilan supervisi, kebutuhan untuk berprestasi, dan kewaspadaan.

Setiap sifat-sifat yang disebutkan diatas, memiliki implikasi penting dalam konteks keberhasilan SPMI.

1. Kecerdasan

Pemimpin yang cerdas (smart) akan mampu memecahkan masalah dengan efektif dan memahami kompleksitas SPMI.

Kecerdasan memungkinkan pemimpin untuk mengidentifikasi masalah dalam sistem penjaminan mutu, menganalisis data yang relevan, dan mengembangkan strategi yang tepat untuk peningkatan kualitas.

Dengan kecerdasan, pemimpin dapat menyusun rencana yang komprehensif dan mengkomunikasikan visi mereka dengan jelas kepada seluruh anggota organisasi.

Pemimpin yang cerdas akan mampu menghubungkan perubahan faktor-faktor eksternal (VUCA) dengan strategi yang tepat, kemudian diturunkan dalam standar SPMI yang sesuai.

Pemimpin yang cerdas dapat menetapkan struktur organisasi yang efektif, memperbaiki sistem, memperbaiki budaya organisasi dan mengembangkan SDM yang sesuai.

2. Inisiatif

Pemimpin yang memiliki inisiatif cenderung proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul dalam implementasi SPMI.

Mereka tidak pasif menunggu instruksi, tetapi aktif mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa standar mutu SPMI terpenuhi atau terlampaui.

Inisiatif ini penting dalam mengembangkan program-program baru, memperkenalkan inovasi, dan melakukan perbaikan berkelanjutan dalam sistem penjaminan mutu.

Inisiatif untuk terus “update” Kebijakan SPMI, Siklus PPEPP dan Standar SPMI. Tindakan ini penting tentu untuk mengantisipasi dokumen yang “ketinggalan zaman” (obsolete) akibat perubahan lingkungan.

3. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri (rasa percaya diri) memungkinkan pemimpin perguruan tinggi untuk membuat keputusan yang tegas dan memberikan arahan yang jelas.

Dalam konteks SPMI, kepercayaan diri diperlukan untuk menetapkan “standar mutu yang tinggi” dan memastikan bahwa semua anggota organisasi “memahami dan berkomitmen” terhadap standar tersebut.

Pemimpin yang percaya diri dapat menghadapi hambatan dan tantangan dengan tenang, mampu memotivasi tim mereka untuk bekerja menuju tujuan yang sama. Mampu menggerakkan anggota organisasi untuk memberikan kemampuan terbaik mereka.

Pemimpin yang percaya diri, merasa bahwa SPMI adalah “milik mereka” selaku manajemen. Pemimpin dapat menyerahkan sebagian pekerjaan teknis pada Unit Pusat Penjaminan Mutu, namun tidak bisa lepas tangan, tetap harus memantau dan mengambil alih fungsi penting terkait SPMI.

4. Keterampilan Supervisi

Keterampilan supervisi mencakup kemampuan pemimpin untuk mengontrol, mengarahkan dan mengawasi pekerjaan unit kerja dibawahnya.

Dalam implementasi SPMI, keterampilan ini penting untuk memastikan bahwa semua proses di lapangan berjalan sesuai dengan rencana dan standar terbaik yang telah ditetapkan. Pengawasan secara utuh termasuk input, proses dan outputnya (impact).

Pemimpin yang efektif dapat memberikan instruksi yang jelas, memantau kinerja, dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk perbaikan. Pemimpin yang baik mampu melakukan “zoom out“, melihat gambar besarnya (big picture) dan mampu melihat relasi yang saling tarik menarik dalam lingkungan eksternal dan internal.

5. Kebutuhan untuk Berprestasi

Pemimpin yang memiliki dorongan kuat untuk berprestasi akan menetapkan standar yang tinggi dan berusaha untuk mencapai hasil yang luar biasa (achievement motivation).

Dalam konteks SPMI, kebutuhan untuk berprestasi ini mendorong pemimpin untuk terus-menerus mencari cara untuk meningkatkan mutu pendidikan dan layanan yang diberikan. Mereka akan memotivasi tim mereka untuk bekerja keras dan mencapai tujuan yang ditetapkan dengan baik.

Pimpinan yang selalu melakukan proses “kaizen” perbaikan secara terus menerus, memperbaiki budaya mutu SPMI agar terbangun Komitmen 4 K: kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas.

6. Kewaspadaan

Kewaspadaan mengacu pada kemampuan pemimpin untuk tetap waspada terhadap perubahan dan perkembangan di lingkungan internal dan eksternal. Dalam implementasi SPMI, kewaspadaan ini penting untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan (Analisis SWOT).

Pemimpin yang waspada akan lebih cepat dalam menyesuaikan strategi mereka (adaptasi) sesuai kebutuhan dan memastikan bahwa sistem penjaminan mutu tetap relevan (stay relevant) dan efektif.

Lingkungan saat ini berubah sangat cepat, yang perlu diwaspadai adalah tantangan VUCA (volatile, uncertain, complex and ambiguous) dan BANI (fragility, anxiety, non-linearity and inconsistency).

Dengan memahami dan mewaspadai perubahan diatas, pimpinan insyaAllah akan dapat mengambil keputusan-keputusan strategik yang efektif.

Penutup

Implementasi SPMI yang efektif sangat bergantung pada kepemimpinan (leadership) yang kuat dan berkompeten.

Sifat-sifat kepemimpinan (traits) menurut teori Edwin Ghiselli – kecerdasan, inisiatif, kepercayaan diri, keterampilan supervisi, kebutuhan untuk berprestasi, dan kewaspadaan – dapat memperkuat kemampuan pemimpin untuk menjalankan dan meningkatkan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) di perguruan tinggi.

Dengan mengembangkan, melatih dan mempraktikkan sifat-sifat pemimpin, InsyaAllah pemimpin dapat memastikan bahwa SPMI berjalan dengan efektif, sehingga percepatan proses “kaizen” dapat dilakukan untuk mencapai “Unggul”. Stay Relevant!

admin

MOTTO: Senantiasa bergerak dan berempati untuk menebar manfaat bagi Mutu Pendidikan di Indonesia

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami