“Dinamika Penerapan SPMI di Perguruan Tinggi”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Benar sekali bahwa menjalankan SPMI tidak semudah membalikkan tangan, kemampuan berpikir strategis dan teknis sangat dibutuhkan. Selain itu tentu saja ketrampilan “human relation skills” juga merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Ketrampilan human relation skills diantaranya adalah ketrampilan komunikasi, ketrampilan membangun motivasi kerja dan ketrampilan leadership.
Saat ini, paling tidak terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam membangun SPMI yang tangguh, diantaranya:
Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk menjalankan SPMI secara lengkap dan menyeluruh. Motivasi untuk memberikan layanan prima kepada segenap stakeholder perlu ditingkatkan secara terus menerus.
Baca juga: Komunikasi, SPMI & Budaya Mutu
Sering kali personil yang paham terhadap konsep SPMI masih sebatas pada lingkup pimpinan dan segenat tim Unit Jaminan Mutu. Lalu bagaimana dengan unsur SDM yang lain? Padahal implementasi SPMI harusnya merupakan tanggung jawab semua komponen SDM dalam organisasi.
Kedua, luaran / output implementasi SPMI oleh Perguruan Tinggi yang digunakan oleh BAN PT atau LAM untuk penetapan peringkat akreditasi Perguruan Tinggi atau Program Studi. Salah satu tujuan utama dari pendidikan tinggi adalah pengakuan dari lembaga eksternal, untuk itu tantangan output penerapan SPMI adalah keberhasilan pencapaian Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).
Hal penting lain dalam implementasi SPMI adalah memetakan standar-standar mutu yang ada Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi agar dapat unggul tentu perlu memiliki strategi positioning yang jelas. Strategi ini berguna untuk menjadi pembeda satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya. Positioning dapat diturunkan dalam bentuk standar-standar baru yang relevan dan dilaksanakan sebaik-baiknya.
Baca juga: Tips Komunikasi Auditor SPMI
Ketiga, terbitnya Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Permendikbud No.3 tahun 2020) tentu memberikan tantangan tersendiri bagi pengelola perguruan tinggi. Peraturan baru ini banyak memberikan muatan pada konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Terbitnya ketentuan MBKM ini, dalam implementasinya tentu perlu di evaluasi dan di monitoring secara terus menerus, terkait sejauh mana peraturan ini memberi manfaat pada para mahasiswa dan segenap pemangku kepentingan yang lain.
Keempat, tantangan perguruan tinggi berikutnya adalah semakin berkembangnya ragam Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) yang masing-masing memberi muatan kriteria tambahan. Saat ini ada beberapa LAM yang dikembangkan misal LAM DIK, LAM INFOKOM, dan lain-lain. Bagi masing-maing program studi, tentu saja perlu terus-menerus mencermati kriteria-kriteria tambahan yang diwajibkan dari masing-masing LAM baru tersebut.
Kelima, saat ini, persaingan global di tingkat internasional yang menuntut Perguruan Tinggi untuk mampu mengimplementasikan standar-standar internasional. Tentu ini bukan pekerjaan yang mudah, perlu selektif memilih standar internasional yang akan dipakai sebagai acuan kerja. Tantangan yang perlu dihadapi adalah bagaimana perguruan tinggi mampu mengintegrasikan standar internasional yang dipilih dengan standar-standar SPMI yang telah dimiliki Perguruan Tinggi.
Demikian uraian singkat tentang Dinamika Penerapan SPMI di Perguruan Tinggi, semoga bermanfaat.
خَيْرُالناسِأَنْفَعُهُمْلِلناسِ
___________________________________
mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Kunjungi: Pelatihan & Pendampinan
Layanan Informasi