• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Membumikan Strategi Kampus: Semua Unit Paham dan Bergerak Sesuai Arah

Conecting the dots dan SPMI

Membumikan Strategi Kampus: Semua Unit Paham dan Bergerak Sesuai Arah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Instagram: @mutupendidikan

Pendahuluan

Di banyak perguruan tinggi, strategi kampus seringkali hanya “hidup” di dalam dokumen resmi seperti Renstra, Statuta, dan SPMI. Namun ketika ditanya ke unit-unit pelaksana, banyak yang tak memahami—apalagi merasa terlibat dalam—strategi tersebut. Akibatnya, program kerja berjalan sendiri-sendiri, tidak terhubung dengan arah strategis kampus.

Padahal dalam Pedoman Implementasi SPMI 2024, dikatakan bahwa sistem mutu tidak hanya soal dokumen, tapi budaya. Agar budaya mutu tumbuh, strategi kampus harus dibumikan—dipahami, dimiliki, dan dijalankan oleh seluruh unsur institusi.

Baca juga: PPEPP Bukan Beban, Tapi Solusi, Benarkah?

Sederhanakan Bahasa Strategi

Salah satu kendala implementasi strategi kampus adalah bahasa dokumen yang terlalu teknokratis. Renstra, Statuta, dan RIP sering ditulis dengan gaya legalistik, abstrak, dan jauh dari bahasa sehari-hari. Ini membuat dosen, tendik, dan bahkan kepala unit kerja merasa bahwa dokumen strategis hanya milik “pimpinan pusat.”

Misalnya, visi tentang “menjadi pusat kewirausahaan lokal berbasis digital” harus diterjemahkan ke dalam kegiatan prodi, LPPM, dan kemahasiswaan secara kontekstual dan konkrit.

Baca juga: Kampus Ideal: Gabungan Estetika dan Fungsi

Evaluasi Diri sebagai Titik Awal

Sebelum strategi disosialisasikan, kampus perlu melakukan Evaluasi Diri Institusi (EDI) yang menyeluruh. EDI akan memberikan data tentang persepsi, kekuatan, dan kelemahan unit-unit dalam memahami dan menjalankan arah kampus. EDI yang berbasis SWOT akan memetakan aspek internal dan eksternal yang bisa menjadi pengungkit atau penghambat strategi.

Menurut Edward Sallis dalam TQM for Education, evaluasi mutu terbaik adalah yang melibatkan semua unsur institusi, bukan hanya top-level management. EDI yang baik akan membuka ruang diskusi dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap strategi. Dengan demikian, dokumen tidak lagi disusun “untuk akreditasi”, tapi sebagai hasil refleksi kolektif.

Baca juga: Kampus Impian: Seperti Apa Sarana dan Prasarana yang Ideal di Mata Mahasiswa?

Jika dokumen kampus disusun tanpa keterhubungan, strategi akan kehilangan arah

Integrasi Antar Dokumen

Dalam pendekatan PPEPP, penetapan standar mutu harus dimulai dari visi dan misi kampus. Maka statuta dan RIP menjadi rujukan utama dalam menyusun Renstra dan Renop. Pedoman SPMI 2024 menyebut bahwa sistem mutu hanya efektif jika standar, program, dan evaluasi berjalan dalam satu sistem yang terintegrasi. Oleh karena itu, pembumian strategi juga menuntut integrasi antar dokumen.

Baca juga: Membangun Budaya Mutu: Apakah Pemimpin Anda Memiliki Skor 9,9 di Managerial Grid?

Kepemimpinan dan Komunikasi Internal

Strategi tidak akan jalan tanpa pemimpin yang konsisten dan inspiratif. Pimpinan kampus harus menjadi “juru bicara utama” misi institusi, bukan hanya saat penyusunan dokumen, tapi dalam percakapan sehari-hari. Dalam konteks SPMI, kepemimpinan adalah bagian penting dari pelaksanaan dan pengendalian mutu.

Komunikasi internal juga memegang peran penting. Forum koordinasi lintas unit, infografis strategi, dashboard IKU, hingga media internal bisa menjadi alat untuk menyampaikan arah strategis secara berkelanjutan.

Baca juga: Masyarakat sebagai Stakeholder: Bagaimana Perguruan Tinggi Melayani?

Motivasi dan Budaya Kinerja yang Relevan

Budaya mutu tidak tumbuh dari dokumen, tapi dari motivasi dan kesadaran kolektif. Setiap unit perlu tahu: “mengapa ini penting untuk saya?” Jika strategi hanya dimaknai sebagai beban administratif, maka akan sulit dibumikan. Oleh karena itu, penting mengaitkan strategi kampus dengan nilai-nilai unit dan keseharian mereka.

Dalam konteks PPEPP, tahap Pengendalian dan Peningkatan harus dilakukan dengan pendekatan coaching dan refleksi. Bukan sekadar audit, tetapi percakapan dua arah yang membangun kepercayaan dan perbaikan bersama. Ini selaras dengan prinsip TQM: mutu lahir dari keterlibatan semua orang dalam proses peningkatan berkelanjutan.

Baca juga: Mutu Pendidikan Tinggi: Memahami Esensi dan Dampaknya

Penutup

Membumikan strategi kampus adalah pekerjaan kepemimpinan, komunikasi, dan sistem. Tidak cukup hanya punya dokumen yang lengkap—yang lebih penting adalah semua unit memahami, merasa terlibat, dan bergerak dalam arah yang sama.

Dengan pendekatan PPEPP, berbasis EDI dan SWOT, serta dipandu semangat mission differentiation, strategi kampus bisa menjadi realitas sehari-hari. Maka tugas kita bukan sekadar merancang strategi yang hebat, tapi membuatnya “hidup” di setiap ruang kerja, kelas, dan laboratorium kampus. Stay Relevant!

Baca juga: Harmoni Palsu: Fenomena Groupthink dalam Implementasi SPMI


Referensi

  1. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. (2024). Pedoman Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi Akademik. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
  2. Griffin, R. W. (2022). Fundamentals of management (10th ed.). Cengage Learning.
  3. Kim, W. C., & Mauborgne, R. (2005). Blue ocean strategy: How to create uncontested market space and make the competition irrelevant. Harvard Business School Press.
  4. OpenAI. (2023). ChatGPT [Large language model]. Diakses melalui https://openai.com/chatgpt
  5. Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
  6. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2023). Organizational behavior (19th ed., Global ed.). Pearson.
  7. Sallis, E. (2002). Total quality management in education (3rd ed.). Kogan Page.
  8. Yukl, G. (2010). Leadership in organizations (7th ed.). Prentice Hall.

Oleh: Bagus Suminar, wakil ketua ICMI Orwil Jatim, dosen UHW Perbanas Surabaya, dan direktur mutupendidikan.com

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

admin

MOTTO: Senantiasa bergerak dan berempati untuk menebar manfaat bagi Mutu Pendidikan di Indonesia

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami