• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Analisis Implementasi Kebijakan SPMI dengan Model George Edward III

Analisis Implementasi Kebijakan SPMI dengan Model George Edward III

Pendahuluan

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah kebijakan yang dirancang untuk memastikan bahwa perguruan tinggi di Indonesia dapat mencapai dan mempertahankan standar mutu pendidikan yang tinggi.

Ketentuan tentang kebijakan SPMI diatur dalam Permendikbudristek 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, pasal 67 sampai dengan pasal 70.

Meskipun SPMI telah cukup lama diimplementasikan di berbagai perguruan tinggi, namun tingkat keberhasilannya bervariasi. Masih ada perguruan tinggi yang belum maksimal mengimplementasikan SPMI dengan benar.

Artikel ini mencoba menggunakan model implementasi kebijakan George Edward III untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan implementasi SPMI.

Teori Implementasi Kebijakan George Edward III

George Edward III, seorang akademisi dan penulis terkemuka dalam bidang ilmu politik dan kebijakan publik, mengidentifikasi empat variabel kunci yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan:

  1. Komunikasi: Sejauh mana kejelasan dan konsistensi informasi yang disampaikan dari pembuat kebijakan, sampai kepada pelaksana kebijakan.
  2. Sumber Daya: Sejauh mana ketersediaan sumber daya (resources) seperti finansial, manusia, dan material yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan.
  3. Disposisi Pelaksana: Sikap (attitude), motivasi, dan komitmen pelaksana kebijakan terhadap kebijakan tersebut.
  4. Struktur Birokrasi: Organisasi, standar dan prosedur yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan.
Model Implementasi Kebijakan dari George Edward III
Analisis Implementasi SPMI dengan Model George Edward III

Berikut diuraikan kendala, analisis dan rekomendasi dari 4 (empat) variabel kunci:

1. Komunikasi
  • Kejelasan Arahan Kebijakan:
    • Kendala: Kurangnya pemahaman yang mendalam tentang kebijakan, standar dan tujuan SPMI di kalangan pimpinan, pelaksana dan staf akademik.
    • Analisis: Bimbingan dan arahan kebijakan yang kurang jelas dapat menyebabkan misinterpretasi, miskomunikasi dan implementasi yang tidak konsisten.
    • Rekomendasi: Meningkatkan komunikasi dengan menyusun panduan yang jelas dan melakukan sosialisasi yang intensif. Perbaiki mutu komunikasi internal di perguruan tinggi.

Baca juga: Penguatan SPMI melalui Komunikasi Internal Perguruan Tinggi

2. Sumber Daya
  • Ketersediaan Sumber Daya:
    • Kendala: Terbatasnya ketersediaan sumber daya (resources) seperti modal keuangan, SDM, dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung implementasi SPMI.
    • Analisis: Keterbatasan sumber daya dapat menghambat pelaksanaan kebijakan secara efektif.
    • Rekomendasi: Mengoptimalkan alokasi sumber daya yang ada dan mencari sumber daya tambahan melalui kerjasama dan pendanaan eksternal. Pimpinan perguruan tinggi perlu mencari terobosan inovatif untuk menyelesaikan hal ini.

Baca juga: Pentingnya Semangat Inovasi dalam SPMI

3. Disposisi Pelaksana
  • Motivasi dan Komitmen:
    • Kendala: Kurangnya komitmen, kompetensi dan motivasi pelaksana dalam menjalankan SPMI.
    • Analisis: Pelaksana (termasuk pimpinan) yang tidak termotivasi atau tidak kompeten akan menghambat implementasi kebijakan SPMI.
    • Rekomendasi: Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pelaksana melalui workshop, pelatihan dan pengembangan profesional, serta memberikan insentif untuk meningkatkan motivasi.

Baca juga: Program Pelatihan MutuPendidikan

4. Struktur Birokrasi
  • Efisiensi Organisasi:
    • Kendala: Struktur organisasi yang terlalu kaku dan birokratis dapat menghambat proses implementasi SPMI (yang perlu cepat dalam pengambilan keputusan).
    • Analisis: Birokrasi yang tidak efisien memperlambat pelaksanaan kebijakan dan mengurangi fleksibilitas. Struktur organisasi tradisional dengan banyak level, yang memperpanjang rantai garis komando.
    • Rekomendasi: Membangun struktur organisasi baru (reorganisasi) yang lebih adaptif dan fleksibel untuk mendukung implementasi SPMI.

Baca juga: Penguatan SPMI melalui Struktur “Agile” di Perguruan Tinggi

Diskusi

Model implementasi kebijakan George Edward III memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami dan menganalisis keberhasilan implementasi SPMI.

Keempat variabel yang diidentifikasi oleh Edward III saling berhubungan, berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, komunikasi internal yang efektif dapat membantu mengatasi kekurangan sumber daya dengan memastikan bahwa sumber daya yang ada digunakan secara optimal (efisien).

Saling mendukung dan saling memperkuat, disposisi pelaksana yang positif dapat mengimbangi kekurangan dalam struktur birokrasi, sementara sumber daya (resources) yang cukup dapat mendukung komunikasi yang lebih baik.

Baca juga: Kendala dan Tantangan Implementasi SPMI: Teori Van Meter dan Van Horn

Kesimpulan

Implementasi SPMI pada perguruan tinggi di Indonesia menghadapi berbagai kendala dan tantangan yang cukup kompleks. Ada yang berhasil mengimplementasikan, namun ada juga yang belum berhasil.

Dengan menggunakan model implementasi kebijakan dari George Edward III, artikel ini menguraikan 4 (empat) faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan implementasi SPMI.

Rekomendasi yang diberikan pada uraian diatas, diharapkan dapat membantu perguruan tinggi meningkatkan efektivitas implementasi SPMI dan mencapai tujuan peningkatan mutu pendidikan. Stay Relevant!

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

admin

MOTTO: Senantiasa bergerak dan berempati untuk menebar manfaat bagi Mutu Pendidikan di Indonesia

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami