SPMI dan Generasi Masa Depan
Hasil sensus penduduk tahun 2022 telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada akhir Februari, dan memberikan gambaran mengenai perubahan demografi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Menariknya hasil sensus menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di Indonesia banyak didominasi oleh generasi Z, yang perkiraan kelahirannya tahun 1997-2012.
Gen Z merupakan generasi yang kurang mengenal dunia serta benar-benar terasing dari keberadaan orang lain. Media sosial merupakan gambaran mengenai masa depan generasi ini. Media sosial juga menjadi jembatan atas keterasingan, karena semua orang dapat terhubung, berkomunikasi, dan berinteraksi.
O’Connor, Becker, dan Fewster (2018) dalam penelitiannya berjudul Tolerance of Ambiguity at Work Predicts Leadership, Job Performance, and Creativity, menemukan bahwa pekerja yang lebih muda menunjukkan kapasitas yang lebih rendah untuk mengatasi ambiguitas lingkungan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua.
Gen Z dilahirkan dan dibesarkan dalam pola pengasuhan yang terlalu protektif di tengah kondisi dunia yang serba tidak menentu. Resesi ekonomi, transformasi digital, invasi di beberapa negara, bencana alam, dan juga wabah penyakit. Ini yang kemudian menyebabkan di masa dewasa, Z menjadi kurang toleran terhadap ambiguitas lingkungan karena masa kanak-kanak yang terlalu terlindungi.
Selain itu melesatnya digitalisasi membuat karakter Gen Z yang senantiasa selalu terbuka dan tidak handal dalam menjaga privasi, sehingga memungkinkan mereka mudah labil karena menerima terpaan informasi dan kondisi yang cepat berubah dan serba acak.
Pemahaman mengenai karakteristik generasi masa depan tentu sangat penting dalam menentukan strategi Pendidikan, saat ini sebagian besar generasi Z memasuki usia sekolah. Karakter FOMO (Fear of Missing Out) yang dimiliki generasi Z menjadikan siswa terpacu untuk mengetahui berbagai hal dari sumber-sumber informasi yang tersebar dan mudah diakses saat ini.
Kompetensi tenaga pendidik mengenai akurasi tentu sangat dibutuhkan dalam menyaring berbagai informasi digital yang berkaitan mengenai pembelajaran. Selain itu upgrade ilmu juga sangat penting, mengingat kemudahan akses informasi di era digital sangat cepat dan luas.
Gen Z lahir dengan salah satu kelebihan mampu memahami dirinya sendiri, aktivitas berselancar di dunia maya merupakan bagian dari cara Gen Z memenuhi kebutuhan akan dirinya.
Dalam konteks pendidikan, memberikan kebebasan siswa menentukan cara belajarnya merupakan sebuah kebutuhan. Guru perlu untuk mampu melakukan personalisasi cara-cara belajar bagi setiap siswa, dan memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk mencari sumber belajar di luar aktivitas bersekolah.
Dalam konteks Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Gen Z merupakan salah satu stakeholder utama yang harus dilayani. Lembaga Pendidikan perlu menyelami need & want Gen Z agar dapat membuat standar-standar pendidikan yang lebih sesuai dengan tuntutan mereka.
Survey harapan dan survey kepuasan merupakan tools penting bagi lembaga pendidikan untuk menyelami harapan-harapan Gen Z. Selanjutkan hasil survey dan evaluasi diri akan membantu penyusunan dokumen mutu SPMI yang lebih efektif dan efisien.
Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Generasi Masa Depan, semoga bermanfaat.
Instagram: @mutupendidikan
Layanan Informasi