• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Peran Entrepreneurial dalam SPMI Perguruan Tinggi

Peran Entrepreneurial dalam SPMI Perguruan Tinggi

Pendahuluan

Penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas akademik, tata kelola, serta daya saing institusi pendidikan tinggi.

SPMI, dengan siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan standar), memberikan panduan/pedoman bagi perguruan tinggi untuk secara sistematis meningkatkan mutu secara berkelanjutan.

Salah satu filosofi penting yang dapat memperkuat implementasi SPMI adalah penerapan peran “entrepreneurship” dalam manajemen, sebagaimana didefinisikan oleh Henry Mintzberg dalam 10 peran manajernya.

Peran entrepreneur ini memungkinkan manajer perguruan tinggi (rektor, direktur, ketua, dekan, kaprodi dll.) untuk mampu bertindak sebagai agen perubahan, mendorong inovasi, dan mengidentifikasi peluang yang dapat memperkuat sistem mutu internal.

Change Decision Making Concept

Entrepreneur dan Siklus PPEPP

Dalam konteks SPMI, peran entrepreneur dari Mintzberg memainkan peran penting pada Siklus PPEPP:

  1. Penetapan Standar SPMI: Manajer bertindak sebagai wirausaha dengan menetapkan standar mutu baru (tinggi) yang sesuai dengan perubahan kebutuhan pasar dan perkembangan teknologi. Di sini, mereka harus proaktif dalam mengeksplorasi inovasi dan mengidentifikasi peluang peningkatan mutu pendidikan, baik dalam kurikulum, fasilitas, maupun layanan kepada mahasiswa.
  2. Pelaksanaan Standar SPMI: Sebagai entrepreneur, manajer perguruan tinggi perlu mendorong implementasi inovasi dalam semua proses penting di perguruan tinggi, misalnya pembelajaran dan administrasi. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa standar yang ditetapkan dapat diwujudkan melalui langkah-langkah konkret, dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi.
  3. Evaluasi Pelaksanaan Standar SPMI: Dalam peran evaluatif, manajer menggunakan pendekatan wirausaha dengan berfokus pada semangat perbaikan terus-menerus. Mereka tidak hanya menilai hasil implementasi, namun juga mencari peluang-peluang untuk pengembangan lebih lanjut. Entrepreneurial thinking di sini memungkinkan perguruan tinggi untuk melakukan adaptasi dan inovasi berdasarkan hasil evaluasi.
  4. Pengendalian dan Peningkatan Standar SPMI: Pengendalian dan peningkatan standar SPMI memerlukan pendekatan entrepreneurship di mana manajer mampu merespons perubahan lingkungan secara cepat (VUCA). Perubahan regulasi, tren global, dan kebutuhan mahasiswa harus dihadapi dengan tindakan proaktif yang melibatkan inovasi.

Entrepreneurship dan SPMI

Mintzberg mengelompokkan 10 peran manajerial ke dalam tiga kategori utama: peran interpersonal, peran informasional, dan peran pengambilan keputusan.

Entrepreneurship masuk dalam kategori peran pengambilan keputusan dan memiliki hubungan erat dengan penguatan SPMI dalam beberapa hal sebagai berikut:

  • Pengambil Keputusan: Dalam peran ini, manajer perguruan tinggi berfungsi sebagai pengambil keputusan utama yang mendorong perubahan dan inovasi. Mereka tidak hanya bereaksi terhadap masalah, tetapi secara proaktif menciptakan solusi yang meningkatkan mutu institusi. Misalnya, dalam menghadapi pergeseran ke pembelajaran daring, seorang manajer entrepreneur akan mengidentifikasi kebutuhan akan teknologi baru, mengeksplorasi kemitraan dengan penyedia teknologi, dan memperkenalkan metode pembelajaran yang inovatif.
  • Pendorong Inovasi: Peran entrepreneur dalam manajemen mengharuskan manajer untuk secara proaktif mencari peluang perbaikan dan pengembangan. Ini mencakup inovasi dalam kurikulum, pengelolaan sumber daya manusia, serta pengembangan sarana dan prasarana. Inovasi ini kemudian diterapkan pada siklus PPEPP untuk menjamin bahwa perubahan tersebut sesuai dengan standar mutu.
  • Pemimpin Perubahan: Manajer berperan sebagai pemimpin perubahan yang memastikan bahwa inovasi diterima dan diadopsi oleh seluruh elemen perguruan tinggi. Mereka bertanggung jawab untuk mengelola resistensi terhadap perubahan dan memastikan bahwa setiap langkah peningkatan mutu diimplementasikan dengan benar.

Kendala Entrepreneurial

Kendala pimpinan perguruan tinggi yang kurang berani bersikap entrepreneurial sering kali terkait dengan beberapa faktor yang membatasi inisiatif mereka. Berikut penjelasan dari tiga kendala yang Anda sebutkan:

  1. Merasa Bukan Owner: Pimpinan yang merupakan pegawai yayasan atau pegawai negeri cenderung merasa bahwa mereka tidak memiliki kepemilikan langsung terhadap institusi. Karena itu, mereka mungkin kurang termotivasi (bersemangat) untuk mengambil risiko besar atau melakukan inovasi yang signifikan. Sikap ini berbeda dengan seorang wirausahawan yang memiliki keterikatan langsung dengan bisnis dan melihat inovasi sebagai kunci pertumbuhan.
  2. Hanya Berani Bekerja dengan Anggaran yang Ada: Banyak pimpinan perguruan tinggi hanya merasa nyaman bekerja dalam batasan anggaran yang ada, tanpa keberanian untuk mengambil risiko atau menciptakan peluang baru melalui sumber dana yang inovatif. Seorang wirausahawan sejati berani mencari alternatif pembiayaan, baik melalui kerja sama strategis, hibah, maupun investasi untuk memperluas potensi pendanaan dan membuat terobosan di bidang anggaran.
  3. Zona Nyaman: Pimpinan yang sudah lama bekerja di lingkungan institusi sering kali terjebak dalam zona nyaman. Mereka cenderung menghindari perubahan yang signifikan dan berisiko, karena takut gagal atau menghadapi tantangan baru. Sikap ini membatasi potensi institusi untuk beradaptasi dan berkembang di tengah dinamika global. Entrepreneurial leadership menuntut kemampuan untuk keluar dari zona nyaman, mengambil risiko yang terukur, dan berani bereksperimen untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Baca juga: SPMI dan 10 Peran Manajer (Teori Henry Mintzberg)

Ketiga kendala ini menunjukkan pentingnya perubahan pola pikir pada level pimpinan perguruan tinggi agar lebih proaktif, berani, dan inovatif dalam mengelola lembaga pendidikan tinggi.

Penutup

Entrepreneurship dalam peran manajer sangat penting dalam mendorong perguruan tinggi untuk tetap kompetitif dan relevan di era globalisasi.

Dengan penguatan SPMI yang dipimpin oleh pemikiran entrepreneurial, perguruan tinggi tidak hanya meningkatkan mutu internal mereka tetapi juga mampu beradaptasi dengan perubahan eksternal yang terjadi di sektor pendidikan tinggi. Stay Relevant and Stay Agile!

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

admin

MOTTO: Senantiasa bergerak dan berempati untuk menebar manfaat bagi Mutu Pendidikan di Indonesia

    ×

    Layanan Informasi

    × Hubungi Kami