Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi merupakan instrumen vital untuk memastikan bahwa institusi pendidikan dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu tinggi sesuai dengan standar nasional dan internasional.
Implementasi SPMI yang efektif memerlukan pendekatan manajerial yang baik, salah satunya adalah inspirasi penerapan teori Manajerial Grid yang dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton.
Teori ini memberikan kerangka kerja untuk menilai dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang mampu menyeimbangkan perhatian terhadap produksi (pencapaian standar mutu pendidikan) dan kepuasan karyawan (staf dan dosen).
Artikel ini bertujuan memberikan wawasan pada segenap tim manajemen pendidikan tinggi terkait metode dan upaya menemukan gaya kepemimpinan yang sesuai.
Teori Manajerial Grid
Manajerial Grid adalah sebuah model yang mengidentifikasi 5 (lima) gaya kepemimpinan berdasarkan dua dimensi utama: perhatian terhadap produksi (tasks) dan perhatian terhadap orang (people). Kelima gaya tersebut meliputi:
Impoverished Management (1,1): Indikatornya “rendah” perhatian terhadap 2 hal, produksi dan orang. Ini merupakan gaya kepemimpinan yang paling buruk, perhatian pada produksi dan karyawan, sama-sama sangat rendah. Penerapan gaya ini tentu akan merugikan tidak saja bagi pencapaian kinerja SPMI, namun juga menurunkan moral kerja karyawan.
Country Club Management (1,9): Indikatornya, tinggi perhatian terhadap orang (nilai 9) tetapi rendah terhadap produksi (nilai 1). Model gaya ini juga bisa digolongkan sebagai tidak efektif, SPMI sama sekali tidak diperhatikan dan dibiarkan tidak produktif. Sementara pimpinan terlalu fokus perhatian pada karyawan “pimpinan penggembira”, tanpa peduli pada pencapaian kinerja mereka.
Authority-Compliance (9,1): Tinggi perhatian terhadap produksi tetapi rendah terhadap orang. Kebalikan dengan gaya Country Club, gaya ini mirip dengan gaya otoriter. Pimpinan fokus pada pencapaian target Standar SPMI namun “cuek” dengan kebutuhan karyawan. Karyawan tidak diperhatikan kesejahteraannya maupun hubungan sosialnya. Gaya ini, juga tidak efektif, karyawan menjadi tidak nyaman bekerja dan cenderung akan mengundurkan diri (resign).
Middle-of-the-Road Management (5,5): Moderat (sedang) perhatian terhadap produksi dan orang. Ini gaya yang tengah-tengah (mediocre), dimana perhatian pada pencapaian standar SPMI sedang saja, dan perhatian pada manusia juga sedang saja. Penerapan gaya ini juga bukan yang ideal, karena prestasi organisasi juga akan sedang-sedang saja, sulit untuk mendapatkan akreditasi “unggul”.
Team Management (9,9): Tinggi perhatian terhadap produksi dan orang. Inilah perilaku gaya kepemimpinan yang paling ideal. Pemimpin “fokus maksimal” pada 2 hal, pencapaian target-target standar SPMI dan juga fokus maksimal pada kepuasan para staf dan dosen.
Gaya kepemimpinan “Team Management” (9,9) dianggap sebagai yang paling efektif karena menyeimbangkan perhatian terhadap target-target standar SPMI dan pemenuhan kebutuhan karyawan (material dan non material). Visi dan misi organisasi tercapai, kepuasan karyawan juga dapat diperoleh.
Gaya Kepemimpinan “Team Management”
Integrasi teori Manajerial Grid dapat memberikan inspirasi bagi manajemen perguruan tinggi dalam pengembangan SPMI yang efektif dan efisien.
Keseimbangan antara capaian Target SPMI dan Kesejahteraan Karyawan: Dengan mengadopsi gaya kepemimpinan “Team Management,” perguruan tinggi dapat memastikan bahwa “perhatian maksimal” terhadap kualitas akademik (pencapaian semua standar) dan kesejahteraan karyawan seimbang dengan nilai terbaik (9.9). Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, kondusif bagi inovasi dan peningkatan kualitas pendidikan.
Pengembangan Budaya Mutu: Gaya kepemimpinan 9.9 “Team Management” menekankan pada perhatian terhadap orang dapat membantu mengembangkan budaya mutu (quality culture) yang kuat. Karyawan yang merasa dihargai, dihormati dan didukung akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam upaya penjaminan mutu.
Peningkatan Kolaborasi dan Komunikasi: Model gaya kepemimpinan 9.9 “Team Management” mendorong peningkatan kolaborasi dan komunikasi antara pemimpin dan karyawan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua pihak “terlibat maksimal” dalam proses penjaminan mutu dan merasa memiliki tanggung jawab bersama untuk mencapai standar mutu yang ditetapkan.
Contoh Ilustrasi Penerapan
Sebuah perguruan tinggi “X” di Indonesia telah mengimplementasikan Manajerial Grid dalam pengembangan SPMI mereka. Dengan fokus pada gaya “Team Management,” Pimpinan perguruan tinggi “X” berhasil meningkatkan keterlibatan dosen dan staf dalam proses penjaminan mutu.
Sebagai hasilnya, terdapat peningkatan signifikan dalam kepuasan mahasiswa, akreditasi program studi, dan kualitas penelitian/ pengabdian yang dihasilkan. Visi misi dapat tercapai dan segenap dosen /karyaman merasa puas dengan iklim kerja di organisasi.
Kesimpulan
Teori Manajerial Grid dari Blake dan Mouton “menawarkan inspirasi” yang berharga dalam pengembangan SPMI di perguruan tinggi. Dengan menyeimbangkan perhatian maksimal terhadap produksi dan karyawan, perguruan tinggi dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk peningkatan mutu pendidikan.
Penerapan gaya kepemimpinan “Team Management” dapat membantu mengembangkan budaya mutu yang kuat, meningkatkan kolaborasi, dan memastikan adaptasi yang fleksibel terhadap perubahan dan tantangan.
Oleh karena itu, integrasi gaya kepemimpinan “Team Management” dalam SPMI InsyaAllah sangat bermanfaat untuk mencapai keunggulan lembaga pendidikan tinggi. Stay Relevant!