Ketika Website Tak Bisa Menjawab, Mahasiswa Asing Pun Pergi

Ketika Website Tak Bisa Menjawab, Mahasiswa Asing Pun Pergi

Oleh: Bagus Suminar
Wakil Ketua ICMI Jatim, Dosen UHW Perbanas Surabaya

Mahasiswa asing tak mencari kampus megah—mereka mencari kampus yang menjawab. Dimulai dari satu halaman web yang informatif, hangat, dan bisa dipercaya.

Kadang kita lupa, dunia datang bukan selalu untuk mengagumi. Ada yang datang hanya untuk mencari tempat yang bisa dimengerti. Bagi mahasiswa asing, kampus tak harus megah. Yang penting: bisa didekati. Bisa ditanya. Bisa dipercaya.

Banyak kampus kecil di Indonesia merasa belum pantas bicara internasional. Gedung belum tinggi, halaman belum rapi, brosur pun belum sempat dicetak ulang. Tapi anehnya, justru di sela keraguan itu—ada peluang yang tak kalah besar.

Karena mahasiswa asing tidak selalu mencari tempat yang paling terkenal. Mereka mencari tempat yang menjawab. Dan bagi banyak dari mereka, jawaban itu dimulai dari layar kecil di tangan mereka—website kampus kita.

Mereka mengetik nama kampus dengan hati-hati, menunggu halaman memuat. Mereka tidak mencari desain yang mewah. Mereka hanya ingin tahu: “Bagaimana saya bisa belajar di sana?” Mereka ingin tahu 5 W + 1 H: “what, who, when, where, why, dan how”. Jika tidak ada jawaban, mereka akan kembali ke mesin pencari, mengetik kampus lain. Begitu terus. Sampai mereka menemukan satu tempat yang menjawab dengan jelas, meski sederhana.

Di Sri Lanka, Gamage mencatat bahwa mahasiswa asing bersedia tinggal bukan karena fasilitas, tapi karena tahu siapa yang bisa dihubungi saat bingung. Di Malaysia, David dan Ogundare menemukan bahwa mahasiswa Afrika merasa puas di kampus swasta karena satu hal: informasi mudah ditemukan, dan layanan terasa nyata. Bahkan ketika mereka berada ribuan kilometer dari rumah.

Mereka tidak datang untuk menuntut kesempurnaan. Mereka datang membawa harapan kecil: ada tempat yang bisa menerima mereka apa adanya. Dan kadang, satu halaman web berbahasa Inggris yang jujur lebih menyentuh daripada gedung mewah, logo dan jargon akademik.

Masalahnya, banyak website kampus kita tidak bisa menjawab. Bahkan untuk pertanyaan yang paling dasar. “Berapa biaya kuliah?” — tidak ada. “Bagaimana cara mendaftar visa pelajar?” — tidak dijelaskan. “Adakah asrama, rumah kos, atau tempat tinggal terdekat?” — tak disebutkan. Kontak email kadang tak aktif. Formulir pendaftaran rusak. Bahkan tak ada peta lokasi atau google map.

Beberapa penelitian juga menunjukkan hal yang serupa—bahkan di negara dengan infrastruktur digital unggul, mahasiswa asing kesulitan memahami halaman rekrutmen universitas karena bahasa yang terlalu teknis dan navigasi yang membingungkan. Ini bukan soal teknologi. Ini soal rasa, soal kemudahan.

Mahasiswa baru, apalagi yang datang dari luar negeri, berharap ada proses penyambutan digital yang ramah, yang nyata—website yang terasa seperti tangan yang menyambut, bukan layar kosong yang hanya mencantumkan “visi, misi dan tujuan”.

Dan ini kabar baiknya: kampus kecil bisa mengalahkan kampus besar, asal tahu caranya. Cara menyentuh pikiran dan perasaan. Kampus kecil bisa menang dalam keramahan, dalam kejelasan, dalam keberanian untuk berkata, “Ini kami, seadanya, tapi kami siap menerima dengan hati yang menyala.” Dalam bahasa Jawa perilaku yang: nguwongno wong, nyenengno wong, nggatekno wong, ora nggelakno.

Buat satu halaman khusus untuk mahasiswa asing. Tidak perlu desain mahal. Cukup isi dengan informasi dasar: bagaimana mendaftar, siapa yang bisa dihubungi, di mana tempat tinggal terdekat, bagaimana kalau tersesat atau sakit, dan berapa biaya makan sehari-hari. Buat dalam bahasa Inggris yang wajar dan mudah dipahami, bukan terlalu akademis, tapi cukup jelas dan empatik. Pastikan ada orang nyata di balik alamat email itu. Orang yang care. Orang menyambut. Orang yang membimbing. Dan pastikan mereka menjawab.

Sebab website, pada akhirnya, bukan soal citra. Ia adalah sapaan. Ia adalah kesediaan untuk menjawab sebelum ditanya. Ia adalah bentuk paling awal dari kepercayaan. Inilah kekuatan trust.

Tentu semua ini tidak bisa dikerjakan sendirian. Maka SPMI—Sistem Penjaminan Mutu Internal—harus ikut menjadi bagian. Bukan hanya untuk kurikulum dan audit akademik, tapi untuk memastikan kampus benar-benar bisa diakses secara digital, secara emosional, dan secara manusiawi. SPMI harus berani menambahkan standar baru: kualitas komunikasi daring. Kualitas website. Kejelasan informasi daring. Integrasi layanan digital dengan wajah tulus yang bisa dipercaya.

Karena kadang, yang paling menentukan bukan akreditasi atau ranking. Tapi satu halaman web yang ditulis dengan niat baik, dipelihara dengan cinta, dan menjawab pertanyaan orang asing yang belum pernah ke Indonesia.

Jangan biarkan mereka pergi hanya karena website kita tidak menjawab. Website yang pasif, zonk.

Mereka tidak meminta kampus yang sempurna. Mereka hanya ingin tahu bahwa kita bersedia menerima mereka—dengan tangan terbuka, dengan hati yang menyala, dan dengan alur sistem yang bisa dipercaya.

Dan mungkin, itu adalah awal dari kampus kecil yang akan tumbuh besar. Kampus internasional walau berlokasi di daerah terpencil. Bukan karena fisiknya. Tapi karena hatinya. Karena niatnya. Karena cintanya.

Stay Relevant!


Referensi:
  • Chong, P. Y., Kam, A., & Tham, S. Y. (2024). Factors influencing international students’ perceived value and satisfaction at private universities in Malaysia. Tuning Journal for Higher Education, 11(2), 189–217. https://doi.org/10.18543/tjhe-11(2)-2024pp189-217
  • David, B., & Ogundare, E. A. (2019). Factors influencing international students’ satisfaction towards higher education providers (HEPs) in Malaysia. International Journal of Education, Learning and Training, 4(2), 67–78.
    https://www.researchgate.net/publication/360641712
  • Pathmini, M. G. S., Wijewardhena, H. V. P., & Gamage, G. A. I. (2016). Impact of service quality on students’ satisfaction in newly established public sector universities in Sri Lanka: A study based on the faculty of management studies. Journal of Management Matters, 3(1), 1–13. https://www.researchgate.net/publication/295257431

Scroll to Top