
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Instagram: @mutupendidikan
Di era revolusi industri 4.0 dan transformasi digital, hampir semua sektor kehidupan bergerak ke arah digitalisasi, termasuk pendidikan tinggi. Salah satu proses penting dalam manajemen mutu kampus yang juga ikut terdampak adalah benchmarking. Jika sebelumnya benchmarking dilakukan secara manual, memerlukan waktu dan tenaga besar untuk mengolah data, kini muncul pertanyaan besar: mungkinkah benchmarking dilakukan secara digital, efisien, dan real-time?
Seiring dengan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti), setiap perguruan tinggi di Indonesia diwajibkan menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Dalam konteks ini, benchmarking bukan hanya pelengkap, melainkan alat strategis untuk melihat posisi institusi dan memetakan langkah perbaikan.
Dengan hadirnya teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), big data, dan dashboard mutu, benchmarking bisa dioptimalkan menjadi lebih transparan, akurat, dan cepat.
Baca juga: Kebijakan SPMI: Blueprint Masa Depan Kampus yang Sering Diabaikan
Kini, data bukan lagi sekadar catatan, melainkan aset strategis. Perguruan tinggi yang mampu memanfaatkan big data memiliki peluang lebih besar untuk melakukan benchmarking secara cerdas. Sumber data seperti Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti) menyimpan kekayaan informasi tentang jumlah dosen, capaian mahasiswa, akreditasi program studi, dan lainnya yang sangat relevan untuk analisis mutu.
Dengan teknologi dashboard mutu, kampus dapat mengintegrasikan berbagai indikator kinerja dalam satu tampilan yang mudah dipahami. Tidak hanya memudahkan monitoring internal, tetapi juga memfasilitasi pembandingan antar program studi atau bahkan antar perguruan tinggi secara nasional. Teknologi ini memungkinkan pengambilan keputusan berbasis data (data-driven decision making), bukan lagi sekadar intuisi atau dugaan.
Baca juga: Merumuskan Mission Differentiation: 5 Langkah Menuju Kampus Otentik
Artificial Intelligence (AI) hadir membawa lompatan besar dalam transformasi mutu. Dalam konteks benchmarking, AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola, tren, dan anomali dari data mutu yang tersedia. Misalnya, AI dapat mendeteksi bahwa keterlambatan kelulusan mahasiswa terjadi lebih sering pada program studi dengan rasio dosen yang rendah, dan secara otomatis memberikan rekomendasi intervensi.
Otomasi juga membantu menghilangkan proses-proses manual yang rentan terhadap kesalahan dan ketidakefisienan. Dengan sistem yang terotomatisasi, pengumpulan data, validasi, dan visualisasi dapat dilakukan secara berkala dan real-time. Ini mempercepat siklus evaluasi mutu dan memungkinkan kampus melakukan penyesuaian strategi secara dinamis, sejalan dengan prinsip continuous improvement.
Baca juga: Membumikan Strategi Kampus: Semua Unit Paham dan Bergerak Sesuai Arah
Transformasi digital tidak akan bermakna tanpa fondasi sistem mutu yang kuat. Di sinilah peran penting SPMI yang telah ditetapkan sebagai kewajiban oleh Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023. SPMI bukan hanya sekadar kewajiban administratif, tetapi sebuah ekosistem mutu yang dirancang untuk fleksibel dan adaptif, sesuai dengan misi dan karakteristik setiap perguruan tinggi.
Dalam praktiknya, siklus PPEPP—Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan—merupakan mesin utama penggerak mutu di dalam SPMI. Ketika diintegrasikan dengan teknologi digital, siklus ini bisa dijalankan lebih presisi dan berkelanjutan. Dashboard mutu, laporan otomatis, serta analitik cerdas dari benchmarking digital dapat memperkuat setiap tahap PPEPP, menjadikannya alat kaizen yang relevan di abad ke-21.
Baca juga: Gamifikasi SPMI: Mungkinkah Diterapkan di Perguruan Tinggi?
Digitalisasi benchmarking bukan hanya mungkin, tetapi semakin mendesak untuk dilakukan. Di tengah tuntutan akuntabilitas dan daya saing global, perguruan tinggi tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan mutu yang konvensional. Teknologi hadir sebagai solusi yang menjadikan benchmarking lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih bermakna.
Dengan SPMI sebagai kerangka kerja yang solid dan siklus PPEPP sebagai alat perbaikannya, kampus Indonesia dapat bergerak menuju mutu yang tidak hanya terjaga, tetapi terus tumbuh. Transformasi mutu melalui benchmarking digital bukan sekadar mimpi—ia adalah masa depan yang tengah terbentuk hari ini. Stay Relevant!
Baca juga: Mutu adalah Kepemimpinan, Bukan Sekadar Administrasi
Referensi
Oleh: Bagus Suminar, wakil ketua ICMI Orwil Jatim, dosen UHW Perbanas Surabaya, dan direktur mutupendidikan.com
Instagram: @mutupendidikan
Layanan Informasi