• 08123070905
  • mutupendidikan.info@gmail.com

Pelatihan

SPMI dan Analisis SWOT

SPMI dan Analisis SWOT

SPMI dan Analisis SWOT

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Analisis SWOT 

SWOT merupakan singkatan dari kata berbahasa inggris yaitu Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Analisis SWOT adalah suatu metode yang dipakai untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi.

Analisis SWOT bermanfaat membantu individu atau organisasi untuk mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mereka dan untuk menetapkan strategi-strategi yang paling tepat.

Kekuatan (Strength) meliputi faktor-faktor dari dalam organisasi (internal) yang membantu pencapaian tujuan. Contoh kekuatan adalah sumber daya yang baik, personil yang terlatih, dan teknologi canggih, sistem mutu yang handal dll.

Kelemahan (Weakness) meliputi faktor-faktor dari dalam organisasi (internal) yang membatasi keberhasilan pencapaian tujuan. Contohnya seperti sumber daya yang terbatas, personil yang kurang terlatih, infrastruktur yang kurang baik, marketing yang masih lemah, mesin-mesin yang ketinggalan teknologi dll. 

Peluang (Opportunity) adalah faktor-faktor di luar organisasi (eksternal) yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Contoh seperti pasar yang tumbuh berkembang, permintaan konsumen yang cukup besar, perkembangan teknologi, dan perubahan dalam kebiasaan atau perilaku konsumen.

Ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar organisasi (eksternal) yang dapat membatasi keberhasilan pencapaian tujuan. Contoh seperti persaingan yang ketat, peraturan pemerintah yang ketat, perubahan iklim, menurunnya jumlah konsumen,dll.

Hasil dari analisis SWOT dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi yang efektif, untuk membuat keputusan organisasi yang lebih tepat, dan untuk membantu pencapaian tujuan organisasi dalam jangka panjang.

SPMI dan Analisis SWOT

Analisis SWOT dapat memainkan peranan penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal  (SPMI). Berikut penjelasan bagaimana analisis SWOT dapat membantu lembaga pendidikan (perguruan tinggi, sekolah, madrasah) untuk melakukan evaluasi diri:

  1. Analisis kekuatan (strengths) membantu mengenal area-area di mana institusi pendidikan memiliki kekuatan dan memiliki potensi untuk mencapai tujuannya. Dengan kekuatan yang ada, lembaga pendidikan harusnya mengembangkan terus potensi yang ada untuk tumbuh dan perkembang. Misalnya strategi ekspansi dengan menambah kelas atau cabang-cabang yang baru.
  2. Analisis kelemahan (weaknesses) membantu mengenal area-area mana saja yang masih lemah dan membutuhkan perbaikan. Agar implementasi SPMI dapat berhasil, maka proses-proses, sistem, atau praktik yang masih lemah perlu segera diperbaiki. Misal sarana prasarana pendidikan, alat laboratorium, ruang kelas, sarana olahraga dll.
  3. Analisis peluang (opportunity) membantu mengenal area-area di lingkungan eksternal, dimana lembaga pendidikan dapat memanfaatkan situasi lingkungan untuk mencapai standar-standarnya. Contoh peluang dapat berupa tren selera pasar, perubahan peraturan dan regulasi, atau munculnya teknologi baru.
  4. Analisis ancaman (threats) membantu mengenal area-area di lingkungan eksternal, di mana organisasi dapat terpengaruh oleh faktor tersebut. Contoh ekspansi kompetitor, perubahan regulasi, atau perubahan pasar. Analisis ancaman membantu lembaga pendidikan mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi dan meminimalkan dampak dari ancaman tersebut.

Kesimpulan, dengan memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, manajemen lembaga pendidikan dapat membuat rencana aksi yang lebih efektif untuk memastikan penerapan SPMI dapat berjalan baik. 

Analisis SWOT membantu memastikan kegiatan SPMI dalam mengelola standar pendidikan dapat fokus pada hal-hal yang benar dan mengatasi potensi masalah, sebelum masalah tersebut menjadi besar (tindakan pencegahan)


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Problem Solving

SPMI dan Problem Solving

SPMI dan Problem Solving

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Problem solving adalah proses untuk mencari solusi atau jawaban terhadap permasalahan yang muncul. Problem solving terdiri dari kegiatan: Identifikasi masalah, Pemikiran kreatif, Analisis, Evaluasi alternatif, Pemilihan dan Implementasi solusi terbaik. 

Proses problem solving memerlukan keterampilan-ketrampilan penting seperti: Berpikir kritis, Keterampilan komunikasi dan kerjasama, Keterampilan pemecahan masalah dan Kreativitas. Proses ini penting dan sangat dibutuhkan dari banyak pekerjaan dan situasi hidup,  Proses Problem Solving sangat membantu dalam mengatasi berbagai persoalan hidup, mulai dari masalah individu hingga masalah organisasi atau global.

SPMI dan Problem Solving

Problem solving skills memainkan peran penting bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). SPMI adalah pendekatan holistik yang menekankan pada peningkatan mutu pendidikan melalui 3 (tiga) elemen penting, yaitu customer focus, continuous improvement, dan employee involvement.

Keterampilan problem solving membantu institusi pendidikan (Perguruan Tinggi, Sekolah, Madrasah) dalam mengatasi masalah yang muncul seiring dengan pelaksanaan SPMI. Tanpa problem solving skills yang baik, institusi pendidikan tidak akan mampu mengenali dan mengatasi masalah-masalah mutu yang mungkin timbul seiring dengan implementasi SPMI. 

Ketrampilan problem solving membantu tim mutu (Rektor, Kepala Sekolah dll) dalam mencari solusi-solusi yang efektif dan efisien untuk masalah yang timbul, yang pada gilirannya dapat membantu dalam meningkatkan mutu pendidikan (SNP).

Keterampilan problem solving juga membantu dalam membangun budaya continuous improvement di dalam institusi pendidikan. Problem Solving yang baik akan mengarahkan organisasi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan serta mengurangi biaya-biaya operasional (efisiensi). Problem solving skills mampu membantu institusi pendidikan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan serta mempertahankan posisi mereka sebagai institusi unggul.

Kesimpulan, problem solving skills memainkan peran yang sangat penting bagi keberhasilan SPMI. Tanpa problem solving skills yang baik, institusi pendidikan akan kesulitan mengatasi masalah-masalah organisasi yang timbul dan akan kesulitan meningkatkan mutu pendidikan.

Bagaimana kiat meningkatkan keterampilan problem solving? Semoga dapat kita ulasan di kesempatan yang lain.

Demikian uraian singkat tentang Sistem Penjaminan Mutu dan Ketrampilan Pemecahan Masalah, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Kemampuan Beradaptasi

SPMI dan Kemampuan Beradaptasi

SPMI dan Kemampuan Beradaptasi

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Kemampuan beradaptasi (adaptability) adalah kemampuan individu atau organisasi untuk beradaptasi / menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan (eksternal dan internal)  yang berubah dan mengubah cara-cara bekerja (sistem mutu) sesuai dengan perubahan yang terjadi. 

Adaptability diantaranya mencakup hal seperti kemampuan untuk memahami konteks, problem solving, dan berkoordinasi dengan efektif dengan orang lain dalam situasi yang berubah.

Adaptability merupakan faktor penting bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Telah kita ketahui bersama, bahwa perubahan lingkungan dan persaingan terus berlangsung, untuk merespon hal tersebut, adaptability menjadi sangat penting bagi keberhasilan program tersebut.

Contoh lingkungan internal dan eksternal diantarannya, Internal: sekolah, karyawan, dosen, guru, budaya organisasi, sarana prasarana. Eksternal: demografi, ekonomi, sosial, budaya, politik, teknologi, hukum, persaingan dll.

SPMI dan Adaptability

Berikut beberapa peran adaptability bagi keberhasilan SPMI:

  1. Memahami konteks: Kemampuan beradaptasi membantu individu atau organisasi untuk memahami dan menganalisis situasi dan lingkungan, dengan demikian SPMI dapat diterapkan secara efektif sesuai konteks.
  2. Perubahan Organisasi: Kemampuan beradaptasi membantu organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengubah cara mereka bekerja untuk mencapai tujuan SPMI.
  3. Fleksibilitas: Kemampuan beradaptasi memungkinkan individu dan organisasi untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan situasi yang juga berubah. Adaptasi dan fleksibilitas mampu memastikan bahwa SPMI tetap relevan, dapat berfungsi dengan efektif dalam situasi yang baru.
  4. Efektifitas koordinasi: Kemampuan beradaptasi membantu organisasi untuk bekerja sama dan berkoordinasi dengan efektif.  Melalui koordinasi yang efektif, dapat memastikan bahwa semua bagian dari program SPMI mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Kesimpulan, adaptability merupakan faktor penting dalam keberhasilan SPMI.  Kemampuan beradaptasi membantu organisasi untuk mengatasi perubahan dan mencapai tujuan organisasi (lembaga pendidikan) dengan cara yang efektif dan efisien.

Baca juga: SPMI dan Kecerdasan Emosional

Demikian uraiang singkat tentang SPMI dan Adaptability, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Soft Skills

SPMI dan Soft Skills

SPMI dan Soft Skills

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Soft skills adalah kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang dapat membantu individu untuk bekerja dengan efektif dan memudahkan interaksi dengan orang lain.

Contoh keterampilan Soft skills antara lain keterampilan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, adaptasi, empati, manajemen waktu, dll. Keterampilan soft skills berbeda dari hard skills, yang lebih fokus pada keterampilan teknis dan profesional. Contoh keterampilan hard skills diantaranya akuntansi, administrasi, komputer dll.

SPMI dan Soft Skills

Soft skills mempunyai peran penting bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Berikut beberapa contoh bagaimana keterampilan soft skills mempengaruhi SPMI:

  1. Kerjasama: Untuk mencapai mutu sesuai standar, SPMI memerlukan adanya kerjasama tim yang efektif. Keterampilan bekerja dalam tim sangat penting untuk memastikan bahwa semua anggota tim mampu berinteraksi, membangun sinergi untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Komunikasi: Keterampilan individu untuk menjelaskan ide dan menjalin komunikasi yang efektif dengan anggota tim dan dan stakeholder lainnya. Ketrampilan komunikasi penting bagi keberhasilan implementasi SPMI. Ketrampilan ini membantu memastikan bahwa semua pihak memahami tujuan, target dan standar SPMI.
  3. Adaptasi: Ketrampilan untuk menyesuaikan diri, beradaptasi dengan perubahan dan memecahkan masalah adalah komponen penting dari SPMI. Perubahan lingkungan yang demikian cepat, menuntut organisasi (institusi pendidikan) untuk dapat fleksibel dan adaptif. Visi dan misi dapat dengan cepat menjadi tidak relevan lagi, demikian juga dokumen SPMI lainnya. Oleh karena ini individu dan organisasi yang adaptif sangat diperlukan.
  4. Keterampilan Memimpin: Seorang pemimpin yang efektif dapat memotivasi dan memimpin tim untuk mencapai hasil yang diinginkan. SPMI tidak akan efektif bila tidak ada pemimpin. Pemimpin yang mampu memberikan semangat dan motivasi kerja, pemimpin yang mampu membangun energi untuk perbaikan  berkelanjutan (kaizen).
  5. Keterampilan problem solving: Ketrampilan untuk memecahkan masalah sangat penting dalam implementasi SPMI.  Masalah akan sering muncul dan perlu diselesaikan secepat mungkin. Tindakan  perbaikan tentu tidak mudah dilakukan, pemimpin perlu keberanian mengambil keputusan-keputusan yang tepat.
  6. Bekerja dalam tekanan: Implementasi SPMI sering menimbulkan tekanan (stres kerja). Ketika seseorang harus mampu memenuhi standar mutu yang tinggi, tentu akan stres. Kemampuan bekerja dalam tekanan sangat penting bagi keberhasilan SPMI. 

Kesimpulan, keterampilan soft skills memainkan peran penting bagi keberhasilan SPMI. Dalam implementasi SPMI, Soft skills membantu memastikan bahwa anggota tim dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dengan keterampilan softs skills, seseorang dapat beradaptasi dengan tantangan perubahan dan mampu memecahkan masalah-masalah yang muncul.

Bagaimana kiat membangun soft skills? Semoga dapat kita bahas pada kesempatan berikutnya, Aamiin.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Soft Skills, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Membangun Budaya Mutu SPMI

Membangun Budaya Mutu SPMI

Membangun Budaya Mutu SPMI

Budaya mutu pendidikan tinggi dapat diartikan sebagai pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang memprioritaskan mutu dan upaya peningkatan dalam semua aspek kegiatan pendidikan tinggi. 

Menbangun budaya mutu perlu melibatkan semua stakeholder, termasuk dosen, mahasiswa, alumnus, dunia usaha dan pemerintah. Bekerja sama dengan segenap stakeholder untuk mencapai standar mutu yang tinggi dan memastikan mutu pendidikan dilaksanakan konsisten dan berkelanjutan. 

Membangun budaya mutu, dengan mengelola aspek-aspek organisasi seperti manajemen, pengajaran, riset, dan sumber daya manusia. Pimpinan pendidikan tinggi harus memastikan bahwa semua elemen-elemen diatas dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan mutu pendidikan tinggi.

Berikut beberapa cara untuk membangun budaya mutu:

  1. Kepemimpinan yang Kuat: Pimpinan pendidikan tinggi harus dapat memimpin dengan contoh dan keteladanan. Pimpinan pendidikan tinggi (Rektor, Dekan, Kaprodi, Direktur, Ketua dll) harus mampu memprioritaskan tercapainya mutu dalam setiap keputusan yang diambil.
  2. Partisipasi aktif stakeholder: Semua stakeholder (pemangku kepentingan), termasuk karyawan, pelanggan, dan pemasok, harus dilibatkan dalam proses membangun budaya mutu. Kritik dan saran mereka harus menjadi aset berharga untuk pengembangan mutu.
  3. Pelatihan dan Pendidikan: Pelatihan dan pendidikan harus disediakan untuk semua staf pelaksana, baik dosen dan tenaga kependidikan. Pelatihan dan pendidikan digunakan untuk memastikan pemahaman yang konsisten tentang budaya mutu dan bagaimana cara kerjanya. Kegiatan pelatihan dan pendidikan dapat dilakukan secara daring dan luring.
  4. Keterbukaan dan transparansi: Keterbukaan dan transparansi harus dibangun, disosialisasikan, dijaga untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan memiliki informasi yang relevan, yang memastikan budaya mutu.
  5. Sistem manajemen mutu: Pendidikan tinggi harus memiliki sistem manajemen mutu yang efektif untuk memastikan konsistensi kualitas. Penggunaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dilakukan sesuai dengan ketentuan PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 62 TAHUN 2016.
  6. Kerja sama Unit Kerja: Tim harus bekerja sama dan memastikan bahwa mutu adalah prioritas utama dalam setiap kegiatan. Dokumen SPMI disusun untuk menjadi acuan kerja setiap unit. Dokumen SPMI meliputi: Kebijakan SPMI, Manual SPMI (PPEPP), Standar SPMI dan Formulir.
  7. Kultur feedback: Kultur feedback harus sosialisasikan dan dibangun untuk memastikan bahwa perbaikan berkesinambungan dapat dilakukan. Mutu layanan pendidikan tinggi harus dapat ditingkatkan secara terus-menerus (Kaizen).
  8. Reward and Punishment: Pemberian imbalan dan hukuman yang tepat harus diterapkan untuk memastikan budaya mutu dijunjung tinggi dan diperkuat. Praktek baik yang dilakukan unit kerja harus diperkuat dengan pemberian imbalan, sebaliknya pemberian sanksi perlu dilakukan kepada individu atau unit kerja yang lalai dalam menjaga mutu.

Dengan memastikan bahwa semua elemen tersebut tercakup, budaya mutu insyaAllah dapat dibangun, dijaga dan ditingkatkan secara efektif. Walhasil setiap pemangku kepentingan yang terkait akan puas dan merasakan manfaat layanan lembaga pendidikan.

Demikian uraian singkat tentang Membangun Budaya Mutu SPMI, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

SPMI dan Manajemen Konflik

SPMI dan Manajemen Konflik

SPMI dan Manajemen Konflik

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.

Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Dikdasmen adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.

Manajemen konflik adalah proses yang diterapkan untuk mengatasi dan memecahkan berbagai macam konflik. Konflik dapat terjadi atau muncul antara individu, antar kelompok, antar organisasi, internal organisasi atau stakeholder lain. 

Tujuannya manajemen konflik adalah untuk mendapatkan solusi “win-win” yang dapat diterima semua pihak dan meminimalkan dampak-dampak negatif dari konflik. Proses manajemen konflik meliputi identifikasi serta evaluasi sumber konflik, membangun komunikasi efektif, pencarian solusi bersama, pelaksanaan solusi, dan proses evaluasi hasil. 

Manajemen konflik sangat penting guna mempertahankan hubungan (relationship) yang baik, membahagiakan semua orang, problem solving / memecahkan masalah, dan memastikan bahwa tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Manajemen konflik memegang peranan penting bagi keberhasilan implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di lingkungan Pendidikan Tinggi maupun Dikdasmen. Manajemen Konflik membantu mengatasi konflik-konflik yang mungkin muncul selama proses implementasi SPMI. 

Pimpinan lembaga pendidikan seperti Rektor, Dekan, Kepala Sekolah dll., harus mampu mengidentifikasi serta mengelola berbagai potensi konflik yang dapat muncul. Konflik  dapat muncul ditingkat universitas, fakultas, antara departemen, individu, atau pemangku kepentingan lainnya. 

Pimpinan harus mampu memfasilitasi komunikasi yang efektif dan membantu mencari solusi problem solving yang dapat diterima bersama. Pimpinan harus memastikan bahwa implementasi SPMI berlangsung lancar, efektif dan efisien. Pencapai standar-standar mutu yang telah ditetapkan dapat dicapai atau dilampaui.

Manajemen Konflik

Manajemen konflik dalam mencapai keberhasilan SPMI terdiri dari:

  1. Identifikasi potensi konflik: Upaya sistematis untuk mengenal dan mengevaluasi sumber-sumber potensial konflik. Potensi konflik dapat berupa perbedaan pendapat, perbedaan sikap, perbedaan target dan tujuan standar SPMI, atau masalah logistik. Implementasi manual SPMI Perguruan tinggi (manual PPEPP) juga dapat menjadi potensi konflik.
  2. Komunikasi efektif: Tidak mudah membangun pola komunikasi yang efektif dalam lembaga pendidikan. Pimpinan harus memfasilitasi proses komunikasi yang efektif antara pihak-pihak yang terlibat, memastikan semua pihak memiliki informasi yang benar dan memahami pola persepsi dari masing-masing pihak. Pelaksanaan Standar SPMI seringkali menimbulkan perbedaan persepsi sehingga rentan terhadap potensi konflik.
  3. Pencarian solusi bersama: Pimpinan Lembaga Pendidikan harus mampu membantu membangun konsensus antar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Harus mampu mencari solusi-solusi inovatif yang dapat diterima bersama. Muaranya adalah agar lembaga pendidikan berhasil mencapai Visi dan Misi sesuai dengan standar SPMI yang telah direncanakan.
  4. Pelaksanaan solusi: Setelah berhasil menemukan solusi, pimpinan lembaga pendidikan harus mampu memastikan bahwa solusi tersebut dapat dieksekusi dengan baik dan memonitor hasilnya apakah benar konflik telah teratasi.
  5. Evaluasi hasil: Pimpinan Lembaga Pendidikan harus mengevaluasi hasil dari implementasi manajemen konflik.  Pimpinan harus melakukan perbaikan berkelanjutan (kaizen) untuk memastikan bahwa proses manajemen konflik berjalan dengan baik dan memuaskan semua pihak.

Demikian uraian singkat tentang SPMI dan Manajemen Konflik, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Prinsip Pelaksanaan SPMI Dikdasmen

Prinsip Pelaksanaan SPMI Dikdasmen

Prinsip Pelaksanaan SPMI Dikdasmen

Satuan pendidikan (Dikdasmen) berperan dalam melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang terdiri atas perancangan organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan. SPMI dibangun dan ditingkatkan untuk menjamin terwujudnya pendidikan yang bermutu dalam rangka memenuhi atau melampaui SNP. 

Agar dicapai keberhasilan, SPMI Dikdasmen harus menjalankan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Mandiri dan partisipatif

SPMI harus dikembangkan, ditingkatkan dan diimplementasikan secara mandiri oleh satuan pendidikan. SPMI dikembangkan dengan membangun partisipasi aktif dari seluruh stakeholder. Untuk membangun partisipatif aktif dari stakeholder tentu tidak mudah, perlu adanya upaya komunikasi yang baik dari pimpinan satuan pendidikan.

Terstandar

SPMI memakai acuan mutu minimal SNP dan dapat ditetapkan oleh satuan pendidikan. Dengan adanya standar yang jelas dan terukur akan memudahkan satuan pendidikan untuk melaksanakan program kerja yang tepat. Program kerja disusun untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan sesuai SNP atau dalam rangka melampaui acuan mutu minimal SNP. SPMI harus mengacu pada standar mutu yang berlaku, baik standar nasional maupun internasional, sehingga hasil evaluasi dapat diterima stakeholder secara universal.

Integritas

SPMI harus menggunakan data & informasi yang jujur, obyektif sesuai dengan situasi kondisi yang ada di satuan pendidikan (Dikdasmen). SPMI dibangun dengan semangat menjunjung tinggi integritas dan etika dalam semua implementasi yang dilakukan, sehingga hasil evaluasi dari SPMI dapat dipercayai oleh sekenap stakeholder.

Sistematis dan berkelanjutan

SPMI harus dibangun secara sistematis dan logis dalam kerangka Plan-Do-Check-Action (PDCA). Sehingga semua staf pelaksana di lapangan, mampu mengerjakan / menyelesaikan tugas-tugas sesuai urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat.

SPMI diimplementasikan secara terus menerus mengikuti 5 langkah penjaminan mutu yang membentuk suatu siklus yang dilaksanakan secara berurutan. Dengan siklus ini, maka ada terjadi proses Kaizen, atau perbaikan yang tidak henti (continuous improvement).

Holistik

SPMI dibangun, dilaksanakan, dikembangkan terhadap keseluruhan unsur yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait. SPMI harus melihat organisasi secara totalitas / keseluruhan, mencakup semua aspek operasional, termasuk sumber daya manusia, proses bisnis, finansial dan sistem teknologi informasi.

Transparan dan Akuntabel

Dalam mengimplementasikan SPMI, diupayakan seluruh aktivitas SPMI terdokumentasi dengan baik. Dokumen tertulis perlu dibangun, dikembangkan dan di update. Dokumen SPMI diantaranya meliputi dokumen kebijakan mutu, prosedur dan formulir. Dokumen-dokumen tersebut harus terkomunikasikan dan mudah diakses oleh stakeholder.

Demikian uraian singkat tentang Prinsip Pelaksanaan SPMI Dikdasmen, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan dari sebuah organisasi. Komunikasi terjadi ketika seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain. Informasi yang disampaikan dapat membuat orang lain memiliki persamaan maupun perbedaan maknanya. Komunikasi berfungsi untuk mengendalikan banyaknya pesan yang disampaikan, memotivasi untuk menyampaikan pesan, ekspresi perasaan dan yang paling utama adalah menyampaikan informasi.

Sistem Penjaminan Mutu Internal

Perlu diketahui bahwa Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan bagian dari Total Quality Management (TQM) yang memiliki tujuan yang sama yakni memaksimumkan daya saing organisasi melalui proses perbaikan secara terus menerus (Kaizen).

SPMI wajib diimplementasikan pada setiap komponen lembaga Pendidikan di Indonesia, hal ini ditujukan agar Pendidikan di Indonesia memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki kualitas / mutu Pendidikan yang baik.

SPMI merupakan kegiatan sistemik penjaminan mutu Pendidikan Tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan. 

Agar sebuah organisasi Lembaga Pendidikan sukses dalam menjalankan harus berkonsentrasi pada 8 (delapan) elemen kunci yaitu: Etika (etics), Integritas (Integrity), Kepercayaan (trust), Pelatihan (training), Kerja Tim (team work), Kepemimpinan (leadership), Penghargaan (recognition) dan Komunikasi (Communication).

Peran Komunikasi Dalam SPMI

Kesuksesan SPMI membutuhkan peran komunikasi untuk menghubungkan seluruh rantai penghubung semua elemen SPMI. Para pihak yang terlibat haruslah memelihara keterbukaan dari arus komunikasi, dimana seluruh komponen yang terlibat dapat mengirim dan menerima semua informasi tentang proses-proses SPMI.

Supaya komunikasi bisa menjadi sesuatu yang dapat dipercaya maka pesan yang disampaikan harus jelas dan penerima informasi harus memiliki penafsiran yang sama dengan apa yang dimaksud pengirimnya.

Kesuksesan sebuah Lembaga Pendidikan dalam Mengimplementasikan SPMI sangat berpengaruh terhadap keterlibatan seluruh individu untuk berkomitmen dalam mengembangkan organisasinya. Dengan komunikasi yang terbuka dan jujur maka niscaya SPMI akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Komunikasi Berdasarkan Arahnya
Komunikasi kebawah

Merupakan komunikasi dominan yang sering terjadi di sebuah organisasi, dimana Rektor, Kepala Sekolah atau ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) menjelaskan mengenai strategi kesuksesan SPMI kepada seluruh unit yang terlibat.

Komunikasi keatas

Komunikasi yang memungkinkan karyawan pada level bawah menyampaikan saran serta usulan kepada manajemen yang lebih tinggi terkait proses implementasi SPMI di Lembaga Pendidikan.

Komunikasi kesamping

Jenis komunikasi ini juga penting sebab ia sangat berguna untuk mematahkan penghalang antar departemen. Ia juga memudahkan urusan dengan pelanggan dan pemasok dalam cara yang lebih profesional.

SPMI berisi berbagai dokumen-dokumen penting yang harus diimplementasikan dengan baik. Tanpa komunikasi yang efektif, niscaya upaya kaizen (perbaikan secara terus menerus) tidak dapat berjalan dengan baik.

Demikian uraian singkat tentang Peran Komunikasi Dalam SPMI, semoga bermanfaat.


Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan Mutu Pendidikan

Membangun Karakter dan Mutu Pendidikan

Membangun Karakter Perguruan Tinggi

Membangun Karakter Perguruan Tinggi

Setiap lembaga pendidikan secara  realistis pastinya memiliki segudang problematik yang berhubungan antar individu, antara satu individu dengan sekelompok individu yang lain bahkan dengan institusi tempat kerja yang bersangkutan. Problematika yang terjadi   antar individu atau individu dengan lembaga kerap kali menyangkut perbedaan karakteristik masing-masing. Sehingga pembangunan karakter pada institusi perguruan tinggi kini menjadi suatu keniscayaan.


Unduh file PPT:

Membangun Karakter & Mutu Perguruan Tinggi



PROBLEMATIKA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KARAKTER
  1. Hubungan antar individu yang kurang harmonis.
  2. Kecenderungan komunikasi yang tertutup.
  3. ketidakjujuran dan kecurangan menjadi perhiasan kegiatan kampus.
  4. Sikap menutup diri serta perhitungan dalam berbagi ide dan pengetahuan.
  5. Rendahnya tradisi disiplin

TUJUAN MEMBANGUN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI
  1. Agar setiap masyarakat ilmiah serta civitas akademika perguruan tinggi tidak terbatas cerdas secara intelektual namun unggul dalam moral, bertanggung jawab serta beretika dalan menjalankan kehidupan.
  2. Pembangunan karakter mengajak manusia untuk berakhlaq mulia, memiliki simpati, empati, kepekaan secara sosial sehingga tumbuh kepedulian dan mampu memahami orang lain secara bijak.
  3. Pembangunan karakter bagi mahasiswa lebih ditekankan pada upaya membekali dan melatih serta membiasakan mereka untuk melaksanakan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ajaran agama maupun norma yang ada guna membekali mereka sebagai akademisi sekaligus calon pemimpin bangsa.

PENGEMBANGAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI

Definisi “pembangunan Karakter” secara lengkap telah dikemukakan oleh berbagai  ahli. Akan tetapi muara pembangunan karakter secara prinsipil memahamkan seseorang untuk mengetahui berbagai karakter beserta ruang lingkupnya serta menanamkan akhlak al-karimah pada diri sesorang. Pembangunan karakter di perguruan tinggi tidak sebatas diperlukan bagi setiap mahasiswa semata, namun seluruh masyarakat akademis beserta tenaga pendukungnya harus memperoleh pemahaman dan penerapan prilaku yang berkarakter.

Menurut “Florence litteur” Karakter dalam arti watak, perilaku, ataupun kepribadian seseorang. Empat pola dasar karakter yang dimiliki manusia:

  1. Karakter Sanguinis adalah cenderung ingin populer, ingin disenangi orang lain. Hidupnya penuh warna, senang berbicara,emosinya meledak-ledak dan transparan serta suatu saat ia bisa berteriak beberapa saat kemudian bias menangis.
  2. Karater Koleris golongan ini suka mengatur dan memerintah orang. Akibatnya sifat ini, banyak dari mereka yang tidak punya teman.
  3. Karakter Melankolis adalah cenderung teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola.
  4. Karakter Plegmatis adalah kelompok ini tidak suka konflik, jika timbul masalah, maka ia akan berusaha mencari solusi damai.

Tiga IDE Pemikiran Penting
  1. Proses tranformasi nilai-nilai
  2. Ditumbuh kembangkan dalam kepribadian.
  3. Menjadi satu dalam prilaku

Undang-undang no.20 tahun 2000 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional: Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman  dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Penelitian bidang pendidikan karakter memiliki cakupan yang sangat luas terkait dengan input, berbagai komponen proses dan output serta outcome, bahkan yang terkait dengan kultur lembaga, dan kultur keluarga. Peran kultur sangat menetukan kualitas proses dan hasil pendidikan karakter. Kultur lembaga pendidikan harus selaras dengan nilai-nilai yang dipilih sebagai nilai-nilai target. Kultur positif ini bagaikan ladang yang subur untuk penyemaian dan tumbuh benih-benih moralitas pembangun karakter terpuji.


PEMBANGUNAN KARAKTER DAN PENINGKATAN MUTU PERGURUAN TINGGI

Dengan meningkatkan mutu perguruan tinggi secara implisit harus dilandasi dengan pembangnan pola prilaku yang berkaitan dengan dimensi moral yang baik. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan. Salah satu kriteria utama dari character strength adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam membangun kehidupan yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan bangsanya. Keberhasilan pembangunan karakter di perguruan tinggi sangat tergantung pada ada tidaknya knowing, loving,dan doing atau acting.


Komponen-Komponen Unsur Moral Knowing
  1. Moral Awareness Kesadaran Moral
  2. Knowing Moral Values Pengetahuan tentang nilai-nilai moral
  3. Perspective Taking Penentuan sudut pandang
  4. Moral Reasoning Logika Moral
  5. Decision Making Keberanian mengabil menentukan sikap
  6. Self Knowledge Pengenalan Diri

Bentuk-Bentuk Sikap
  1. Self Esteem Kesadaran akan jati diri,percaya diri
  2. Emphaty Kepekaan terhadap derita orang lain
  3. LovingThe Good Cinta kebenaran
  4. Self Control Pengendaian diri
  5. Humility Kerendahan hati

Pendidikan karakter dinilai sukses bila setiap masyarakat akademik diperguruan tinggi telah menunjukkan kebiasaan berprilaku baik dalam kehidupan  sehari-hari. Hal ini tentu saja memerlukan waktu, kesepatan, dan tuntutan yang berkelanjutan. Perilaku berkarakter tersebut akan muncul, berkembang dan menguat pada diri setiap masyarakat akademik apabila mengetahui konsep dan ciri-ciri perilaku karakter merasakan dan memiliki sikap yang positif pada konsep karakter yang baik dan terbiasa untuk melakukannya.

Demikian semoga uraian singkat ini bermanfaat… Aamiin.

Sumber Literatur: Manajemen Mutu Perguruan Tinggi, Koreksi & Implementasi Oleh: Safrudin Aziz, M.Pd.I. Penerbit Gava Media, Cetakan 1, 2016


mutupendidikan.com

Kunjungi: Pelatihan & Pendampingan

Temuan Audit Mutu Internal dalam SPMI dan ISO 21001

Jenis Temuan dalam Audit

Jenis Temuan dalam Audit

Dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Lembaga Pendidikan diwajibkan menjalankan kegiatan Audit Mutu Internal (AMI). Ketika menjalankan tugas audit, seringkali auditor mendapatkan beberapa temuan (finding). Jenis temuan dapat bermacam-macam, diantaranya:

  1. TemuanPositif
    • Good Practice; Prestasi
    • Conformities; kesesuaian
  2. Temuannegatif
    • Ketidak sesuaian; Non-conformities (NC)
      • Major (berat)
      • Minor (ringan)
  3. Observasi (OB)
    • Peluang untuk perbaikan (Opportunities for Improvement)

_________________________________

_________________________________

Jenis-Jenis Temuan

Temuan Positif (kesesuaian):

Ketika mendapatkan temuan positif. Auditor harus mencatat segala prestasi, keberhasilan, kesuksesan, kesesuaian yang ditemukan. Jadi jangan hanya temuan negatif (non-conformities) saja yang dicatat, namun juga temuan-temuan positif.

Contoh Temuan-temuan positif seperti:
  • Standar di tingkatkan dan di update sesuai tuntutan perubahan.
  • Kesesuaian program dengan standar.
  • Indikator standar dapat dicapai.
  • Target standar berhasil dilampaui.
  • SOP dijalankan dengan benar.
  • Target SOP dilampaui.
  • Manual SPMI (PPEPP) diimplemenasikan dengan baik.
  • Kebijakan SPMI dipatuhi dan disosialisasikan.
  • Formulir digunakan dengan baik.

Temuan-temuan positif harus dicatat dan disampaikan dalam laporan audit mutu internal.

Untuk memperkuat perilaku-perilaku positif agar diulang lagi dikemudian hari. sangat dianjurkan, untuk memberi penghargaaan (reward) bagi unit kerja yang berhasil mendapatkan temuan positif. Hal ini sesuai dengan teori motivasi B.F. Skinner (Reinforcement Theory)

Baca juga: Klasifikasi Audit Mutu

Temuan Ketidak sesuaian (KTS):
Kategori Berat:
  • KTS yang menghambat keberhasilan sertifikasi, akreditasi atau registrasi.
  • KTS yang berpengaruh besar terhadap kualitas produk/pelayanan PT
  • KTS yang menyebabkan risiko kehilangan konsumen/ mahasiswa
  • KTS yang merupakan ancaman/ gangguan terhadap kegiatan atau para pelaksana dalam organisasi.
Kategori Ringan:
  • KTS yang mudah diperbaiki/diralat
  • KTS yang tidak secara langsung mempengaruhi kualitas produk/pelayanan.
  • KTS yang tidak menghambat perolehan sertifikasi/akreditasi/ registrasi dll.
Pertanyaan Diskusi:
  1. Sejauh mana peran Audit Mutu Internal bagi keberhasilan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) lembaga pendidikan?
  2. Jenis-jenis temuan apa saja yang ditemukan saat kegiatan AMI?
  3. Bagaimana cara mencatat temuan audit  dengan benar ?
  4. Bagaimana cara menulis PTK (Permintaan Tindakan Koreksi)?

Untuk mengenal lebih dalam tentang temuan-temuan audit dan aspek-aspeknya, silahkan diunduh file Slideshare diatas.

Demikian uraian singkat tentang Jenis Temuan dalam Audit Mutu Internal. Semoga bermanfaat.

_________________________________

Instagram: @mutupendidikan

Info Pelatihan

×

Layanan Informasi

× Hubungi Kami